40

596 125 13
                                    

Sejak kejadian gagal ngenskuy kapan hari, Yena belum bertemu lagi dengan Yuri. Tapi kali ini bukan karena berantem, melainkan Yuri harus ikut mamanya pergi ke Busan untuk jenguk kakek dan neneknya.

Mumpung belum sibuk ngampus, jadi Yuri memutuskan untuk ikut dan menyapa keluarga yang ada di Busan.

Dan karena alasan itu pula, hingga saat ini Yena belum mengetahui jurusan apa yang diambil oelh pacarnya di UNS. Yena sudah coba menanyakan via chat, tapi Yuri menolak. Katanya lebih enak dibicarakan langsung. Jadi ia berjanji akan langsung memberitahu Yena saat nanti ia kembali ke Seoul.

Kalau sudah begitu keputusan Yuri yaa Yena hanya bisa menghormati. Daripada maksa dan endingnya berantem?

Selama kepergian Yuri ke Busan pun Yena lebih banyak beraktifitas di luar rumah. Terutama di area kampus. Karena ia harus mengurus beberapa berkas'berkas kampus serta keperluan untuk tinggal di asrama.

Iya. Asrama.

Mengingat jarak rumah dan kampus yang memerlukan waktu tempuh kurang lebih 2 jam, Yena akhirnya memutuskan tinggal di asrama yang di sediakan oleh kampus. Eunbi sebenarnya sudah menawarkan untuk membeli apartment yang tak jauh dari area kampus, namun Yena menolak.

Alasannya karena di tahun ajaran baru, pasti harga apartment di sekitar situ akan melonjak berkali'kali lipat dari sebelumnya. Jadi, daripada membuang uang terlalu banyak, Yena memutuskan untuk tinggal di asrama saja.

;

Yena baru saja sampai dari perjalanannya dan menemukan lampu rumahnya menyala dengan terang. " Ada Eunbi eonnie kah? ", gumamnya sambil menyampirkan ransel di sebelah pundaknya.

Yena masuk disambut dengan aroma yang cukup menggugah selera. Membuatnya semakin yakin bahwa memang Eunbi sedang berada dirumah.

Ia segera berlari kecil menuju dapur dan melihat siapa yang sedang memasak, " Jo Yuri? ", katanya sedikit kaget.

" Eo? Udaa dateng kak? Sini duduk, makan dulu. ", titahnya.

Yena berjalan menuju meja makan, menaruh ranselnya di atas meja lalu menarik salah satu kursi kosong untuk dirinya. Di atas meja kini tersaji beberapa makanan simple seperti nasi goreng kimchi, ayam goreng dan buah.

" Ini semua lo yang masak atau cuma manasin doang? ", katanya pada Yuri yang kini datang membawa seteko air dan 2 gelas kosong.

" Nyindir? ", sautnya sambil memberikan piring yang sudaa diisi nasi dan ayam untuk Yena.

Yena menerima piring itu sambil tersenyum." Enggak nyindir. Kan kita semua tau lah skill dapur lo kek mana? "

" Jangan di kira seminggu di Busan gue cuma leyeh'leyeh yaa. Gue belajar masak tau! Tuh buktinya. Sekarang gue udaa bisa bikin nasi goreng kimchi pake resepnya nenek. "

" Oke, gue coba yaa. ", kata Yena sambil menyuap nasi goreng tersebut.

Yuri memperhatikan bagaimana ekspresi gadis itu saat memakan nasi goreng buatannya dengan sangat gugup. " Gimana? ", katanya penasaran.

" Enak, cuma next time mungkin kamu harus kurangin garem. ", saut Yena jujur.

" Asin banget? ", tanya Yuri dengan wajah lesu.

" Masih bisa di toleransi kok. ", ujar Yena sambil mengelus tangan gadis di hadapannya. " Lain kali di coba lagi yaa, sayang. "

Yuri tersenyum kala mendengar kata yang barusan di ucapan oleh Yena. Kemudian ia menyuruh Yena mencoba ayam gorengnya juga.

" Sumpah ayamnya enak banget! ", puji Yena. " Ini resep nenek juga? "

" Oh kalo yang itu emang beli di resto langganan sepupu gue. ", saut Yuri terkekeh. Begitupun dengan Yena yang tergelak karena salah mengira.

Keduanya melanjutkan makan malam sambil berbincang mengenai apa saja yang mereka lakukan selama seminggu terakhir.

" Btw, lo belom kasii tau jurusan lo di kampus ke gue. ", kata Yena mengubah topik.

" Psikologi. ", saut Yuri. " Gue lulus di jurusan psikologi. ", sambungnya untuk memastikan Yena mendengar ucapannya dengan baik.

" Hah? ", kata Yena kaget.

Yuri menghela nafasnya sebentar lalu mengambil ponselnya untuk mencari sesuatu. Setelah menemukan yang di cari, ia menyodorkan ponsel itu pada Yena.

Yena menatap layar terang yang menunjukkan nama, nomor pendaftaran serta jurusan yang di pilih Yuri semua terpampang dengan satu kata berhuruf kapital dan bercetak tebal yaitu, LULUS.

" Gue udaa pernaa bilang kan, kalo alasan gue pilih jurusan ini sama kuatnya kek alasan lo pilih jurusan bedah. ", ucap Yuri.

" Kalo lo milih bedah karena ga pengen ada orang lain yang berakhir sama kek kakak lo, begitu juga gue. Gue pengen ngebantu orang'orang yang punya masalah yang sama kek lo kak. "

" Terlebih, gue pengen lebih mengenal diri lo yang ada di dalam sana, lebih jauh lagi. ", tutupnya sambil menunjuk dada Yena.

Yena menjulurkan tangannya untuk mengelus kepala sii gadis, " 잘했어 조유리, 고마워! (Jalhaesseo Jo Yuri, gomawo! - Thankyou.) "

Yuri memberikan senyum terbaiknya saat mendengarkan ucapan Yena barusan. Entah mengapa rasanya senang saja mendengar Yena memujinya seperti itu.

" Kira'kira nanti kita se-asrama nggak yaa? ", ucapnya kemudian.

Yena mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban. " Kalo kampus nentuin secara acak sih, mungkin aja. Tapi kalo per fakultas jurusan, keknya kecil kemungkinan sih. "

Yuri mencebikkan bibirnya cemberut. Kalau nanti saat perkuliahan di mulai, lalu dia tidak se asrama atau minimal satu gedung dengan Yena, pasti akan terasa membosankan. Sudah beda fakultas, beda asrama pula. Masa iya ketemu cuma pas weekend doang? Itu juga kalo ga saling sibuk.

" Sesibuk apapun, nanti tetep kita usahain buat ketemu yaaa. ", ujar Yena seolah mengerti kekhawatiran Yuri. " Oiya, minggu ini kan di undang Kwangbae ke opening lounge bokapnya yang baru, kamu ikut? ", tanya Yena mencoba mengembalikan fokus Yuri.

" Boleh deh. Ada dress code nggak? "

Yena menggeleng. " Kata Kwangbae sih senyaman kita aja. "

Yuri manggut'manggut. " Kamu kalo udaa, piringnya biar taroh situ aja. Nanti biar aku yang beresin. Kamu mandi gih, udaa mulai bau asem. ", ucapnya sambil berlagak menutupi hidung.

Melihat Yuri yang seperti itu membuat ide jahil muncul di benak Yena. Ia segera beranjak dari kursi dan buru'buru memeluk gadis yang ada di hadapannya begitu erat.

" Nih rasain nih bau asem! ", katanya sambil tertawa.

" Yenaaaaa! Ih! ", protes Yuri kesal.

Yena melepaskan pelukannya sambil masih tertawa. Sedangkan Yuri, ia malah cemberut kesal. " Aku kan udaa mandi! Jadi bau lagi gegara kamu! "

" Yaudaa mandi lagi. ", singkat Yena. Ia menyambar ranselnya lalu berjalan kemudian berhenti pada anak tangga ke tujuh untuk berbalik dan berkata, " Ayok mandi lagi. Aku tunggu di atas. "

Usai mengucapkan kalimat ambigu tersebut, Yena kembali beranjak menuju kamarnya. Meninggalkan Yuri yang kini tengah berusaha mencerna ucapannya barusan.

" Ini gue disuruh mandi lagi sekalian bareng dia apa gimana? ", monolognya sendiri.

" Jo Yuri ayoook! ", seru Yena dari kamarnya diatas.

" Samperin nggak nih? ", katanya bimbang.

-----

My World - 나의세상
MenolakBubar • 2021

To Be Continue....

YenYul | My World (나의세상) • GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang