DUA PULUH TIGA

28.4K 897 48
                                    

"Yaudah buat anak sama gue." Saka mengedipkan satu matanya didepan Gesa.

Gesa berdeham. Membuang muka tapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia kembali menatap Saka, tapi tapi dengan tatapan yang seolah Gesa memang bersikap sombong. "Gak mau. Enak aja, gue kerja disini."

Saka terkekeh. "Tau, tapi gue mau lo jadi punya gue hari ini."

"Gue yang gak mau."

Saka menaikkan satu alisnya ke atas. "Kenapa ?" tanyanya aneh.

"Ya, ya gue gak mau aja."

Saka malah mendekati Gesa, tersenyum lembut, menarik jemari Gesa lalu mendekapnya lembut. Mencium kening Gesa, Gesa menegang. Kenapa Saka bersikap seperti ini?

"Kenapa, Saka?"

"Gue sayang sama lo."

Gesa terdiam. Mungkin ini hanya rayuan seorang laki-laki.

"Gue udah biasa denger ini dari banyak cowok."

"Tapi gue beda, Ge." Bela Saka masih di posisi yang sama.

Saka malah semakin mendekap tubuh Gesa, menghirup aroma tubuh Gesa. Bukan aroma seorang jalang yang biasa laki-laki itu beli. Kali ini Saka tidak akan berbuat aneh-aneh kepada Gesa. Dia berniat menjaganya, bukan semakin membuatnya rusak.

"Gue sayang banget sama lo. Lo mau ikut gue hari ini?"

Gesa menjauhkan tubuhnya dari Saka. Tatapan tanya ia tunjukkan kepada cowok itu. "Kemana ?"

Saka terkekeh. "Ke tempat yang buat gue nyaman."

"Mau?" tanya Saka satu kali lagi.

Gesa menggeleng. "Gue kerja, Ka. Kalau gue ikut lo, gimana sama pelanggan gue?"

"Anggap aja gue booking lo malam ini."

Gesa terdiam. Sedikit menyakitkan tapi memang seperti ini kenyataannya.

"Mau?"

Gesa menimang. Gadis itu mengerjapkan mata dengan lembut, menatap Saka yang lebih tinggi darinya.

Saka mendekat. Menarik tubuh Gesa dalam dekapannya lagi. "Kalau gak mau, kita jalan-jalan aja. Lo pasti jenuh kan di tempat kerja ?"

"Gue yang bakalan bilang ke mami." Lanjut Saka.

Perlahan, Gesa menganggukkan kepalanya. Lalu mendongak menatap Saka. "Gue pengen banget duduk di kursi pinggir jalan."

Saka menaikkan satu alisnya. Aneh sekali. Jika banyak perempuan pasti akan berlomba-lomba menguras dompet Saka, tapi tidak dengan Gesa yang malah meminta sesuatu aneh dan tidak pernah Saka duga sebelumnya.

"Ngapain di pinggir jalan?"

"Mau liat mobil lewat."

Saka semakin tidak paham. Tapi setelah itu dia mengangguk menyetujui. "Apapun itu."

Senyum Gesa mengembang. Dengan tawa sedikit lolos, gadis itu tiba-tiba mendekap tubuh Saka. Saka merasakan kehangatan lagi.

KUPU-KUPU HITAM (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang