Bagian Duapuluh

13.8K 965 23
                                    

Apa yang harus kembali diperbaiki saat semuanya sudah tidak ada lagi yang harus diperbaiki lagi?

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

————————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah




Tidak lama setelah kepergian Arumi, Wira datang menjemput Wulan di toko bunga. Mereka akan pergi ke suatu tempat untuk mengurusi suatu hal yang sangat penting.

"Lilis, Ibu dan Om Wira pergi ya. Kamu baik-baik di toko." kata Wulan.

"Siip, Bu. Tapi nanti bawa pulang makanan yah, Bu." seru Lilis dengan binar di matanya.

Wulan dan Wira tertawa kecil mendengarnya, mereka mengangguk lalu berpamitan kepada Lilis. Wira menutup pintu mobil setelah Wulan masuk, lantas kemudian berlari kecil memutari mobil.

Lilis melambaikan tangannya kepada Wulan saat mobil yang di kemudikan Wira melaju meninggalkan toko bunga. Dalam perjalanan Wulan kembali memeriksa tasnya, memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Ada yang tertinggal, Wulan?" Wira bertanya, melirik sekilas Wulan yang duduk di sampingnya.

"Alhamdulillah, enggak ada yang tertinggal." sahut Wulan.

Wira mengangguk dan kembali fokus pada jalanan di depannya. Wulan menyandarkan punggung pada jok mobil, memejamkan matanya sejenak lalu kembali membukanya. Sejak dua hari lalu Wulan terus berpikir, takut dengan keputusan yang di ambilnya.

"Kamu tidak perlu cemas, Wulan. Semua akan berjalan dengan baik dan kamu hanya perlu yakin."

Wulan menoleh, ia menatap Wira yang baru saja berucap. Wira menoleh melihat sahabatnya lalu tersenyum dengan anggukan kepala kepada Wulan.

"Tapi ... ini benar kan?" Wulan ragu. Entah mengapa keraguan itu sangat mengusik pikiran Wulan saat ini.

"Benar, Wulan. Ada aku dan Uni, kamu tidak perlu cemaskan hal yang belum tentu terjadi." ujar Wira menyakinkan sahabatnya. Wira mengerti Wulan tengah dilanda keraguan, "kalau kamu ragu, kita bisa batalkan ini. Aku enggak mau kamu melakukan ini dengan keraguan Wulan, aku mau kamu melakukan ini atas dasar keyakinan dirimu sendiri bukan karena orang lain." sambung Wira.

Wulan menarik nafasnya dalam, laju mobil memelan saat rambu lalu lintas berubah menjadi merah. Wira menghadap Wulan, lalu kembali berucap. "Aku tanya sekali lagi apa kamu benar-benar yakin, Wulan?"

Wulan menatap sorot mata Wira, dengan perlahan ia mengangguk pelan. "A-aku yakin." ucapnya.

"Kamu memang harus yakin Wulan."

Wulan ikut tersenyum, Wira kembali memposisikan duduknya menghadap ke depan jalan. Sesekali melirik Wulan di sampingnya.

Wira kembali melajukan mobil saat rambu lalu lintas berubah hijau. Dalam perjalanan menuju suatu tempat, Wira dan Wulan tidak banyak bicara. Sepanjang perjalanan Wulan lebih memilih melihat bahu jalan yang dilalui.

Hingga empat puluh menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Saat Wira dan Wulan keluar dari mobil, mereka di sambut hangat oleh dua orang pria dan seorang wanita paruh baya.

"Apa kabar Wulan?" salah seorang pria itu memeluk Wulan, mengusap punggung Wulan dengan sayang.

Wulan tersenyum, ia mengangguk pelan membalas pelukan hangat dari pria yang sangat ia sayangi. "Alhamdulillah baik, Mas Rian." balas Wulan.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang