SEMBILAN BELAS

11.2K 600 13
                                    

MENGANDUNG AKTIVITAS KASAR!!

BIJAKLAH DALAM MEMBACA

SEHAT SELALU SAYANGKU YAA 💜💜💜💜

Gesa berbaring di ranjang usang dengan peluh yang membasahi tubuhnya, sesekali ia menggigil, merasa dingin namun suhu tubuhnya terasa panas.

"GESA!" Panggil Algi lantang, Gesa menghembuskan napas lelah. Tak bisakah ia sehari saja hidup tenang. Menghirup nafas bahagia, atau setidaknya dia bisa tidur nyenyak tanpa ada gangguan dari manapun.

 Braaghh!!

Algi mendorong pintu kamar Gesa membuatnya seketika terlonjak dan membangunkan dirinya.

"Duit!" Tangan Algi terulur. Dengan tubuh yang bersender pada dinding, wajahnya yang tengil membuat penampilan Algi semakin brengsek.

"Yah, Gesa udah gak ada uang."

Algi melangkah kedepan, mendekati Gesa yang pucat. Perlahan tangan Algi meraih rambut Gesa. Gesa meringis kesakitan.

"Ayah lepasin sakit hssshhh."

"Duit dulu baru gue kasih!"

Gesa mencoba melepas cengkraman tangan Algi. "Yah, Gesa udah gak ada uang lagi. Gesa semalem didatengin sama anak buah orang yang ayah pinjem uang."

Algi mendorong kepala Gesa sampai Gesa terlempar dan tubuhnya menghantam pembatas ranjang.

"Hsshh, ayah. Kenapa ayah kasar sama Gesa, Gesa salah apa? Selama ini Gesa nurutin semua kemauan ayah, dari ayah yang jual Gesa, masa depan Gesa yang hancur dan sekarang Gesa yang seperti ini pun dengan tega ayah siksa ?"

Plakk!!

Tamparan mendarat di pipi Gesa, dengan perlahan Gesa mengelus pipinya yang merah. Menatap ayahnya dengan nyalang. Seolah dadanya tertusuk oleh beberapa tombak kecil hingga membuatnya sesak seperti ini.

"Gue gak butuh ceramahan lo. Gue butuh duit!" Ujarnya yang hendak menjambak rambut Gesa kembali. Gesa mencekal tangan Algi membuat Algi seketika semakin emosi.

"Anjing!"

Braaaaghh!!

Tubuh Gesa terpental di lantai. Dengan pipi yang merah, tubuh kurus dan juga wajah yang pucat membuat Gesa semakin terlihat memprihatinkan.

"Ayah lepasin rambut Gesa!" Gesa mulai melemas, bahkan suhu tubuhnya yang semakin meninggi pun tak diperdulikan oleh Algi.

"Duit!!"

"Iyaa, Gesa ambilin tapi lepasin dulu rambut Gesa, Gesa pusing yah."

Algi langsung melepas cengkramannya tapi dengan keras mendorong kepala Gesa. Gesa menarik napas, menahan sesak yang kembali merasuki dadanya.

Gesa merangkak perlahan, dengan bantuin tangannya yang kecil, Gesa berdiri dan mengait tas merah diatas nakas. Lima lembar uang merah ia keluarkan dari tas nya, dan Algi langsung merebut uang tersebut tanpa belas kasian dengan anaknya.

Gesa melihat punggung Algi yang menjauh, terbesit kenangan klise tentang damainya keluarga Gesa beberapa tahun lalu, dimana masih ada mama nya yang dengan setia memberi Gesa tawa.

"Kangen mama," ujarnya memeluk lutut kurusnya. Gesa sampai tak pernah memperhatikan kesehatannya seperti apa, yang ia fikir hanya tentang melunasi hutang-hutang ayahnya.

🥀🥀🥀🥀

Saka berlari di koridor rumah sakit di ikuti, Gani, Lio, Regar, dan Libra.

Mereka menuju kamar inap nomor 3 dengan fasilitas VIP kelas 1, tangan kekar Saka membuka perlahan gagang pintu, terlihat Lingga yang terbaring diatas ranjang rumah sakit dan Ezra yang duduk di sofa.

Saka melangkahkan kakinya mendekati Lingga, Ezra menatapnya sendu.

"Kenapa ?" Tanya Saka mencoba menenangkan dirinya.

"Govan."

Saka menggenggam kuat telapak tangan sampai kuku-kukunya terlihat memutih.

Saka duduk di kursi coklat, tepat disamping Lingga yang terlihat memprihatinkan. Wajah yang babak belur, terdapat beberapa perban di sekitar kepala, dan goresan luka di lengan kirinya.

Gani meringis melihat Lingga dengan keadaan seperti ini. Rasa ngilu menjalar di aliran darahnya.

"Gar, Lingga kenapa kok merem?" Tanya Gani. Matanya tak lepas memandang Lingga.

Regar menoleh, menepuk pundak sahabatnya dengan sayang. "Lingga capek, mangkanya tidur."

"Itu sakit gak sih gar?"

"Lo pengen tau rasanya gak?"

Gani seketika menggeleng kuat, "gak mau Gar."

"Gar," panggil Gani kembali. Regar menarik nalas, menetralkan rasa emosinya. Sedangkan Lio berbincang dengan Ezra disofa, Libra mencari informasi tentang anggota Vermin yang menyerang Lingga. Laki-laki itu sudah fokus dengan laptop dan tak memperdulikan obrolan yang lain.

"Apa lagi ganteng?" Jawab Regar dengan fake smile-Nya.

"Lingga kapan bangun, gue kangen liat Lingga yang tiba-tiba ngamuk."

"Bentar lagi, tunggu aja. Lingga semalem habis nge-dugem mangkanya sekarang ngantuk."

"Tapi Gar,"

Regar menatap Gani tajam. "Maaf gar," Cicitnya kemudian.

"Ka," saka melirik Lio yang berdiri disampingnya.

"10 orang anggota tim inti yang menyerang Lingga dari belakang. Gimana ? Mau turunin pasukan?"

Saka terdiam, menimang sesuatu yang akan berdampak besar. Matanya melirik wajah Lingga yang babak belur, dan juga gemuruh dada membuat Saka semakin ingin bersikap brutal.

"Ka," Regar ambil suara. "Kita tanya dulu apa maksut Govan nyerang Lingga tanpa pasukan lain, sedangkan dia bawa beberapa orang."

"Regar bener Ka, jangan biarkan kejadian ini terulang lagi. Gue gak mau salah satu anggota kita dalam keadaan bahaya." Sahur Lio.

"Bang," Libra berdiri, membawa laptop dan juga bukti didalam sana. Memperlihatkan rekaman cctv dari salah satu toko yang ada ditempat kejadian.

Lingga yang berkendara bersama Ezra dengan sengaja dipukul kepala bagian belakang hingga Lingga seketika tak sadarkan diri. Ezra yang notabenya sebagai supir seketika oleng dan membuat keduanya terhuyung lalu menabrak pembatas jalan.

Setelah itu, keduanya dihajar habis-habisan oleh anggota Vermin. Lingga yang sudah tak sadarkan diri pun masih tetep mendapat tinjuan dari beberapa orang.

Sedangkan Ezra mencoba melindungi tapi kekuatannya tak cukup untuk melawan, lebih lagi laki-laki itu belum mempersiapkan diri untuk penyerangan.

"Oke." tegas Saka di angguki oleh semuanya. Sedangkan Lingga masih terpejam dan belum sadarkan diri.

Dada Saka bergemuruh, kini saatnya ia mengibarkan bendera perang kepada Vermin. Sudah sangat lelah menghadapi serangan dari vermin. Saka benar-benar sudah membulatkan tekat untuk melawan Vermin tanpa rasa ampun.

Mata Saka menatap Lingga, lihatlah betapa brengseknya Govan dan seluruh anggotanya. Kini temannya berbaring lemah di atas ranjang karena ulah mereka.

Saka mengeratkan gigi-giginya, rahangnya yang tegas mengisyaratkan betapa ganas dan berkuasanya seorang Saka.

"Brengsek!!"

TBC......

KUPU-KUPU HITAM (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang