EMPAT PULUH TUJUH

9.9K 600 183
                                    



"Tuhan tau apa yang dibutuhkan manusia, bukan yang di inginkan manusia"

Saka duduk termenung dengan mata sayu di kursi rumah saki. Seragam sekolah masih menempel pada tubuh laki-laki itu. Dengan rambut acak-acakan Saka meneteskan air matanya kembali.

Tak percaya apa yang dikatakan dokter kepadanya, Saka tak perduli bagaimana penampilannya sekarang, yang jelas laki-laki itu hanya memikirkan satu orang di otaknya.

Saka menarik ponsel miliknya di saku celana seragam abu-abu. Mengetik satu nama di sana.

My best friend (Juna)

Tutttt, tutttt, tutttt

Halo Saka, ada apa ?

Paa.

Kenapa kamu?

Papa kapan pulang?

Kangen sama papa ?

Kangen uangnya

Pengen marah tapi anak sendiri

Paa

Iyaa saka

Pulang ya pa, Saka butuh papa

Saka terisak kembali, Juna terdiam kala mendengar suara anaknya yang parau,

Pa, istri Saka pa.

Kenapa Gesa ?!

Kritis.

Oke papa pulang sekarang.

Juna memutus sambungan telefon secara sepihak. Saka kembali terisak dengan memeluk lututnya. Menenggelamkan wajahnya disana.

Posisi Saka.

"Tuhan gue mohon, slamatkan Gesa, gue belum rela Gesa jauh dari gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tuhan gue mohon, slamatkan Gesa, gue belum rela Gesa jauh dari gue."

Tak dapat ia duga sebelumnya, Saka menerima kenyataan pahit seperti ini, hal yang Saka impikan adalah ketika ia bisa tertawa bersama Gesa, memberi bahagia pada gadis itu.

Memberi pelangi pada istrinya, tapi Tuhan berkata lain, Gesa harus menerima satu lagi penderitaan.

Rasanya kehidupan Gesa tak pernah berujung, dari kehilangan ibunya, dan ayahnya menjualnya, melunasi segala hutang ayahnya, mendapatkan rasa malu dari Rahen, dan kini ia harus menerima penyakit yang membuat nyawanya ada di ambang pintu.

KUPU-KUPU HITAM (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang