Rapuh 10

1.3K 57 1
                                    

Tiada yang bisa memberhentikan waktu, dan tiada yang bisa memberhentikan pergantian siang dan malam, kecuali Sang Maha Kuasa. Waktu yang terus berputar membuat perjalanan kehidupan manusia terasa begitu singkat.

Mulai dari detik ke menit, menit ke jam, jam ke hari, hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun. Akan selalu seperti itu hingga Allah menghendaki semuanya untuk berhenti.

Seperti yang tengah dirasakan oleh tiga cinta dalam satu atap. Siapa lagi kalau bukan Fahmi-Laras dan Fahmi-Nisa. 

Genap sudah 6 bulan mereka tinggal dalam satu atap. Dan genap sudah 6 bulan mereka tinggal dipenuhi dengan kecanggungan, keheningan, keamarahan, dan air mata. Bahkan kebahagiaan tidak lagi tercantum dalam daftar kehidupan mereka selama 6 bulan ini.

6 bulan bukanlah waktu yang singkat. Dalam waktu 6 bulan, bisa saja sepasang kekasih yang awalnya tidak saling mencintai menjadi sepasang kekasih yang begitu erat hingga susah dilepaskan. Dan dalam waktu 6 bulan juga, bisa saja sepasang kekasih yang dulunya begitu erat bisa saja menjauh bahkan sangat jauh.

Namun, bagi wanita waktu 6 bulan belumlah cukup untuk bisa menyembuhkan luka hati yang terus menganga. Sederet demi sederet memori yang membuat wanita rapuh, tidak akan sanggup disembuhkan walau dalam jangka waktu 40 tahun. Namun, sesakit-sakitnya luka yang ditanggung wanita, takkan membuat wanita menjadi gadis yang lemah. Bahkan dengan adanya luka, dia bisa lebih kuat demi melindungi harta berharganya selama ini. Itulah sifat wanita yang membuatnya begitu dihargai dan dicintai oleh Rasulullah SAW, bahkan namanya tercantum dengan indah dalam Surah Al-Qur'an. Qs. An-Nisa.

Itulah yang dirasakan Laras saat ini. Dia bertahan, dia terlihat bahagia, dan dia terlihat baik-baik saja hanya dihadapan orang berharga baginya. Siapa lagi kalau bukan Adiba dan Mamanya. Baginya, sepanjang dan selama apapun waktu tetap takkan bisa menyembuhkan luka yang terus menganga setiap harinya. Luka yang ditimbulkan oleh orang yang sangat dia cintai. Yah, jawabannya adalah Fahmi, suaminya.

Drettt! Dreettt!

Seketika lamunan Laras terbuyar hanya karena ponselnya yang bergetar. Laras yang sedang menatap pantulan dirinya dari cermin rias langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas.

"Assalamu'alaikum," sapa Laras pada orang diseberang sana.

"..."

"Jam berapa?"

"..."

"Baiklah, aku akan segera datang. Tunggu aku disana, yah."

"..."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah telfon dimatikan, Laras segera memakai gamis berwarna mocha yang sudah dia siapkan. Lalu dia memakai jilbab syar'i yang berwarna senada dengan gamisnya, tidak lupa dia menyematkan bros berbentuk bunga di bahu sebelah kirinya. Cantik.

Laras berjalan menuruni tangga dengan anggunnya. Diruang tamu, Nisa sedang memakan kacang telur yang menjadi cemilan favoritnya. Tanpa menyapa Nisa, Laras langsung membuka pintu.

Nisa yang melihat kakak madunya hendak pergi, segera mengejar Laras. Dia ingin memulai semuanya dari nol. Memulai semuanya dengan baik, agar Laras bisa menerimanya. 

"Mbak mau kemana?" tanya Nisa sopan.

Laras hanya memutar bola matanya malas, lalu melangkahkan kakinya menuju garasi untuk mengambil mobilnya.

Dalam Tangisan Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang