Bagian Lima

15.5K 1.2K 15
                                    

Baik belum tentu tulus, tetapi yang tulus sudah tentu baik.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

—————————————

Koreksi Typo yah

Happy Reading

Bismillah

Arumi tersenyum canggung, setelah mempersilakan tamunya masuk dan duduk di lantai beralaskan karpet serta menyuguhkan minuman seadanya, Arumi kembali menatap mereka dengan raut wajah kebingungan. Pertama, Arumi bingung mengapa wanita baya yang beberapa hari lalu kembali memesan bunga di tokonya dengan jumlah sangat banyak itu ada di hadapannya saat ini.

Kedua, Arumi pun bingung melihat pria baya yang rupanya sangat mirip dengan pria muda yang duduk di sebelahnya. Apa mungkin keduanya?

Baiklah, Arumi mengenali wanita baya itu yang bernama Melly. Wanita yang menurut Arumi masih terlihat anggun dan cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi.

"Jadi, ini yah. Mama kenal lho, baru-baru ini Mama langganan beli bunga di tokonya nak Arumi." ucap Melly, tersenyum lembut kepada Arumi.

Ternyata dugaan Arumi benar, mereka adalah keluarga. Wajar saja kalau mereka terlihat mirip.

"Ah, iya Bu. Terima kasih karena sudah memesan bunga di toko saya." balas Arumi dengan senyum canggungnya.

"Silakan di minum Pak, Bu dan ... eum Masnya. Maaf ya cuma bisa nyuguhin seadanya aja."

"Iya, nggak apa-apa kok, nak. Seharusnya nak Arumi nggak perlu repot gini, apalagi kakinya masih sakit, kan? Kami juga datangnya tiba-tiba, keadaannya nak Arumi gimana? Sudah lebih membaik? Kakinya terkilir, yah? Maaf yah karena anak saya ini kurang fokus jadi sampai nabrak. Kalau mungkin ada bagian lain yang sakit, bilang aja. Nanti kita ke rumah sakit-" Melly berbicara panjang lebar sampai akhirnya Arumi menyela.

Sebenarnya, Arumi tahu kalau menyela orang lain yang sedang berbicara itu tidak boleh. Apalagi menyela orang yang lebih tua darinya.

"Eh, saya nggak apa-apa kok, Bu. Saya udah lebih baik dari kemarin kok, cuma ya masih nyeri aja, hehehe. Saya juga salah karena bawa motornya ngebut." selanya, di akhiri dengan tawa kecil.

Melly menutup mulutnya yang semula terbuka karena mendengar Arumi. Melly mengangguk-angguk, lalu menatap suami dan putranya.

Ya, Fathur pun ikut menjenguk Arumi bersama orangtuanya selepas menghadiri acara aqiqah anak kedua dari Kevin-sepupunya.

"Mas Fathur ambil bingkisan yang di mobil dong, masa di diemin di mobil." ujar Melly kepada sang putra.

Fathur mengangguk patuh, "Iya, Mama."

Arumi diam melihat Fathur beranjak dari duduknya lalu keluar dari rumahnya.

"Nak Arumi tinggal sendiri di rumah ini?" tanya Ilham yang sedari tadi hanya diam membiarkan sang istri berbicara.

Arumi menggeleng dengan senyum tipis mendengar pertanyaan dari pria baya itu. "Saya tinggal berdua sama Ibu." jawabnya.

"Lho? Berdua sama Ibunya, yah? Saya kira kamu tinggal sendiri. Ibunya di mana, nak?" Melly kembali bersuara. Ilham terkekeh pelan memerhatikan istrinya yang sejak tadi tidak bisa berhenti bicara.

Arumi mengerjap, "Ibu masih di rumah sakit. Hari ini pulang, tapi saya nggak bisa jemput jadi nanti sore akan di jemput sama teman saya. Bu." katanya.

"Ibunya nak Arumi sakit apa?"

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang