Di sinilah Laras berada sekarang. Di ruangan serba putih yang cukup luas untuk dia tempati seorang diri, sekedar melepas rasa penat dan menunggu beberapa orang untuk konsultasi kesehatan. Hari ini adalah hari baru untuk Laras. Dimana hari ini, senyum tak lepas dari wajah ayunya.
Hari baru dengan suasana hati baru. Walaupun luka dihatinya masih terus menganga bahkan enggan untuk mengering, tapi setidaknya dia bisa melupakam sejenak luka itu di sini. Di rumah sakit Dharma Nugraha.
Hari ini, dia resmi menjalankan impiannya yang sempat terputus dalam beberapa tahun setelah dia menikah.
"Kamu gak usah kerja lagi, Sayang. Aku maunya kamu di rumah, ngurus aku dan anak kita nanti. Aku gak mau kamu capek. Sekarang kamu sudah bersuami, biar suamimu ini yang mengurus semua keperluan kamu. Aku yang akan menghidupi kamu, karena itu memang sudah tugasku," ucap Fahmi sambil membelai lembut surai Laras yang dia biarkan tergerai.
Laras menghembuskan nafasnya perlahan. Kata-kata manis Fahmi selalu terngiang dalam ingatannya. Itu yang membuat dia dulu begitu mencintai Fahmi. Bahkan rasa cinta itu terus tumbuh setiap harinya. Namun, kini semua kata-kata manis itu seperti asing dalam telinganya jika Fahmi yang mengucapkan.
Jujur, dia sangat merindukan suaminya itu. Tetapi, luka hatinya akan semakin menganga jika dia melihat wajah suaminya.
Laras melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangannya. Dia berniat untuk menyelusuri rumah sakit ini. Langkah kaki Laras berhenti tepat didepan ruang UGD. Matanya memanas, dia mengingat dengan jelas disini dia mendapatkan lukanya. Luka yang hingga kini tidak dapat dia sembuhkan.
Cukup sudah air matanya menetes. Dia harus lebih kuat saat ini. Di rumah sakit ini, dia akan mencoba untuk menyembuhkan lukanya.
Bukkk!
"Astaghfirullah!" pekik Laras kaget.
"Maaf, Nona," ucap pria dihadapan Laras.
Laras menengadahkan kepalanya. Bola matanya bertemu dengan bola mata pria yang ada dihadapannya. Laras langsung memalingkan pandangannya. Dia sudah bersuami, dan dia harus menjaga pandangannya.
"Maaf, saya tidak sengaja," ucap Laras sambil menunduk.
"Tidak apa," jawab pria itu sambil tersenyum.
"Dokter baru?" tanyanya lagi.
"Iya," jawab Laras singkat.
"Perkenalkan, saya Syarif Hidayatullah," ucapnya lalu menyodorkan tangannya hendak menyalami Laras. Namun, Laras hanya menangkupkan kedua tangannya didepan dada.
"Larasati," balas Laras dengan singkat.
"Apa anda dokter,?" tanya Laras.
"Ya, dokter Spesialis Kanker," jawabnya dengan senyuman.
"Maafkan saya, tadi sudah menabrak Dokter" lirih Laras.
"Tidak apa. Saya juga terlalu fokus dengan ponsel hingga tidak melihat ada wanita cantik dihadapanku," jawabnya santai. Laras memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya diusia yang sudah tidak terbilang muda, dia masih saja mendapat rayuan seperti itu.
"Apakah anda dokter umum?" tanya pria itu lagi.
"Iya," jawab Laras lagi-lagi singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Tangisan Senja
SpiritualFollow dulu, ya, sebelum baca .... Apa jadinya jika kebahagiaan dalam hubungan halal, harus lenyap seketika hanya karena orang ke tiga? Apa ada yang namanya keikhlasan, jika cinta yang awalnya utuh kini telah terbagi? Bertahan atau melepas? Keduany...