Sudah hampir tiga jam gadis itu menunduk lesu di depan gerbang. Hatinya bergemuruh. Wajah ayah, ibu serta kakaknya sudah terbayang jelas di pelupuk mata. Ia sudah tak sabar ingin melepas rindu. Filistin mengangkat wajah. Netra birunya sontak berbinar melihat sosok pria tinggi berkaus putih di ujung jalan. Wajah rupawan yang sangat tak asing baginya. Ia lekas berdiri, lalu berlari menghampiri lelaki itu yang kini ikut berlari untuk mengikis jarak di antara mereka.
"KAKAK ...! Kakaaaak!"
"Filin!"
Tubuh mungil Filistin tenggelam dalam rengkuhan tubuh kekar Al Quds. Keduanya meringis. Air mata yang semula Al Quds tahan-tahan kini berjatuhan banyak. Begitupun dengan tangis Filistin yang kembali pecah.
Al melepas pelukan, memegang kedua bahu sang adik dan mengintainya dari ujung kepala hingga kaki dengan seksama. Hatinya gerimis melihat Filistin semakin kurus dan wajahnya pucat.
"Kau baik-baik saja bukan? Apakah ada bagian tubuhmu yang terluka? A--apa ada tentara yang telah menyentuh adikku?"
Filistin menggeleng. Ia tersenyum haru saat Al menyeka laju air mata di pipinya. Lidahnya masih kelu, terlalu bahagia bisa kembali bersitatap dengan sepasang iris cokelat terang milik Al Quds.
"Alhamdulillah! Allah telah menjaga dan melindungimu dengan baik. Allah Maha Besar. Aku sangat merindukanmu. Kami sangat merindukanmu, Filin. Kakak tidak akan membiarkan mereka menangkapmu lagi. Tidak akan!"
Al menarik tubuh mungil Filistin dan memeluknya sangat erat. Dadanya bergetar. Sungguh ia sangat mengkhawatirkan adik bungsunya. Ia melepas pelukan, menatap lekat iris biru yang sangat jernih itu, lalu memberi kecupan singkat di kedua pipi Filistin. Hingga bibir penuh kemerahannya menemui pelipis sang adik. Cukup lama ia mengecupnya di sana sebagai bentuk rasa syukur.
Dari kejauhan sekitar lima meter, Bert menyaksikan semuanya. Kedua tangannya mengepal kuat. Bibir tipis merahnya mendesis melihat dua makhluk beda jenis kelamin itu masih bermesraan di pinggir jalan.
"Gadis Muslim apa dia ini? Dia sangat berbeda dengan Aisyah. Aku tidak menyangka. Bisa-bisanya gadis kecil itu bermesraan di depan umum. Tidak tahu malu."
Amit yang semula fokus menyaksikan momen manis pertemuan Filistin dan lelaki itu menoleh pada Bert. Bibirnya berkedut, hingga lengkingan tawanya pecah melihat wajah putih Bert kian memerah di bawah terik mentari siang itu.
"Kenapa tertawa? Ada yang lucu ha?"
Bert membuang napas kasar. Ia benci dengan perasaan aneh yang kini membuncah di dadanya, hawa panas menjalar.
"Kau sangat aneh dan lucu." Amit kembali terbahak. "Maksudku sikapmu, kau seperti orang yang sedang terbakar api cemburu."
"Cemburu? Siapa yang cemburu?! Aku hanya bilang, mereka tidak tahu malu dan sangat menjijikkan!" tegasnya dengan nada sewot, rahangnya mengeras.
"Hah, baiklah jika tidak mau mengaku." Amit menggeleng, lalu kembali mengintai obyek yang semula mencuri atensinya. "Menurutku mereka justru terlihat sangat romantis. Seperti adegan-adegan dalam drama Korea." Senyum Amit melebar. "Aku tidak menyangka jika kekasihnya yang akan menjemput. Kukira gadis itu tadi menelepon orang tuanya."
Bert mengunci mulut. Ekor mata tajamnya melirik wajah menyebalkan Amit sekilas, lalu kembali melempar pandang pada Filistin dan pemuda tinggi bersyal kotak-kotak hitam putih di lehernya itu.
Bert menahan napas. Entah kenapa ia merasa kecewa pada suatu hal yang tidak jelas. Ia tidak mengerti dan benci dengan gelisah yang menguasai hatinya saat ini. Perwira Israel itu sudah susah payah untuk membebaskan Filistin. Ia bahkan tak tanggung-tanggung membayar kepala kepolisian Israel di penjara Kiryat Arba agar mau membebaskan gadis itu dari hukuman. Tetapi apa yang ia lihat saat ini, justru sebuah pemandangan yang sangat membuatnya mual.
![](https://img.wattpad.com/cover/263376823-288-k88321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta di Beranda Al Aqsa 2
Roman d'amourFollow dulu sebelum baca. Bert Ertugrul, seorang personel dari pasukan khusus IDF, Unit Mistaravim yang kaku, berhati dingin dan tidak pernah percaya dengan cinta. Sersan Bert tidak pernah ingin memiliki ikatan serius dengan seorang wanita. Selama k...