"jangan ragu buat terbuka sama gue Hoon... Gue tau gue bukan siapa siapa lu, tapi setidaknya gue bisa berguna karena ada disamping lu dan lu bisa percaya sama gue."
Chapter Sixteen
Pemberhentian setelah dari rooftop, kantin rumah sakit. Kalau makanan pasien rumah sakit hambar berbeda dengan makanan kantinnya.
Sunghoon makan satu mangkuk mie dan satu jus mangga sedangkan Aejin hanya memesan segelas teh hangat, itupun hanya ia pandangi dan tidak ia minum sedikitpun.
"makasih Jin" ucap Sunghoon tiba tiba, "hmm." Aejin berdehem dan kembali mengaduk aduk tehnya.
"gak diminum?" tanya Sunghoon memperhatikan Aejin yang sedang memainkan minumannya. "gak nafsu, lu mau?" Sunghoon menggeleng.
Setelah kejadian dimana mereka berdua menumpahkan semua keluh kesahnya, keadaan menjadi sangat canggung, tidak ada yang ingin berbicara dan tidak ada aktivitas lain selain memakan hidangan yang ada didepan mereka.
Aktivitas mereka teralihkan kala melihat segerombolan perawat dan satu dokter berlari tergesa gesa. "ada apa ini?" tanya Aejin yang menghentikan salah seorang perawat yang ada didekatnya. "detak jantung anak diruang 9 melemah!" jawab perawat seadanya dan kembali berlari menuju ruang 9.
Ruang 9? Batin Aejin bertanya tanya Ruang 9! Aejin berlari mengikuti segerombolan perawat yang pergi tadi. "Aejin?!" Sunghoon ikut berlari mengejar Aejin. Dia tidak tau apa yang terjadi, tapi firasatnya mengatakan ini hal yang buruk.
Didepan ruangan yang tertera angka 9 Aejin berteriak histeris meminta agar dirinya dapat masuk kedalam.
"BIARIN GUE MASUK!"
"dek harap tenang! Dokter sedang mengurus pasien didalam!"
"DIA ADEK GUE BANGSAT! BIARIN GUE MASUK!"
"tolong tenangkan pacarnya dulu ya, saya juga mau mengurus yang didalam." ucap sang perawat pada Sunghoon dan bergegas masuk kedalam.
"Hoon lepas! Sunoo perlu gue! SUNGHOON!" Sunghoon tak mengindahkan kata kata yang keluar dari mulut Aejin dan terus menahannya agar tidak melakukan hal yang dapat mengganggu konsentrasi dokter.
"semua bakal baik baik aja Jin"
"apanya yang baik?! Sunoo didalam berjuang sendiri buat hidup dan gue malah disini cuma nunggu kata kata dokter yang gak guna!" Sunghoon menggenggam tangan Aejin makin kuat. "biarin dokter yang urus Jin." Sunghoon terus mencoba menenangkan Aejin yang terus menerus memberontak. "Sunoo perlu gue! Bukan dokter!"
Sunghoon melepas genggamannya pada Aejin dan beralih menjadi memeluknya dengan erat. "lu mau berguna ada disamping gue, dan sekarang gue juga mau berguna ada disamping lu. Jangan gini, hati gue sakit." bisik Sunghoon yang sukses membuat Aejin menangis, menenggelamkan kepalanya dan mengeluarkan semua air matanya pada dada bidang Sunghoon. Sunghoon mengusap kepala Aejin, "keluarin semua, jangan ditahan."
Aejin menangis sesenggukan. Rasa ingin melihat Sunoo sangat besar, dia ingin memeluk Sunoo, berada disamping Sunoo, bercerita bersama Sunoo, bercanda dan tertawa dengan adiknya seperti orang orang yang lain. Seperti orang orang yang tidak perlu khawatir akan penyakit yang dapat merenggut nyawanya kapan saja, orang orang yang dapat tersenyum tanpa terpaksa, orang orang yang dapat menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya tanpa hambatan apapun. Aejin ingin Sunoo hidup seperti itu, bukan seperti ini! Jika bisa memilih dia pasti akan memilih dirinya yang tersiksa seumur hidup daripada melihat adiknya tersiksa walau sekali saja. Tapi dia bukanlah Tuhan yang dapat mengubah nasib, semua ini Tuhan yang mengatur dan sebagai manusia Aejin hanya bisa mengikuti rencana yang telah Tuhan susun dalam hidupnya.
Ceklek
Pintu terbuka, dokter keluar dari dalam ruangan dengan keringat yang membanjiri pelipisnya. "kami sudah melakukan yang terbaik, namun sepertinya Tuhan lebih menyayanginya." Aejin menggeleng lemas, tidak percaya akan yang dia dengar, "Sunoo masih hidupkan? Kalau Tuhan sayang padanya, Tuhan akan membiarkannya sembuh dan hidup bahagia kan?" dokter hanya menunduk dan tidak menjawab begitu juga dengan Sunghoon "JAWAB!" Aejin meninggikan suaranya. "dia telah berpulang pada yang kuasa."
Aejin melewati sang dokter dan langsung menghampiri Sunoo yang terbaring tanpa alat apapun pada tubuhnya, kulitnya yang putih pucat, wajahnya yang ditutup oleh kain putih, dan tubuhnya yang tidak bergerak tanda tak lagi bernafas.
"Noo?... Bangun ya?... Sunoo.. Mau pergi kan besok?... Hmm? Kenapa gak jawab?... Bangun Noo! BANGUN!" tangisan Aejin pecah kembali, suaranya yang serak ditambah dengan isakan yang memilukan sangat menyakitkan untuk didengar.
"Jin..." Sunghoon memegang pundak Aejin seraya memanggilnya pelan, "Hoon... K-kenapa Sunoo... Gak bangun?... D-dia janji sama gue... Bakal sembuh terus pergi ke tempat yang dia mau.. Tapi... Kenapa dia jadiin gue pembohong besar??.. Gue janji buat pergi sama dia besok... Dan dia pergi... Gue pembohong besar... Gue bohong sama dia... Gue bohong kalau kita bakal pergi... Gue bohong kalau dia bakal bahagia... Gue bohong Hoon! Gue bohong! Gue pembohong!" Aejin membenturkan kepalanya pada ujung kasur yang telah terbaring tubuh Sunoo yang tak bernyawa.
Sunghoon memeluk erat Aejin demi menahan Aejin dari membenturkan kepalanya dan terus menenangkan Aejin yang sudah diluar kendali. "lu gak bohong, lu bener Jin. Dia pergi ketempat yang indah, dia bahagia. Bahagia karena bisa lepas dari penyakitnya. Dan lu harus lakuin satu hal buat dia, supaya dia lebih bahagia disana... Yang harus lu lakuin-" Aejin menatap Sunghoon yang menjeda kalimatnya "ikhlaskan dia. Walau susah tapi itu yang bisa buat dia tenang disana... Dan perlu lu inget satu hal lagi kalau gue bakal ada selalu buat lu kalau lu gak kuat menghadapi semua ini sendirian."
punya kucing namanya gembul
punya temen namanya asat
otak khaira lagi ngebul
ngeblank tiap hari tiap saatsekian terima sunghoon~
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Trouble - Sunghoon [Enhypen]
FanficMemiliki hubungan lebih memang hal yang biasa. Namun jika hubungan itu tercipta tanpa adanya rasa, itu dapat menjadi masalah besar. Masalah besar itu tak akan berakhir tanpa adanya pengakuan. ❝Dimulai dari sesuatu yang kecil dan sekarang berubah me...