Rapuh 21

1.2K 59 11
                                    

"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Fahmi saat melihat Laras melewatinya menuju pintu.

Laras yang masih memendam sakit, hanya melirik sekilas tanpa menghentikan langkahnya.

Baru saja dia ingin membuka knop pintu, suara Fahmi yang sedikit membentak langsung menghentikan tangan Laras dan membuatnya mematung.

"Suamimu sedang bertanya, Ras! Dimana sopan santun kamu terhadap suami?!" suara Fahmi naik beberapa oktaf dengan tatapan tajamnya ke arah Laras yang masih membelakanginya.

"Jangan tanya dimana sopan santunku jika kamu sendiri tak pernah menghargaiku," ucap Laras sebelum melangkahkan kakinya lagi untuk menjauh dari Fahmi.

Sejak dia mendengar Nisa hamil, terlebih lagi perhatian yang kerap kali Fahmi berikan kepada madunya itu, membuat emosi Laras selalu memuncak. Dia kini terlalu sensitif apalagi jika berhadapan dengan Fahmi dan juga Nisa.

Begitu juga dengan Fahmi. Entah apa yang sudah Nisa katakan kepada suaminya itu hingga Fahmi tak jarang untuk membentak Laras atau bahkan mengatakan kata-kata yang menyakitkan untuknya.

Dan yang Laras tau saat ini adalah rasa bencinya kepada Nisa semakin meningkat dan rasa kecewanya kepada Fahmi semakin besar hingga takkan ada obat yang bisa mengobatinya.

Fahmi mematung. Dia tak bisa lagi mengatakan apapun. Dia hanya bisa memandang punggung Laras yang semakin menjauh, hingga punggung itu hilang dibalik dan tak lama setelahnya, mobil Laras keluar dari halaman rumahnya.

"Maafkan aku, Ras," lirih Fajri.

"Namun, sikapmu benar-benar keterlaluan, Ras. Tak seharusnya kamu seperti ini. Kamu berubah. Aku ... kecewa," lanjutnya yang disertai hembusan nafas berat.

Berbeda dengan Laras.  Tak henti air matanya menetes. Dia terus mengendarai mobil tanpa tujuan yang tepat. Hingga akhirnya dia menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang dengan tulisan besar "Rumah Impian Sinar Kasih".

Mungkin sebagian orang tak asing dengan nama bangunan itu. Yah, itu adalah bangunan yang khusus dibuat oleh para donatur untuk melindungi anak-anak yang ditinggalkan oleh orangtuanya. Anak Yatim Piatu.

Laras adalah salah satu donatur di sini. Gaji yang dia dapat setiap bulan selalu dia sisihkan untuk sekedar membuat anak-anak yang kurang beruntung menjadi anak yang bahagia tanpa kurang dari kasih sayang.

Di sinilah Laras akan mendapatkan ketentraman hati. Sedangkan Fahmi saja tidak tau jika Laras menjadi donatur di sini dan kerap kali mengunjungi rumah ini.

"Bunda...!" teriak serempak anak-anak kecil sekitar umur tiga sampai sepuluh tahun, yang langsung memeluk Laras bahkan ada juga yang meneteskan air matanya.

'Bunda' itu adalah panggilan mereka kepada Laras, dan Laras yang menginginkan itu. Dia ingin anak-anak yang disini menganggap dia adalah bundanya yang akan terus menyalurkan kasih sayang kepada mereka.

Laras yang selalu menyempatkan diri berkunjung ke sini, membuat anak-anak itu menjadi sangat akrab dengannya. Bahkan tak jarang dari mereka yang selalu melapor kepada Laras tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan selama Laras tidak ke sini.

"Bunda,  ayo kita ke taman!" ajak salah satu gadis kecil yang manis kepada Laras.

"Kalian ke sana dulu, yah. Nanti bunda nyusul. Bunda mau ketemu sama Umi dulu. Oke!" kata Laras dengan lembut kepada mereka yang langsung diangguki.

Dalam Tangisan Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang