"Apa-apaan kamu, Ras?!"
Fahmi menarik kasar tangan Laras yang digenggam oleh Syarif. Menatap istrinya dengan tatapan tajam. Meminta penjelasan dari yang dia lihat barusan.
"Ada apa, Mas? Apa masalahnya?" tanya Laras seolah tak mengerti dengan amarah Fahmi. Padahal sebenarnya dia tahu betul mengapa Fahmi sampai semarah ini.
"Kamu masih istriku, Ras! Kenapa kamu membiarkan dia memegang tanganmu?!" bentak Fahmi. Dia benar-benar tak bisa menahan emosinya kali ini.
Suami mana yang tak marah jika melihat istri yang sangat dia cintai berduaan dengan pria lain. Ah, tidak. Bukan berdua. Melainkan bertiga dengan anak kecil yang saat ini menangis karena ketakutan.
"Kamu lupa, Mas? Bukankah kamu sudah mengusirku semalam? Usiran kamu itu, sudah aku anggap sebagai talak!" tekan Laras dengan wajah datar.
Deg!
Talak? Kapan? Bagaimana bisa? Mengapa bisa?
Pertanyaan itu yang mengelilingi kepala Fahmi."Kamu masih istriku, Ras. Selamanya hanya kamu istriku."
Suara Fahmi melembut. Dia meraih tangan Laras. Menggenggamnya kuat. Seakan takut jika Laras pergi dan meninggalkannya bersama Syarif.
"Itu kemarin, Mas. Tidak untuk sekarang!" tekan Laras. Dia menghempaskan tangan Fahmi sedikit kasar. Hingga genggaman itu lepas.
"Laras!!! Jangan membantah!!!"
Emosi Fahmi kembali memuncak.
Bugh!
Baru saja dia hendak meraih tangan Laras, satu pukulan keras menghampiri rahangnya. Membuat darah segar keluar dari sudut bibirnya yang sedikit sobek.
"Jangan kasar pada wanita!" bentak Syarif.
Bugh!
"Kau bajingan! Kau sudah merebut istriku!"
Giliran Fahmi yang memukul rahang Syarif hingga membuat dia terhuyung kebelakang.
"Bukan aku yang merebutnya, Sialan! Tapi, kau yang membuat Laras pergi!!!"
Bugh!
"Kau---"
"Berhenti!!!"
Teriakan Laras membuat dua pria yang saling adu pukulan, berhenti dengan nafas memburu. Saling melayangkan tatapan tajam.
"Berhenti, Mas! Kamu gak berhak atasku lagi! Biarkan aku bahagia, Mas! Kamu sudah membuatku menderita! Kamu sudah membuatku sakit, Mas!"
Isakan Laras mengikuti bentakan Laras. Membuat Fahmi hanya bisa mematung memandang wanita yang sangat dia cintai. Sungguh, hatinya seperti diremas saat ini. Melihat wanita yang sangat dia cintai begitu terluka. Dan sialnya, dialah yang menyebabkan Laras terluka.
"Aku sudah membiarkan kamu memilih, Mas. Tapi, kamu egois. Kamu tak mau melepaskan salah satu diantara aku dan Nisa. Kamu egois karena kamu ingin memiliki keduanya. Karena keegoisan kamu ini, aku benar-benar tersiksa. Aku sakit, Mas. Sakit sekali!
Setidaknya, untuk kali ini saja, Mas. Biarkan aku bebas. Biarkan aku pergi mencari kebahagiaan yang kamu rampas. Biarkan aku pergi untuk mengobati luka. Biarkan aku menyembuhkan luka ini, Mas ...," lirih Laras.
Isakannya semakin keras. Mengiris hati siapapun yang mendengarnya. Sama seperti yang Fahmi rasakan. Ingin sekali dia memeluk erat istrinya, tapi luka dan sakit yang sudah dia torehkan pada Laras, membuatnya begitu takut walau hanya mendekat. Takut jika dia akan semakin melukai istrinya itu.
"R-Ras ...," lirih Fahmi. Air matanya mengalir deras. Sangat sesak hatinya.
"I-izinkan aku pergi, Mas ...," pinta Laras dengan tatapan memohon.
Fahmi tak menjawab. Dia justru semakin tergugu dalam tangisnya. Meratapi hidupnya jika tak ada Laras dihidupnya. Sungguh, dia benar-benar tak bisa hidup tanpa Laras.
Tangisan Fahmi semakin kencang saat melihat Syarif menghampiri Laras bersama Syila. Mereka menuntun Laras pergi menjauh darinya. Semakin jauh hingga hanya kegelapan yang ada.
"Laras!!!"
"Astaghfirullah! Mas, ada apa?"
Fahmi langsung membuka matanya. Pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah wajah Laras. Fahmi langsung memeluk Laras erat sambil menangis.
"Jangan tinggalkan aku, Ras. Aku mohon ...," pinta Fahmi dengan suara seraknya.
"Ya Allah, Mas. Kamu kenapa? Mimpi buruk?" Laras mengusap punggung Fahmi yang bergetar.
"Jangan tinggalkan aku, Ras. Aku mohon. Aku gak bisa hidup tanpa kamu," pinta Fahmi lagi.
"Aku gak akan ninggalkan kamu, Mas. Kamu hanya mimpi buruk. Jangan terlalu difikirkan. Sekarang kamu tidur lagi."
Laras mencoba melepas pelukan Fahmi, tapi bukannya melepas, Fahmi malah semakin mengeratkan pelukannya. Benar-benar takut jika dia bangun nanti, Laras sudah tak ada disampingnya.
"Aku mimpi kamu ninggalin aku sama pria itu, Ras," ujar Fahmi dengan suara parau.
"Aku gak akan kemana-kemana, Mas. Percaya sama aku," balas Laras.
Fahmi sama sekali tak mau melepaskan pelukannya. Dia malah terlelap dalam pelukan Laras. Membuat Laras menghembuskan nafas pasrah.
"Seburuk apapun mimpimu, Mas. Aku tak akan pernah ninggalin kamu sampai kamu yang meminta aku untuk pergi. Ah, tidak. Tapi, sampai aku benar-benar tak bisa bertahan," lirih Laras sambil mencium puncak kepala Fahmi.
****
Whattt!!!
Cuman mimpi!!!
Huaaa!!!Kena prank 🤣
Hayooo, siapa yang lalu nyuruh aku bikin Fahmi nyesel dengan Laras yang pergi sama Dokter Syarif dan Syila???
Noh, dah aku bikinin. Tapi, dalam mimpi 🤣
Gak papa ye kan? Yang penting idenya udah aku masukin ke cerita Laras. Makasih idenya 😍🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Tangisan Senja
SpiritualFollow dulu, ya, sebelum baca .... Apa jadinya jika kebahagiaan dalam hubungan halal, harus lenyap seketika hanya karena orang ke tiga? Apa ada yang namanya keikhlasan, jika cinta yang awalnya utuh kini telah terbagi? Bertahan atau melepas? Keduany...