"Kamu langsung tidur saja, Mi. Pasti kamu capek. Aku mau mandi dulu," perintah Fahmi yang hanya dianggap angin lalu oleh Laras.
Flashback on
Fahmi menunggu Laras didalam mobil hingga azan magrib. Fahmi turun dari mobil dan segera mengambil air wudhu. Sebelum masuk ke masjid, Fahmi mengedarkan pandangannya ke shaf wanita untuk memastikan istrinya baik-baik saja.
Di sana, Laras sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan suara yang sedikit pelan. Senyum tipis tercetak diwajah sayu Fahmi.Setelah memastikan Laras baik-baik saja, Fahmi berjalan menuju Shaf laki-laki.
Shalat magrib berlangsung dengan khidmat. Setelah berzikir, Fahmi bergegas menuju shaf wanita, disana masih ada Laras yang menangis tersedu-sedu sambil menengadahkan tangannya."Sesakit itu kah? Ya Allah, hamba mohon ampun..." lirih Fahmi dalam hati.
Fahmi menunggu Laras didekat gerbang masjid. Tidak membutuhkan waktu lama, Laras berjalan mendekat, bukan kearahnya tapi lebih tepat menuju jalan raya.
Fahmi menarik paksa tangan Laras dan membawanya menuju mobil. Tanpa berkata, Fahmi langsung mendudukkan Laras disamping kursi kemudi dan menutup pintu mobil. Fahmi memutari mobil lalu duduk disamping Laras.
Fahmi melajukan mobilnya tanpa menoleh kearah Laras.Bukan Laras mau ditarik paksa oleh Fahmi, tapi karena Laras terkejut dengan sifat Fahmi yang menurutnya sedikit kasar.
Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang terjadi diantara mereka. Fahmi fokus dengan kemudi sedangkan Laras sedang berdebat dengan fikirannya sendiri.
Flashback off
Fahmi membuka pintu kamarnya dengan perlahan, lalu berjalan mendekati Laras. Dipandangnya wajah sayu sang istri.
"Maafkan aku, Sayang...," lirih Fahmi lalu mencium kening Laras.
***
"Mas, aku takut. Bagaimana nanti kalau Mbak Laras marah?" Nisa meremas tangannya,keringat dingin membasahi pelipisnya begitupun dengan wajahnya yang seketika menjadi pucat pasi.
Saat ini mereka berada dalam mobil menuju ke rumah. Sepanjang perjalanan, Nisa hanya mengucapkan kata "takut", entah sudah berapa kali kata itu terucap dari bibirnya.
Berbeda dengan Fahmi yang hanya fokus kejalanan.Mobil yang ditumpangi Laras dan Nisa sudah memasuki halaman rumah. Aura ketakutan Nisa semakin meruak. Baginya lebih baik masuk kerumah hantu dari pada harus masuk kerumah Laras. Jantungnya terus berdetak cepat seolah-olah akan lepas dari tempatnya.
"Kamu tidak mau turun?" tanya Fahmi sambil memandang Nisa, sedangkan yang dipandang hanya menangkupkan bibirnya rapat dengan wajah pucat.
"Tidak perlu terlalu takut seperti itu. Laras wanita yang baik, dia hanya belum bisa menerima kenyataan ini. Kamu cukup berbuat baik sama dia, ikuti semua yang dia pinta dan coba yakinkan ke dia kalau semuanya akan baik-baik saja," ucap Fahmi mencoba meyakinkan Nisa. Nisa melirik sepintas ke arah Fahmi setelah itu dia menghembuskan nafasnya perlahan.
Nisa membuka pintu mobilnya dan mengikuti Fahmi dari belakang.
Sedangkan koper Nisa diambil oleh Mang Jono dan dibawa ke kamar yang berada dibawah tangga."Mbak Larasnya mana, Mas?" tanya Nisa saat sudah berada diruang tamu. Dia sangat kagum dengan rumah yang sangat mewah ini, ditambah dengan penataan interior yang sangat pas menurutnya. Sangat cantik.
"Mungkin didalam kamar. Kamu masuklah kekamarmu," perintah Fahmi lalu meninggalkan Nisa dan menuju kelantai dua dimana kamarnya bersama Laras berada.
Diedarkan pandangan Fahmi keseluruh sudut kamar, tapi Laras tak ada. Fahmi membuka pintu toilet, tapi Laras juga tak ada didalam.
Kekhawatiran tiba-tiba melintas begitu saja dalam benak Fahmi. Segera mungkin dia menuruni anak tangga dan mencari Laras didapur, tapi tetap nihil. Hanya ada Bi Minah yang ada didapur."Bi, Laras dimana?" tanya Fahmi kepada Bi Minah, pembantu rumah tangganya yang sudah menjadi kepercayaan Fahmi dan juga Laras, karena dia yang mengurus semua keperluan rumah tangga mereka sejak Fahmi dan Laras pindah ke rumah ini.
"Tadi Nyonya pergi tuan, katanya sih mau cari angin," ujar Bi Minah.
"Sudah dari tadi, Bi?" tanya Fahmi lagi.
"Sekitar 1 jam yang lalu, Tuan." jawabnya.
"Cari anginnya kemana, Bi," Fahmi terus memberondong Bi Minah dengan pertanyaannya. Karena biar bagaimanapun dia tetap merasa khawatir jika Laras pergi sendiri.
"Gak tau juga, Tuan. Tapi Nyonya bawa mobil sendiri, Tuan. Tadi sudah sempat bibi cegah karena kan Nyonya sudah jarang bawa mobil sendiri, tapi kata Nyonya dia lagi pengen nyetir sendiri," jelas Bi Minah lagi.
"Ohhh, yasudah,Bi. Makasih," Fahmi langsung berlari keluar rumah dan menuju mobilnya. Dia mencoba menelfon Laras, tapi nomornya tidak aktif. Fahmi semakin khawatir.
Sedangkan di bawah Tangga, Nisa tersenyum kecut melihat Fahmi yang begitu Khawatir dengan Laras. Cemburu, pasti. Karena munafik, jika dia tidak mencintai Fahmi. Bahkan sejak awal mereka bertemu di rumah sakit, Nisa langsung terpesona dengan Fahmi. Wajahnya yang tampan, matanya yang meneduhkan, alisnya yang tebal dan bentuk badannya yang benar-benar kekar. Siapapun wanita pasti akan terpesona ketika melihatnya.
Dia cukup tau diri, dia yang masuk kerumah tangga mereka, dia yang membuat rumah tangga mereka diambang kehancuran, dan dia yang tidak akan pernah mendapatkan cinta dari Fahmi, tapi bolehkan dia berusaha untuk masuk ke hati Fahmi walaupun kecil kemungkinan?
Dia yakin, Allah maha membolak-balikkan hati, dengan begitu dia yakin pasti seiring berjalannya waktu, dia bisa membuat Fahmi mencintainya walaupun dia tidak bisa sepenuhnya menggeser Laras dari hati Fahmi. Biarlah kini dia yang berjuang untuk mendapatkan hati Fahmi.***
Jujur sebenarnya author itu bingung gimana sih kehidupan poligami... Hehehehhe
Sedangkan kehidupan sepasang suami istri aja author gak tau lah ini malah poligami.
Tapi ini yang jadi tantangan untuk author.
Kita harus mencoba hal-hal yang bahkan kita gak pernah rasakan dan gak pernah ada disekeliling kita:-)Author cuman ingin kasih tau aja sih melalui cerita ini. Kalau hati seorang wanita akan sangat hancur ketika di madu tanpa izin darinya. Dan disini juga author cuman mau kasih lihat betapa hancurnya hati wanita ketika di poligami:-(
Semangat untuk seluruh wanita!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Tangisan Senja
SpiritualFollow dulu, ya, sebelum baca .... Apa jadinya jika kebahagiaan dalam hubungan halal, harus lenyap seketika hanya karena orang ke tiga? Apa ada yang namanya keikhlasan, jika cinta yang awalnya utuh kini telah terbagi? Bertahan atau melepas? Keduany...