*◌ೃ 47 pengakuan

510 70 2
                                    

"gue bakal akuin semuanya, walaupun itu bisa ngebunuh gue."

•Big Trouble

Sudah hampir mencapai satu minggu Aejin berada di rumah sakit dan hari ini dia sudah bisa dipulangkan. Kondisinya bisa dibilang jauh lebih baik dari pada sebelumnya.

Jungwon membantu Aejin mendorong kursi rodanya ke arah ruang kepala sekolah. Sebenarnya Winter sudah mengakui kesalahannya jauh hari sebelum Aejin pulang. Namun dikarenakan kasus ini tidak bisa diselesaikan tanpa adanya Aejin, jadi mereka menunggu hingga Aejin dapat keluar dari rumah sakit.

Kondisi Winter saat beredarnya pengakuannya, membuat hampir satu sekolah membencinya. Tapi Jungwon selalu meyakinkannya, dan terus menemaninya.

Aejin melirik ke dalam ruang kepala sekolahnya, di sana terdapat Winter dan kedua orangtuanya. Ada sebuah keganjalan di sana. Orangtua Aejin satu pun tidak ada yang datang, padahal seharusnya mereka berdua datang, atau setidaknya salah satu dari mereka. Tapi apa dayanya? Orangtuanya tidak ada yang peduli dengannya.

"mereka gak dateng ya?" tanya Aejin pada Jungwon. Jungwon menggeleng, "mau gue panggilin dulu?" Aejin hanya tersenyum tipis, "gak usah. Mereka pasti sibuk."

Jungwon tau kata 'sibuk' yang Aejin maksud, dia mengerti dan dia tidak akan menanyakan lebih dari itu.

Ceklek

"permis-"

Kala mereka masuk, kedua orangtua Winter langsung mendatangi mereka berdua dan berlutut di depan mereka. Bukan hanya Aejin, namun Jungwon juga.

"maaf... Maaf... Hisk... Tolong maafkan Winter... Dia tidak tau apa apa..."

"saya rela menerima hukuman apa saja, tapi maafkan dia..."

Aejin merasa tidak pantas, seorang ibu dan ayah sedang berlutut dihadapannya.

Aejin memegang bahu Mama Winter dan menyuruhnya untuk berdiri.

"jangan dipikirkan, saya dan Jungwon sudah memaafkan Winter dari jauh jauh hari. Lagi pula... Saya harusnya berterimakasih sama anak Tante."

Semua atensi seketika beralih memandangi Aejin yang tengah berbicara. Bahkan Winter yang sedang duduk di depan kepala sekolah sambil menunduk pun ikut mengalihkan atensinya.

"Winter mengajari saya, tentang terus berjuang di setiap kondisi. Dan cara untuk lebih menghargai orangtua saya."

"mungkin Tante sama Om belum sadar. Tapi... Winter mungkin kayak gini karena perbuatan Om sama Tante juga. Seseorang juga perlu waktu dengan orang yang dia sayang. Mungkin Om sama Tante belum penuhi itu."

Orangtua Winter terpukul mendengar kata demi kata yang Aejin berikan. Winter di sana juga sudah menangis dalam diam, dengan air mata yang perlahan terus turun dari kelopak matanya.

Terkadang seseorang tidak menyadari hal kecil yang ia perbuat dan dapat memengaruhi hidup seseorang.

Tangis Winter pecah begitu saja, kala merasakan pelukan hangat yang diberikan kedua orangtuanya. Rasanya bagaikan mimpi yang menjadi nyata, harapan yang menjadi kenyataan, dan kainginan yang terwujudkan. Memang, dia tidak bisa membekukan waktu, tapi dia bisa menikmati setiap momen yang indah ini.

Winter menatap Aejin dengan matanya yang masih berkaca kaca. 'makasih' ucap Winter tanpa suara, sambil terus memeluk kedua orangtuanya erat.

Aejin lega dapat melihat ini, tapi dia juga berpikir.

Apakah dia bisa seperti itu?

*•••*

Sunghoon

Big Trouble - Sunghoon [Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang