*◌ೃ 38 ingin menangis

431 70 4
                                    

Biarkan dia beristirahat untuk kali ini, dia sangat lelah.

Chapter Thirty-eight

Aejin terbangun pada jam tiga pagi, dia benar benar terlelap dalam alam bawah sadarnya.

Aejin mengambil handphonenya dan terdapat banyak panggilan yang tidak terjawab dari Sunghoon. Apa Sunghoon akan memarahinya lagi karena kejadian waktu itu? Biarkan saja dia, lagi pula mau Sunghoon marah atau bahagia pun tidak akan mengubah hidupnya.

Aejin mencoba berdiri dengan bertumpu pada wastafel di depannya. Dilihatnya dirinya yang sudah berlumuran darah dari kepala hingga kaki, tubuhnya menggigil karena suhu yang semakin rendah, ditambah lagi dengan dirinya yang sudah basah kuyup. Benar benar memprihatinkan.

Aejin mengambil obat luka dan perban yang ada di sana. Di dalam rumah Aejin ada beberapa tempat yang digunakan untuk menaruh obat obatan, pertama di kamar Aejin, kamar Sunoo, kamar orang tuanya, dan kamar mandi. Beruntunglah Aejin hanya dikurung di kamar mandi, Aejin mungkin akan gila jika Papanya mengurungnya di dalam gudang selama berhari hari.

Aejin menatap wajahnya pada cermin yang mengeluarkan banyak darah di berbagai sisi. Pada keningnya luka yang sudah tertutup itu kembali terbuka, hidungnya juga mengeluarkan darah, jangan lupakan bibirnya yang robek serta luka luka kecil pada pipinya.

"shh" Aejin meringis kala sedang membersihkan lukanya. Obat yang mengenai luka lukanya membuatnya tersiksa dan harus menahan teriakannya karena takut akan Papanya.

Aejin menggigit tangannya sendiri guna menahan teriakannya hingga menimbulkan luka pada tangannya karena gigitannya yang sangat kuat. Aejin memasang asal perban pada kepalanya, yang terpenting lukanya tertutup agar tidak terinfeksi.

Aejin melihat tangannya, tangan bekas luka panjang yang ditimbulkan oleh Winter. Luka itu sudah tertutup dan meninggalkan bekas yang mungkin tidak akan pernah hilang. Aejin menggulung lengan bajunya lebih keatas dan terlihatlah sebuah luka bekas jahitan pada lengan bagian atas Aejin. Dia hanya tersenyum miris mengingat kejadian serupa yang menimpanya dahulu, bahkan luka yang sudah lama tertutup itu masih membekas di lengannya. Bagaimana dengan luka di hatinya? Apa saat luka itu tertutup akan berbekas selamanya?

Selama satu jam Aejin mengobati lukanya dari kepala hingga kakinya. Tangannya sudah terdapat banyak luka gigitan karena dirinya yang terus menahan teriakkannya.

Bagi kebanyakan orang, saat mereka memendam sesuatu, mereka akan melepaskan sesuatu yang mereka sudah pendam dengan suara mereka, seperti bernyanyi, bercerita, maupun berteriak. Namun bagi Aejin, cara melepaskan apa yang ia pendam hanya dengan cara menangis sendirian tanpa ada yang tau. Ingin rasanya bercerita pada seseorang, namun tidak akan ada yang peduli dengannya. Lelah rasanya memendam sesuatu sendirian.

Aejin harap, dia dapat mengeluarkan semua yang ia pendam suatu saat nanti.

*•••*

Tidak terasa terangnya bulan sudah berganti dengan hangatnya matahari.

Sedari tadi Aejin hanya membersihkan darah darah yang ada di sekitarnya, karena menimbulkan bau anyir yang sangat menyengat. Bibir Aejin pun tampak membiru, jari jari tangannya berkeriput, kulitnya memucat, dan jangan lupakan nafas yang tersengal sengal karena sakit di perutnya membuatnya sulit untuk bernafas.

Tok tok tok

Aejin melihat ke arah pintu kamar mandi yang seperti di ketuk. Sangat tidak mungkin jika Papanya melepaskannya secepat ini.

Big Trouble - Sunghoon [Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang