DUA PULUH DELAPAN

10.3K 725 77
                                    

Saka mendekat ke arah Juna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saka mendekat ke arah Juna. Dengan langkah mantap, laki-laki itu mendekati papanya yang menatapnya tak suka.
  
"Sama siapa kamu itu Saka? Jangan sembarangan!"
   
"Calon Saka pa."
   
"Calon apa! kamu gak boleh sembarangan dulu sebelum mimpin perusahaan papa!"

"Ya," jawab Saka singkat membuat Juna geram, Lena mengelus lengan suaminya.

"Udah pa gak usah berantem. Malu diliat orang." Juna melirik sekitar, banyak tamu terhormat yang datang ke acaranya.

"Selamat malam para tamu undangan yang terhormat, bagaimana kabar anda sekalian?"

Pembawa acara mulai membuka suara untuk segera melaksanakan tujuan dari inti acara.

Semua menatap depan dengan berbagai tatapan, ada yang lelah, ada yang antusias, ada yang berbinar, bahkan ada yang masih makan.

"Mari kita awali acara ini dengan doa sesuai keyakinan masing-masing. Berdoa mulai."

"Selesai. baik, saya sangat merasa terhormat bisa mengisi acara penting di keluarga Pengestu ini yaa."

"Sungguh, ini benar-benar momen yang akan saya kenang sampai kapan pun. Lebih lagi saya dapat melihat betapa tampannya putra tunggal dari Arjuna Pangestu yakni Pusaka Aji Pangestu."

"Mari beri tepuk tangan untuk Juna dan Saka dipersilahkan untuk maju kedepan."

Juna dan Saka maju kedepan, dengan langkah berwibawa, Juna tersenyum ramah didepan para tamu, berbeda dengan Saka yang hanya menatap dengan wajah datar.

Juna mengambil alih Mic dari tangan pembawa acara.

"Chek chek chek ,satu, dua ,tiga saya bahagia." semua yang ada disana tertawa dengan kerecehan Juna. Begitu juga dengan Juna yang turut tertawa.

 "Terimakasih atas kedatangan para tamu undangan. Dengan hormat saya sampaikan rasa syukur saya bisa berdiri disini bersama anak semata wayang  saya Pusaka Aji Pangestu."

Semua memberi tepuk tangan kepada keduanya.

Berbeda dengan Gesa yang seketika terdiam kala seorang laki-laki tersenyum didepannya.

"O-om R-ah-en," Ujar Gesa tercekat.

"Om ngapain kesini?"

Rahen tertawa. "Seharusnya saya yang tanya kamu, kamu ngapain disini?"

Gesa terdiam, bibirnya seolah terkunci, begitupun dengan anggota inti Alterio yang belum mengerti atas situasi apa ini.

Lingga terdiam, dia faham apa yang  terjadi kepada Gesa tapi laki-laki itu tak ingin ikut campur dengan urusan mereka berdua.

Rahen mendekat, sedangkan Gesa mundur selangkah, dan punggungnya  terbentur oleh meja tinggi.

"Gesa, kamu lupa siapa yang ngasih gaun ini?"

KUPU-KUPU HITAM (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang