Assalamualaikum semuanya. Semoga kalian senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Maaf banget sudah lama sekali tidak melanjutkan cerita ini dikarenakan berbagai alasan. Aku sampai lupa dengan alurnya :(
Alhamdulillah setelah baca ulang dari awal, mood nulisku balik lagi dan sekarang pelan-pelan mau aku coba lanjutin. Semoga bisa nyambung sampai tamat dan feel nya enggak hambar. 🙏***
Jantung Asima berdetak kencang. Wanita bergamis hitam itu mengintip di sela-sela pintu gua yang terbuat dari papan. Iya terus mengintai Bert yang masih setia berdiri di depan pagar bambu. Lelaki jangkung itu terus menatap ke arah gua sambil membawa sebuket bunga Kamomil kuning kesukaannya.
Sudah genap 3 bulan Bert datang menemuinya dan berusaha untuk mencuri hati Asima. Meskipun ia selalu menghindar, tapi, tidak dapat ia pungkiri jika perlahan hatinya mulai luluh oleh kegigihan Bert yang terus meminta maaf dan memberi perhatian untuknya. Entah itu awalnya hanya sekadar perasaan empati saja. Namun, kini Asima mengakui jika ia sudah mulai jatuh cinta pada Bert.
"Sampai mati pun, aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan cintamu, Asima!" tegas Bert sambil menguatkan genggamannya pada buket bunga yang sedari tadi ia bawa.
Hatinya sudah telanjur patah dan dipenuhi ambisi untuk memenuhi janjinya pada Filistin. Bukan Bert namanya jika ia harus mundur di tengah jalan. Ia harus bisa menikahi Asima.
"Belum mau menyerah juga kau rupanya huh?"
Suara berat Al Quds membuatnya tersentak. Bert menoleh, lalu tersenyum miring, menatap si kriting itu dengan tatapan tajam.
"Aku bukan pecundang yang akan menyerah begitu saja." Bert mendesis. "Harus berapa kali kukatakan padamu, aku bersungguh-sungguh ingin menebus semua kesalahanku tempo lalu. Aku ingin menikahi Asima."
Kepalan tangan kekar Al Quds menguat. Tatapannya sinis. Sebenarnya ia bosan setiap waktu harus berduel dengan lelaki tidak tahu diri ini. Tapi, entah kenapa tampang dan ucapan Bert selalu menyulut emosinya. Terlebih lagi sampai detik ini ia masih belum yakin dengan penyesalan Bert. Iya takut jika mantan perwira Israel itu hanya ingin mempermainkan hati kedua adik perempuannya saja.
"Apa? Mau memukulku ha? Pukul saja jika kau tidak bosan berkelahi denganku." Bert berdecih. "Padahal ... jika saja kau mau memberi restu, kita akan menjadi saudara ipar yang baik dan berbahagia." Bert tersenyum kecut, meledek Al Quds.
"Dalam mimpimu. Aku tidak akan pernah Sudi!" tegas Al Quds penuh penekanan sambil melayangkan sebuah tonjokan keras di rahang kanan Bert.
Bert tersungkur, lalu bangkit sambil tersenyum miring. Ia mengusap rahangnya yang perih dan sedikit berdarah. Kemudian langsung balas menyerang Al Quds dengan pukulan hingga lelaki berambut keriting itu mendapat memar di pelipis kanannya.
Entah sudah berapa kali perkelahian antara Bert dan Al Quds selalu terjadi. Keduanya sama-sama keras kepala dan tentunya tidak akan ada yang mau mengalah.
"Aku tidak akan bosan untuk berkelahi denganmu karena wajah sialan dan menjengkelkanmu itu selalu minta untuk kuhajar!" Al Quds menghampiri Bert, lalu mencekik leher Al Quds dengan sekuat tenaganya.
Bert megap-megap. Kedua matanya melebar hingga sedikit berair. Dalam hati ia mengumpat kasar pada Al Quds. Napasnya tersekat. Susah payah ia mencengkeram tangan Al Quds agar bisa terlepas. Namun, tenaga Al Quds sangat kuat hingga usahanya sia-sia.
Asima membekap mulut. Tanpa pikir panjang, ia segera membuka pintu gua dan berlari kencang menghampiri Bert dan Al Quds.
"Ka-kakak hentikan!" teriaknya dengan napas tersengal-sengal. "Kumohon lepaskan dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta di Beranda Al Aqsa 2
RomanceFollow dulu sebelum baca. Bert Ertugrul, seorang personel dari pasukan khusus IDF, Unit Mistaravim yang kaku, berhati dingin dan tidak pernah percaya dengan cinta. Sersan Bert tidak pernah ingin memiliki ikatan serius dengan seorang wanita. Selama k...