-bukti kalau ucapan Mama sama Papa itu bener. Aejin gak layak dan gak akan pernah layak ada di sini."
Chapter Thirty-five
Keesokan harinya, Sunghoon masih saja memperdebatkan kejadian kemarin yang terjadi antara Aejin dan Winter. Bayangkan betapa ricuhnya meja makan ketika sedang sarapan dan ada dua orang yang terus menerus bertengkar.
Tubin benar benar takut melihat Papa dan Kakaknya yang sedari tadi bertengkar, tatapan tajam mereka berdua dan suara yang mereka tinggikan mampu membuat tubuh Tubin bergetar takut. Tubin bahkan tidak memakan makanannya, dia malah memeluk kakak perempuannya erat saking takutnya.
"Pa, Hoon, kalau ada masalah jangan dibahas di-" ucapan Kakak Sunghoon terpotong karena Papanya. "jangan sekarang Lia!"
Lia menatap Papanya tidak suka dan pergi bersama Tubin, meninggalkan pertengkaran Sunghoon dan Papanya yang masih berlanjut.
"Hoon, jangan dibahas lagi. Ini gak ada hubungannya sama kita."
"tapi Papa yang hukum dia! Papa hukum dia padahal dia udah ceritain semuanya! Papa jangan hukum orang lain tanpa bukti!"
Brak
"PARK SUNGHOON!"
Gebrakan meja terdengar hampir di seluruh penjuru rumah. Papanya sudah kelewat emosi karena anaknya yang terus bersikeras membela temannya itu, ralat, mantannya.
"Papa hukum mereka berdua ada alasannya! Mereka berdua sama sama terluka. Winter bercerita tanpa bukti, sedangkan Aejin memberi bukti tanpa bercerita. Masalah mereka belum terbukti jelas, kalau Papa cuma hukum Aejin, itu namanya pilih kasih dan masalah akan semakin besar!"
Sunghoon nampak menundukkan kepalanya, merasa takut ditambah dengan rasa bersalah karena menuduh Papanya berbuat tanpa berpikir terlebih dahulu.
Papa Sunghoon menghela nafasnya perlahan, menenangkan dirinya sendiri. "Hoon, dengerin Papa." Sunghoon mendongak, melihat Papanya kala tangan besar itu merangkulnya pelan. "kamu jangan pernah menuduh orang tanpa alasan yang jelas. Siapa tau cerita yang Winter bilang hanya tipu belaka, karena setiap manusia pasti pernah berbohong.
Begitu juga Aejin. Bisa jadi Aejin yang terlihat jahat disini malah korban yang sebenarnya kan? Aejin diam bukan berarti dia bersalah, siapa tau dia takut cerita masalah ini karena gak ada yang dengerin dia. Jadi jangan memandang hanya dari satu sisi, pandangan dari sisi lain juga pasti berbeda." Papa Sunghoon mengelus surai hitam anaknya lembut. Dia tau, anaknya pasti merasa bersalah atas kejadian ini.
"Papa tau masalah kamu sama Winter, tapi jangan terlalu keras sama Aejin juga. Dia itu pacar kamu, kamu yang harus ngertiin dia. Jangan main tuduh aja, dia juga punya perasaan. Ayo berangkat, hari ini berangkat sama Papa." tepukkan singkat Papa Sunghoon berikan pada punggung anaknya, dan berjalan mendahului Sunghoon menuju mobil diluar rumah.
Punya perasaan ya. Pikir Sunghoon.
*•••*
Aejin terduduk lemas di samping wastafel kamar mandinya. Sedari tadi saat dia bangun tidur dengan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuh, dia mulai merasakan sakit di perutnya dan beberapa detik kemudian Aejin langsung memuntahkan isi perutnya.
Aejin tidak memiliki tenaga lagi, bahkan hanya untuk berdiri dari duduknya sangat sulit.
Tok tok tok
"Aejin ayo sarapan dulu." pintu kamar mandi diketuk dan terdengar suara lembut Mama Aejin yang sedang menunggu anaknya agar keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Trouble - Sunghoon [Enhypen]
FanfictionMemiliki hubungan lebih memang hal yang biasa. Namun jika hubungan itu tercipta tanpa adanya rasa, itu dapat menjadi masalah besar. Masalah besar itu tak akan berakhir tanpa adanya pengakuan. ❝Dimulai dari sesuatu yang kecil dan sekarang berubah me...