"Astaghfirullah!" pekik Laras ketika melihat gadis kecil yang memakai baju pasien tersungkur didekat bangku taman rumah sakit. Laras segera berlari untuk membantu gadis itu yang kini merintih kesakitan.
"Kenapa bisa jatuh?" tanya Laras khawatir sambil membantu gadis itu duduk dikursi. Gadis cantik sekitar umur sembilan tahun itu memegang lututnya yang lecet. Dengan telaten, Laras membersihkan luka dilutut gadis itu dengan alkohol yang selalu dia bawa disaku jas dokter yang dia sampirkan di lengannya, lalu dia menempelkan pester ke luka tersebut.
"Masih sakit?" tanya Laras, sesekali dia meniupi lutut gadis itu.
"Masih sakit, Dok. Tapi gak papa, kan Syila kuat," jawabnya dengan cengengesan, menampilkan deretan giginya yang rapi.
"Jadi nama kamu, Syila?" tanya Laras sambil mencubit pipi gembul gadis cantik itu.
"Iya, Dok. Dokter cantik, namanya siapa? Pasti Dokter baru masuk, yah? Soalnya Syila baru lihat Dokter cantik, padahalkan Syila di sini sudah 3 bulan," Syila memberondong Laras dengan pertanyaan polosnya, sesekali dia mengetuk-ketuk dagunya seperti mengingat sesuatu. Laras yang begitu gemas dengan tingkah gadis dihadapannya ini, langsung mencubit lagi kedua pipi gembulnya.
"Panggil saja Dokter Laras. Iya, Dokter baru masuk seminggu yang lalu. Aku juga baru lihat Syila sekarang," jawab Laras sambil mengelus surai hitam milik Syila.
Syila mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun, wajah ceria Syila seketika menjadi sendu. Hal itu jelas tidak lepas dari pandangan Laras. Dia merasa, Syila memiliki penyakit dalam dirinya. Dia hanya berharap, semoga apapun penyakit Syila bisa segera disembuhkan oleh Allah.
"Syila lalu drop, Dok. Hampir 5 hari Syila koma. Makanya Dokter Cantik gak ketemu sama Syila," jawabnya masih dengan wajah sendu.
"Syila sakit apa?" tanya Laras khawatir.
"Kata Om nya Syila yang juga Dokter di sini, Syila sakit kanker. Syila sering drop, kadang Syila berfikir kenapa Tuhan gak ambil nyawa Syila aja ketika Syila drop. Syila cuman bisa merepotkan Om nya Syila. Ayah dan Bunda Syila sudah meninggal, jadi Syila tinggal sama Om," jelas Syila dengan mata berkaca-kaca. Syila terlihat seperti gadis yang sudah putus asa. Bagaimana tidak? Gadis sekecil ini sudah menanggung penyakit yang mematikan. Ditambah dengan kedua orangtuanya yang sudah tiada, membuat semangatnya hilang. Beruntung dia masih memiliki Om yang mau mengurusnya. Dia bisa pastikan, Om Syila adalah lelaki yang sangat baik.
"Syila, gak boleh ngomong begitu, Sayang. Ingat, Tuhan kasih Syila cobaan karena Tuhan sayang sama Syila. Tuhan ingin lihat, seberapa kuat Syila menerima cobaan ini. Ayah dan Bunda Syila, pasti bahagia di surga karena mempunyai anak sebaik dan sekuat Syila. Syila gak boleh sedih, masih ada Om yang sayang sama Syila, dan juga masih ada Dokter Laras yang sayang banget sama Syila. Syila harus tetap semangat!" Laras mencoba memberikan kekuatan kepada Syila. Gadis cantik dihadapannya ini, membuat dia mengingat Adiba. Dia sangat merindukan anaknya.
"Dokter, Sayang sama Syila?" tanya Syila polos.
Laras langsung menarik Syila kedalam pelukannya. Dia sangat menyayangi Syila. Bukan karena kasihan, tapi karena dia melihat Adiba dalam tatapan Syila.
"Sangat, Dokter sangat sayang sama Syila. Makanya Syila harus tetap semangat dan selalu berdoa supaya Syila bisa sembuh." air mata Laras luruh begitu saja. Laras mengira, dia adalah orang paling menderita, tapi setelah melihat Syila, dia sadar bahwa ada yang lebih menderita dari dirinya. Ada yang lebih hancur dari dirinya, dan ada yang lebih kuat dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Tangisan Senja
SpiritualFollow dulu, ya, sebelum baca .... Apa jadinya jika kebahagiaan dalam hubungan halal, harus lenyap seketika hanya karena orang ke tiga? Apa ada yang namanya keikhlasan, jika cinta yang awalnya utuh kini telah terbagi? Bertahan atau melepas? Keduany...