Rapuh 2

1.8K 64 1
                                    

"Adiba! Mas Fahmi! Kok gelap begini! Laras takut.... " Laras menangis ditengah gelapnya malam. Ditambah gemuruh hujan menambah ketakutan Laras.

"Jangan bercanda, deh. Adiba! Umi takut!" Laras terus berteriak memanggil anak dan juga suaminya, tapi tak ada satupun yang menyahut.
Bagaimana bisa dia ditinggal sendiri dirumah saat hujan dan mati lampu begini.

Laras terus menangis, dia benar-benar ketakutan saat ini.

"Aku takut.... " lirih Laras lagi.

Klik!

Lampu seketika menyala, bersamaan dengan suara dua orang yang sangat aku sayang.

"Happy Anniversary yang ke 17 tahun, Sayang." Fahmi mencium keningku lembut, kemudian menyuruhku meniup lilin.

"Umi, Abi, happy Aniversary untuk kalian Berdua. Adiba sayang banget sama kalian...." Adiba memeluk erat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Betapa bahagianya dia memiliki keluarga yang sangat menyayanginya. Kasih sayang selalu dia rasakan.

"Semoga Umi dan Abi selalu diberi kesehatan dan semoga keluarga kita selalu harmonis seperti ini. Adiba sayang banget sama kalian." Adiba meneteskan air mata dipelukan Abi dab Uminya. Beruntung sekali hidupnya memiliki orangtua seperti Abi dan Uminya.

Laras melerai pelukannya. Dia mencibikkan bibirnya, pura-pura kesal.

"Jadi kalian kerjain umi. Kok kalian jahat, kalau tadi umi kenapa-kenapa gimana coba?" ucap Laras dengan cemberut.

"Umi jangan kesel gitu dong. Dari tadi kita itu cuman berdiri didekat saklar lampu. Mana mungkin sih abi ninggalin umi sendiri. Nanti kalau umi digondol sama cowok lain gimana? Secara istri abi ini kan cantiknya pake banget. Jadi wajar kalau orang diluar sana banyak yang suka," ucap Fahmi terkekeh.

"Apasih, Bi. Udah tua juga!" Laras memanyunkan bibirnya sambil memukul pelan lengan Fahmi. Sedangkan Fahmi dan Adiba hanya tertawa melihat tingkah Laras yang seperti anak kecil.

"Kita makan kue aja, Adiba gak sabar nih mau ngabisin kue itu," kata Adiba lalu menggandengan tangan abi dan uminya menuju sofa.

"Makasih,Bi. Kamu masih ingat tanggal menikah kita. Aku saja sudah lupa," ucap Laras dengan mata berkaca-kaca.

"Apapun tentang kamu dan keluarga kecil kita, Abi selalu ingat, Sayang, " kata Fahmi dengan tatapan lembut, menatap lekat kedua netra milik Laras.

"Terimakasih, Bi." Laras memeluk Fahmi dengan erat. Cukup Allah yang akan memisahkan mereka kelak.

"Ehemmm... Abi, Umi... di sini masih ada anakmu." Adiba membuat Laras melepas pelukannya. Melihat gelagat kedua orangtuanya yang tertangkap basah oleh Adiba, membuat Adiba harus mati-matian menahan tawa.

"Sudah-sudah... cepat dihabiskan kuenya. Ini sudah larut malam. Setelah ini kamu langsung tidur yah Diba, bisa-bisa kamu terlambat besok," pesan Fahmi.

"Siap!" kata Adiba sedikit keras sambil memposisikan tangan kanannya dipelipis sebagai tanda hormat.
Melihat kelakuan anaknya itu, membuat Fahmi dan juga Laras hanya terkekeh.

Malam ini, menjadi saksi bisu akan kebahagiaan dari keluarga kecil dan harmonis ini. Keluarga yang dilingkupi dengan tuntunan agama, membuat mereka hidup rukun dan tak saling menyakiti satu sama lain.

Memang tak jarang bagi Fahmi untuk memberikan kejutan dan hadiah untuk dua wanita yang sangat disayangnya ini.
Karena dia selalu memegang hadis yang mengajarkannya untuk memberi hadiah.

"Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.(H.R. Bukhari dalam Al-adab Al-mufrod no. 594)

****

Dalam Tangisan Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang