Apa bisa gue bikin harapan lu terwujud Won? Gue gak yakin. Monolog Aejin.
Chapter Thirty-seven
Aejin baru saja makan dua lembar roti untuk sarapan, namun detik berikutnya dia mulai memuntahkan kembali isi perutnya. Perutnya seakan akan tidak menerima apapun yang masuk ke dalamnya, rasanya sakit sangat sakit.
Aejin sendirian di rumahnya. Jadwal kerja orang tuanya mulai tidak beraturan, yang awalnya salah satu dari mereka selalu ada di rumah sekarang tidak lagi. Selain jadwal mereka yang mulai teracak, Mama Aejin juga sangat jarang pulang ke rumah. Walau dia tau kondisi anak sulungnya sedang buruk, dia tetap lebih mempedulikan anak bungsunya yang sudah berpulang. Menyedihkan.
Dan Papanya? Tugasnya di perusahaan kebanggaannya itu semakin banyak, sehingga dia jarang pulang ke rumah. Aejin sebenarnya bersyukur atas itu karena dia jadi terhindar dari siksaan siksaan Papanya. Ralat, bukan terhindar namun, mengurangi siksaan Papanya, karena Papanya akan tetap menyiksanya setiap dia berada di rumah.
Jungwon juga sudah berangkat untuk perlombaannya hari ini. Aejin melihatnya keluar dari rumah tadi, dengan ransel yang ada di punggungnya.
Aejin agak kasihan dengan Jungwon. Jungwon memiliki masa lalu yang buruk dengan Sunghoon , sehingga membuat kepala sekolah -Papa Sunghoon- membencinya dan nyaris mengeluarkannya dari sekolah. Maka dari itu Jungwon harus membuktikan dirinya layak berada di sekolah itu dengan menghasilkan nilai yang memuaskan dan juga meraih prestasi sebanyak banyaknya. Aejin tau rasanya, pasti sangat melelahkan.
Aejin keluar dari kamar mandi, setelah membersihkan bekas muntahannya. Aejin mulai mengganti pakaiannya dan keluar serta mengunci pintu rumahnya.
*•••*
"hai, maaf Kakak jarang ke sini. Gimana kabarnya?" sapa Aejin pada nisan di depannya yang bertuliskan nama adiknya. Dia sangat merindukan adiknya.
"kamu tau Kakak bawa apa?" Aejin menunjukkan dua buah bunga dandelion di tangannya. Aejin tidak sengaja mebemukannya di jalan saat hendak ke pemakaman Sunoo, dia ingat bahwa Sunoo sangat senang meniup bunga dandelion dan melihatnya berterbangan di udara. Kenangan yang tidak akan pernah Aejin lupakan.
Mungkin jika kita mencari makna dari bunga dandelion, akan muncul berbagai jawaban. Seperti melambangkan kebahagiaan, kesetiaan, cinta, bahkan keceriaan. Namun berbeda dengan arti yang Aejin tangkap dari bunga dandelion. Menurut Aejin bunga dandelion sangat indah namun dia juga sangat rapuh, ketika bunga itu tertiup oleh angin, bunga tersebut akan kehilangan bagian dari dirinya. Bunga itu seperti melambangkan keikhlasan atas kepergian seseorang, kerapuhan dari seseorang yang terlihat sangat kuat, dan kebebasan.
"Sunoo... Kakak pernah denger, katanya kalau niup bunga dandelion sambil ucap permohonan bisa dikabulin. Sunoo mau apa? Biar Kakak bisa tiup bunganya buat kamu." hening, tidak ada yang menjawab pertanyaan Aejin. Aejin hanya bisa tersenyum miris, melihat dirinya yang seperti orang gila yang berbicara seorang diri.
Aejin meniup kedua bunga yang ada di tangannya sambil mengucapkan permohonan, berharap permohonannya dapat terkabul walau itu sangat mustahil. Aejin mulai melihat bunga dandelionnya yang berterbangan dan hanya menyisakan dua tangkai di tangannya.
"Sunoo mau tau Kakak minta apa?"
"Kakak minta agar semua kembali menjadi lebih baik. Walau itu mustahil akan terjadi."
Namun apa boleh Aejin berharap agar permohonannya terkabul? Hanya satu permohonan saja. Hanya satu.
*•••*
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Trouble - Sunghoon [Enhypen]
Fiksi PenggemarMemiliki hubungan lebih memang hal yang biasa. Namun jika hubungan itu tercipta tanpa adanya rasa, itu dapat menjadi masalah besar. Masalah besar itu tak akan berakhir tanpa adanya pengakuan. ❝Dimulai dari sesuatu yang kecil dan sekarang berubah me...