*◌ೃ 39 kebahagiaan

389 59 2
                                    

"jangan benci Winter."

Chapter Thirty-nine

"Aejin?"

Sunghoon menyadarkan Aejin yang termenung dan tidak bersuara sama sekali. Lagi pula bagaimana dia bisa tidak membenci Winter? Winter sudah terlalu menyiksanya.

Helaan nafas Sunghoon terdengar jelas tepat pada telinga Aejin, "gue tau lu benci dia. Tapi dia gak sejahat itu. Orang tuanya punya banyak masalah yang ngebuat mereka bertengkar tiap hari, itu ngebuat dia frustrasi sampe mau bunuh diri. Dia cuma mau diperhatiin. Jadi jangan benci dia, apa lagi nyakitin dia."

Jadi itu tujuan Winter menjauhkan Jungwon darinya? Dia hanya ingin merasakan kasih sayang dan perhatian dari orang yang benar benar ia sayang. Aejin merasa menjadi manusia yang egois sekarang.

Ternyata benar apa yang orang bilang. Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Bahkan Aejin secara tidak sadar sudah menjauhkan kebahagiaan Winter dan menjadi orang jahat. Mungkin Winter juga sama sepertinya. Dia hanya ingin bahagia.

Jika Aejin mendapat kebahagiaannya itu dapat merenggut kebahagiaan orang lain. Maka apa dengan merelakan kebahagiaannya, dia dapat mengembalikan kebahagiaan orang lain? Tapi pertanyaan yang sesungguhnya adalah, apa dia sanggup?

"gue ngerti kok Hoon, gue gak bakal benci dia. Lu tenang aja."

"makasih Jin. Gue duluan ya, Tubin manggil."

"hmm, salam buat Tubin."

Tutt tutt tutt

Aejin menggenggam ponselnya erat. Haruskah dia menjauhi Jungwon demi Winter? Dan dengan menjauhi Jungwon, Sunghoon juga tidak akan berniatan untuk membalas dendam lagi kan?

Baiklah, setidaknya berikan dia sedikit waktu untuk berbicara dengan Jungwon. Untuk terakhir kalinya sebelum Aejin benar benar melepaskan Jungwon.

Jika dia tidak bisa mendapat kebahagiaan, maka dia akan menjadi kebahagiaan itu.

•***•

Malam ini Aejin sudah dibebaskan dari hukumannya, karena besok dia sudah masuk kembali ke sekolah.

Setelah terus menerus dikurung  Aejin keluar bak mayat yang hidup kembali. Suhu tubuhnya sangat rendah, kulitnya yang pucat tampak lebih pucat dari biasanya, tubuh kurus yang semakin kurus, luka luka kering yang ada pada seluruh tubuhnya masih berbekas, dan tangan yang terus memegangi perut serta tembok untuk membantunya berjalan.

Kejam, namun itulah hidup.

Sesampainya di kamar Aejin meminum air sangat banyak. Jika orang yang tidak minum seharian saja bisa dehidrasi, bagaimana dengan Aejin yang tidak minum selama satu minggu? Biarkan saja, Aejin sudah tidak peduli lagi dengan kondisi tubuhnya.

Aejin mengganti pakaiannya dan mulai merebahkan dirinya pada kasur secara perlahan. Matanya sangat berat dan dapat tertutup kapan saja, namun rasa sakit yang terus menyerang membuatnya tidak bisa menutup matanya.

Istirahat adalah hal yang Aejin perlukan sekarang. Istirahat bukan sekedar mengistirahatkan tubuh dari letih, namun istirahat juga melepaskan semua yang ada di pikiran dan mengistirahatkan semua bagian dari tubuh bahkan juga mental. Terdengar mudah, namun sulit untuk Aejin.

Aejin melihat sebuah cutter di meja belajarnya. Suatu ide gila muncul di kepalanya.

"kalau Winter yang mau bunuh diri dapet perhatian sebesar itu-

Aejin mengambil cutter dan memandanginya dengan senyum tipisnya.

-gimana kalau gue mati? Gue bakal dapet perhatian lebih dari itu kan?"

Big Trouble - Sunghoon [Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang