"baru juga segini dan lu udah kayak begini. Gue gak yakin lu bisa bertahan di permainan selanjutnya."
Chapter Twenty-eight
Aejin mengeringkan wajahnya yang basah dan menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin di depannya. Melihat wajah yang membuat masalah di mana mana, wajah yang membuat orang orang tersiksa karenanya, wajah yang tidak pantas hidup.
Aejin bersandar pada dinding toilet dan mulai terduduk. Diusap kasar wajahnya dengan tangannya, memikirkan hidupnya yang tidak pernah berjalan dengan baik.
Ceklek
Winter masuk ke dalam toilet dan langsung menyeringai kala melihat kondisi Aejin yang hancur berantakan.
"ngapain lu di sini?" tanya Aejin dengan tatapan yang tajam saat Winter mulai mendekat ke arahnya. "ini toilet umum, bukan toilet rumah lo. So~ gue boleh ke sini" Winter mengangkat wajah Aejin dengan telunjuknya agar dapat melihat hancurnya orang yang ada di depannya.
"kalo capek berhenti aja." ucapan Winter yang tiba tiba mampu membuat Aejin terkejut. Apa maksudnya untuk 'berhenti'? "gue tau lu itu cuma benalu yang mengganggu pohon inang. Lu tau kan kalau benalu harus disingkirkan?" Aejin menatap Winter yang terus tersenyum.
Winter mulai berdiri dan berjalan memutar di hadapan Aejin, "lu itu cuma beban di keluarga, lu itu selalu ngerepotin semua orang terutama temen temen lo. Dan ya, lu itu gak pantes hidup Jin, kenapa lu gak pernah sadar?"
"dan sekarang." Winter berhenti tepat di depan Aejin. "mending lo nyerah aja deh. Gak guna juga hidup lo." Winter terkekeh sinis dan meninggalkan Aejin sendirian dengan kondisi yang dapat dikatakan tidak baik baik saja.
Aejin mulai memukul mukul kepalanya sendiri. Winter menyadarkannya kembali atas dirinya yang tidak pantas hidup, Aejin merasa benar benar buruk sekarang. Apa dunia memang menginginkan kepergiannya?
Jika iya, Aejin akan turuti itu.
Prang
Cermin yang ada tepat di hadapannya seketika pecah berkeping keping karena sebuah pukulan kencang dari Aejin. Aejin melihat tangannya yang mulai mengeluarkan darah segar karena serpihan serpihan kaca yang melukainya.
Aejin tersenyum melihat tangannya yang berlumuran darah. Ia ambil satu kepingan kaca yang ada di lantai, menggoreskannya pada lengannya. Goresan itu bukan goresan biasa, itu adalah goresan yang dalam, bahkan sekarang goresan itu mengeluarkan darah yang begitu banyak.
Aejin tidak tau kenapa, namun terdapat suatu sensasi saat lengannya terluka yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Sensasi yang sangat luar biasa, sensasi yang membuatnya senang dan ingin mencobanya kembali.
Sret
Ia goreskan kembali kaca tersebut pada lengannya dan kembali tersenyum.
Namun seketika senyumannya menghilang.
"terus apa yang Mama dapat? MAMA MALAH DISIKSA! DAN ITU SEMUA CUMA KARENA MAMA BELAIN KAMU!"
Aejin menggeleng gelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan suara suara yang terus berdatangan.
"stop."
"kamu tau rasanya dihina, dipukul, dibentak, dicaci, dan dimaki? MAMA HARUS NGALAMIN ITU SEMUA KARENA NGEBELA KAMU!"
Aejin menutup telinganya dan terus bergumam, menyuruh suara suara tersebut agar berhenti datang.
"Aejin tau."
"benar benar anak yang merepotkan. KENAPA KAMU YANG HIDUP?! KENAPA BUKAN SUNOO?!!"
Tanpa sadar Aejin membenturkan kepalanya berkali kali pada dinding berusaha agar suara itu hilang dari kepalanya, hingga membuat dinding tersebut berubah warna menjadi merah karena darah yang mulai keluar dari kepala Aejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Trouble - Sunghoon [Enhypen]
FanfictionMemiliki hubungan lebih memang hal yang biasa. Namun jika hubungan itu tercipta tanpa adanya rasa, itu dapat menjadi masalah besar. Masalah besar itu tak akan berakhir tanpa adanya pengakuan. ❝Dimulai dari sesuatu yang kecil dan sekarang berubah me...