E N A M B E L A S

12.1K 694 2
                                    

Wiska berjalan melemah memasuki rumah nya. Seperti biasa kakaknya masih menyiapkan makan sore untuknya. "Kakak," panggil Wiska lalu memeluk kakaknya dari belakang.

Gesa menoleh, menatap Wiska dengan heran. "Kenapa adiknya kakak ?"

"Wiska bingung."

"Bingung?"

"Temen Wiska mau kesini kak. Tapi Wiska takut hal itu terjadi lagi."

Gesa terdiam, merasa bersalah dengan adik semata wayangnya. Semua ini terjadi karena dirinya, jika bukan Gesa yang melakukan ini, Wiska pasti tak akan pernah merasa sakit.

"Maafin kakak yaa?"

Wiska menggeleng."Bukan kakak yang salah, Wiska aja yang lemah." Gesa semakin mengeratkan pelukannya, membuat Wiska ikut membalas.

"Tapi kamu gak papa?"

Wiska mengangguk dibalik dekapan itu. Begitu sesak didada Gesa, kenapa harus adiknya yang menanggung malu. Bukan ini yang Gesa mau, tapi bagaimana? Semua sudah terjadi.

"Mandi dulu, terus makan yaa," Ujar Gesa kepada adiknya. Dan Wiska mengangguk sembari melepas pelukan itu. Beranjak ke kamar untuk membereskan diri.

Setelah makan sore, dering ponsel Wiska terdengar, menandakan ada seseorang yang menghubunginya. Wiska ragu menerima panggilan itu hingga Gesa menggenggam tangan Wiska erat, menyalurkan rasa percaya diri kepada adiknya.

Wiska mengangkat ponselnya, menggeser icon hijau di layar itu.

Hei Dugong,
gue udah sampai gang
Keluar lo!!

Eh, iya sebentar
Sabar aelah.

Wiska keluar dan menjemput Fenita yang sudah ngomel-ngomel di gang depan. Hingga mereka pun bertemu.

"Untung gue gak diculik, secara gitu ya. Gue kan cantik sexy semelehoy."

"Iyain biar cepet aja."

Fenita terkekeh, mereka berdua berjalan dengan santai menuju rumah Wiska. Wiska memutar badannya menghadap Fenita, menatap Fenita dengan ragu. "Lo gak papa kan fen?"

Fenita mengerutkan kening tidsk memahami perkataan Wiska."Emang gue kelihatannya gimana?"

"Fen, gue orang miskin. Lo gak papa main ke rumah gue?"

Fenita tertawa, sangat keras hingga mengisi keheningan diantara keduanya. "Wiska, mau lo miskin, kaya, gak punya rumah, jelek, cantik. Lo tetep temen gue yang paling baik." jujur Fenita didepan Wiska.

Fenita maju satu langkah, meraih kedua pundak Wiska dengan lembut. "Lo yang buat gue jadi lebih hidup Wis, kalau dulu gue orang yang pemalu, sering dibully karena gue terlalu pendiam, dan lo datang ngasih gue sejuta kekuatan super. Lo gak inget pas lo nolongin gue dari kak Saka, pas sepatu gue dilempar Dina dan mendarat tepat di depan kak saka?"

Wiska terdiam, memang saat itu. Bukan sepatu Wiska yang terlempar, tapi sepatu Fenita yang melayang indah hingga berhenti didepan Saka. Fenita tak berani untuk mengambilnya, dan dengan percaya diri Wiska mengaku jika itu perbuatanya.

"Semenjak saat itu, gue ngerasa lo bener-bener sahabat gue, padahal kita kenal masih beberapa hari, tapi lo udah nolong gue kayak gitu."

"Fen.."

KUPU-KUPU HITAM (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang