Rapuh 18

1.1K 40 17
                                    

Fahmi memasukkan mobilnya kegarasi rumah. Dia melirik jam yang melingkar ditanggannya, masih menunjukkan pukul 08:00 itu tandanya Laras belum tidur. Biasanya jam segini, Laras masih membaca Al-Qur'an. Itu sudah jadi kebiasaan Laras, setelah shalat isya, dia pasti menyempatkan untuk membaca Al-Qur'an hingga jam 8.

Fahmi mengambil langkah lebih lebar untuk memasuki rumahnya. Sebelum dia meraih knop pintu, pintu sudah terbuka terlebih dahulu dan sosok wanita cantik menyambut Fahmi dengan senyumannya. Yah, dia adalah Nisa.

"Mas, dari mana? Tumben baru pulang?" tanya Nisa sambil mengikuti langkah Fahmi.

"Habis dari Masjid, tadi denger kajian sebentar," jawab Fahmi tanpa menoleh. Baru saja kaki Fahmi menaiki satu tangga, suara Nisa menghentikannya dan membuatnya menoleh kearah Nisa.

"Kata Bi Minah, Mbak Laras, gak pulang malam ini. Dia ada jadwal operasi dan harus menginap di rumah sakit," kata Nisa sambil menatap sendu ke arah Fahmi.

Fahmi menghembuskan nafasnya berat dan mengacak rambutnya kasar. Dia tau ini hanyalah alasan Laras agar Fahmi dan Nisa bisa menghabiskan waktu malam ini.

"Ya Allah, Ras. Kamu benar-benar keras kepala! Kenapa kamu masih gak faham-faham juga, Ras!" geram Fahmi dengan suara agak lirih agar Nisa tak mendengarnya.

"Ada apa, Mas? Apa ada masalah dengan Mbak Laras?"  tanya Nisa khawatir, pasalnya baru kali ini Laras menginap di rumah sakit dan baru kali ini juga dia melihat Fahmi begitu frustasi.

Fahmi mendekat ke arah Nisa dan menarik tangan Nisa kasar menuju kamarnya. Nisa yang diliputi rasa takut, bingung, dan juga khawatir hanya bisa mengikuti langkah lebar Fahmi dengan sedikit berlari dan mencoba menahan nyeri akibat cengkraman tangan Fahmi yang cukup kuat.

Begitu sampai di kamar, Fahmi segera mengunci kamar dan perlahan membawa Nisa kedalam dekapannya. Tindakan Fahmi yang mendadak, jelas membuat Nisa mematung ditempat dan jangan lupakan detakan jantung Nisa yang berdetak dua kali lipat dari biasanya.

Fahmi melepas pelukannya dan menggendong Nisa lalu membaringkannya ke ranjang. Nisa masih diam tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Terkejut akan sikap Fahmi, dan dia sadar Fahmi melakukan ini pasti ada hubungannya dengan Laras yang tidak pulang malam ini.

Sebelum Fahmi melakukan tindakan lebih, Fahmi terlebih dulu menengadahkan tangannya. Meminta kepada Allah, akan Ridho-Nya untuk malam ini. Agar yang dia lakukan untuk menyempurnakan agamanya bersama Nisa bisa diterima di sisi-Nya, tanpa campur tangan syaitan.

Begitupun dengan Nisa, dia Mencoba melafadzkan niat dalam hati. Dan tanpa sadar, air mata kebahagiaan membasahi pelupuk matanya. Fahmi yang melihat air mata itu, segera mengecup lembut mata Nisa.

Malam ini, malam dimana mereka menyempurnakan agamanya. Dan malam ini, malaikat bertasbih kepada Allah, serta berdo'a untuk dua insan yang menyatu guna mencapai Ridho-Nya.

***

Laras mengerjapkan matanya perlahan, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Dia melirik jam didinding kamar Sinta, tepat menunjukkan pukul 2 malam.

Laras turun dari ranjang dengan perlahan agar kedua sahabatnya tidak terganggu dalam tidurnya. Setelah mengambil air wudhu, Laras segera melaksanakan shalat tahajud disambung dengan shalat taubat.

Dalam Tangisan Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang