Bab 32| Perubahan Sikap Bert

295 32 25
                                    

"Kau bisa menaruh baju-bajumu di lemari itu."Bert menunjuk pada sebuah lemari berwarna putih.

"Terimakasih, nanti aku akan merapikannya."

"Hm .... Aku pergi mandi."

Asima terdiam mendengar nada suara Bert yang dingin. Ia tidak mengerti kenapa sikap Bert tiba-tiba berubah drastis seperti ini, bahkan di hari pertama pernikahannya. Waktu di lantai bawah, Bert sangat romantis dan bersikap hangat pada Asima. Ia menghela napas. Asima tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya, mungkin saja Bert sedang kelelahan.

Wanita itu duduk di atas ranjang berseprei putih. Aroma bunga mawar yang menyeruak tercium sangat harum dan membuat hatinya tenang. Asima tersenyum lebar melihat banyaknya kelopak bunga mawar merah yang bertaburan di ranjang pengantin mereka.

Asima bergegas membuka ranselnya, lalu mengeluarkan pakaian dan barang-barang miliknya. Semua bajunya sudah dilipat rapi waktu di gua, sehingga wanita itu tidak perlu waktu lama untuk menyusun baju-bajunya pada lemari di kamar barunya itu. Kedua alis tebalnya saling menaut kala ia membuka sebuah laci dalam lemari tersebut. Sebuah kotak berwarna biru mencuri atensinya.

"Kotak apa ini? Indah sekali."

Senyum Asima mengembang kala mengambil kotak biru itu, lalu meletakkannya di atas ranjang. Asima melipat ransel abu-abunya, lalu menaruhnya ke dalam laci.

"Apa ... kotak ini berisi kejutan dari Bert untukku?"Hati Asima berbunga-bunga. Asima mengulum senyum."Mungkin sebagai hadiah pernikahan."

Jantung wanita bergamis hitam itu berdebar-debar saat menaruh kotak biru itu dalam pangkuan. Ia mengusapnya pelan, lalu jemarinya sudah sangat siap untuk membuka kotak biru tersebut. Asima sudah sangat tidak sabar ingin segera melihat isinya.

"Apa yang kau lakukan?"

Suara lantang Bert yang penuh akan amarah membuat jantung Asima hampir melompat. Wanita itu terperanjat dan spontan melempar kotak biru itu ke kasur, kemudian ia berdiri menghadap Bert yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Lelaki berbadan kekar itu berjalan gontai menghampiri Asima. Iris hijaunya sangat tajam dan kental akan kebencian. Ia mengambil kotak biru tersebut dengan kasar lalu mengacungkannya tepat di wajah Asima.

"Kotak biru ini milikku dan kau tidak berhak untuk membukanya! Kau mengerti?"

Dada Bert naik turun menahan emosi. Sementara wanita yang dibentaknya terus menunduk sambil meremas tangannya sendiri.

"Ma-maafkan aku. A-aku tidak tahu. Ku-kukira kotak itu untukku."

"Percaya diri sekali." Bert berdecak. "Ingat, kau jangan pernah lagi menyentuh kotak ini!"

Asima menelan saliva susah payah. Ia memberanikan diri untuk mengangkat wajah, menatap iris hijau Bert yang tajam dan dingin. Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Sikap Bert dan nada suaranya yang tinggi mengingatkannya pada Bert di masa lalu. Bert yang jahat dan telah merenggut kesuciannya.

Asima tidak mengerti dengan perubahan sikap Bert. Kenapa lelaki itu berubah sangat kasar seperti ini. Padahal beberapa menit lalu, Bert memperlakukannya seperti seorang ratu. Dada Asima mendadak sangat sesak dan bulir bening perlahan mulai menuruni wajah ovalnya.

"Astagfirullah." Bert mengusap wajah. Ia menaruh kembali kotak biru itu di ranjang.

Asima terpaku saat kedua tangan kekar Bert memegang bahunya.

"Ma-maafkan, aku, Asima. Aku tidak bermaksud untuk membentakmu. Pikiranku sedang kacau dan aku sangat lelah. Sekali lagi aku minta maaf atas sikapku barusan. Ma-maaf jika aku sudah membuatmu takut seperti ini."

Serpihan Cinta di Beranda Al Aqsa 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang