Update ✌😜
Silakan ngakak sama sub judulnya 😅 #Bertjoneslagingenes
🐏 ( Walad )
"Musibah itu mungkin bentuk teguran dari Allah. Barangkali agar kau membuka hatimu untuk menerima hidayah dari-Nya."
Suara berat Aaron di seberang Berlin menggema. Sepasang netra elangnya berbinar, menumbuk iris hijau Bert di layar ponsel. Mereka sedang melangsungkan videocall.
"Hidayah?"
"Ya, petunjuk. Berapa banyak nyawa Palestina yang telah kita bunuh? Berapa gadis Palestina yang telah kau perkosa? Berapa rumah warga Gaza yang telah kita bumihanguskan?"
Bert menghela napas, lalu berkedip.
"Apa kau ingat kejadian di mana aku kehilangan kedua kakiku? Aku meyakininya itu adalah hukuman atas dosa-dosa yang telah kulakukan."
Bert mengusap wajah, menatap serius wajah tegas Aaron. Sahabatnya itu memakai gamis putih lengkap dengan sorban kotak-kotak merah dan putih yang menutupi kepalanya. Bert ingin terbahak melihat Aaron sudah menjelma seperti orang Arab sungguhan.
"Ayolah, Letnan. Jangan membahas tentang dosa. Kau jangan menakut-nakutiku. Dosa di dunia urusannya ketika aku sudah mati, bukan? Sekarang aku masih hidup dan aku tidak ingin memikirkannya."
Aaron menggeleng, menegakkan punggung yang semula bersandar pada kursi roda.
"Allah punya banyak cara untuk menegur atau menghukum setiap hamba-Nya. Ada yang langsung dihukum di dunia, ada yang dihukum di akhirat dan ada yang dihukum di dunia dan akhirat. Jadi kau mau dihukum di mana, ha?!"
Tawa Bert sontak pecah mendengarnya.
"Astaga! Hanya orang bodoh yang ingin dihukum. Tentu saja aku tidak menginginkan keduanya."
"Kalau begitu jangan jadi manusia bodoh!" tegas Aaron dengan nada sewot, "kematian seseorang tidak pernah bisa diprediksi. Jika kau mati besok bagaimana? Mati dalam keadaan kafir, haram bau surga bagimu, Bung!"
"Kejam. Kau menyumpahiku mati besok?"
"Siapa yang tahu? Kau pikir bisa bernegosiasi dengan Tuhan jika kau ingin hidup di dunia selama enam puluh tahun, tujuh puluh, atau seratus tahun? Setiap hidup dan kematian seseorang sudah ditetapkan oleh Allah."
Bert kehilangan kata-kata. Kali ini ia diam seribu bahasa, terpaku dengan sepasang netra cokelat terang elang Aaron yang tajam. Semenjak memeluk Islam pria itu jadi banyak bicara, Bert tidak habis pikir. Tapi ia malas jika harus lebih lama beradu argumen dengan Aaron seperti ini, sebab ia akan selalu kalah telak.
"Bertaubatlah sebelum terlambat. Apa lagi yang kau tunggu? Pintu ampunan Allah akan selalu terbuka bagi hamba-Nya sebelum nyawanya di kerongkongan. Setelah memeluk Islam dan bertaubat bersungguh-sungguh, semua dosa-dosamu di masa lalu akan dihapuskan. Kau akan dibersihakan seperti bayi yang baru lahir ke dunia tanpa dosa sedikit pun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta di Beranda Al Aqsa 2
RomanceFollow dulu sebelum baca. Bert Ertugrul, seorang personel dari pasukan khusus IDF, Unit Mistaravim yang kaku, berhati dingin dan tidak pernah percaya dengan cinta. Sersan Bert tidak pernah ingin memiliki ikatan serius dengan seorang wanita. Selama k...