Bagian Tigapuluh Enam

13.2K 901 19
                                    

Pada akhirnya, mau serapi bagaimana pun kita menutupi kejahatan suatu saat nanti kejahatan itu pasti akan terungkap.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

————————————————





"Sayang, Mas balik ke kantor, ya."

Arumi tersenyum, ia mengangguk lalu menyalami tangan Fathur. "Iya, Mas. Hati-hati di jalan, ya." ucapnya.

Fathur melihat ke belakang Arumi, ada Ria yang tengah berdiri di ambang pintu, melambaikan tangan kepada Fathur. Fathur pun membalasnya.

"Ada Ria di belakang." kata Fathur membuat Arumi langsung memutar tubuhnya. Dan benar saja keberadaan Ria tidak jauh dibelakangnya, Arumi tersenyum melihat Ria justru malah berlari masuk ke dalam rumah.

"Malah lari ke dalam."

Fathur geleng-geleng kepala melihat tingkah Ria. Kemudian Fathur menepuk-tepuk pelan kepala Arumi.

"Mas pergi, ya. Assalamualaikum, Sayang."

"Wa'alaikumussalam, Mas."

Fathur berbalik, berjalan ke arah mobil. Namun, ketika hampir sampai mobil Fathur memutar tubuhnya, berbalik ke arah Arumi. Fathur menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuk, lantas ia berjalan cepat kembali ke tempat Arumi.

"Ada yang ketinggalan, Mas?" Arumi menatap Fathur bingung. Fathur mengangguk.

"Ada." ujarnya.

"Apa?"

Cup

Mata Arumi mengerjap, hawa panas menjalar ke pipinya. Fathur tersenyum, ibu jarinya mengusap kening Arumi, perlahan turun ke pipi memerah Arumi.

"Mas juga mau ingatkan kamu nanti sore kita jalan-jalan. Jadi sebelum Mas sampai rumah kamu harus sudah siap, ya?"

"I-iya, na-nanti Mas kabarin aku pulang jam berapa." Arumi menunduk malu, ia gugup sampai suaranya terbata.

Mata Fathur berbinar geli melihat Arumi menunduk, Fathur merendahkan tubuhnya, lalu mengintip wajah Arumi dari bawah. Hal itu sukses membuat Arumi terkejut sampai Arumi kembali berdiri tegak.

"Tadi kenapa nunduk?" goda Fathur. Arumi mencebik, membuat Fathur tertawa.

"Aru, kamu kalau lagi malu lucu."

"Mas!"

"Iya, Sayang?"

Arumi melotot horor, tangannya mendorong dada Fathur. "Katanya mau balik ke kantor, ya udah sana buruan balik." ujarnya.

Fathur mengangguk-angguk, suara tawa Fathur masih terdengar. Fathur menahan tangan Arumi yang masih terus mendorongnya.

"Iya, Sayang. Ini Mas balik ke kantor."

Arumi mendelik melihat Fathur mencium punggung tangannya bergantian, lantas ia segera menarik kedua tangannya dari Fathur.

"Mas!"

Fathur tersenyum, lalu perlahan berbalik dan kembali berjalan ke mobil. Fathur masuk ke dalam mobil, seraya menyalakan mesin mobil Fathur menurunkan kaca jendela, melihat Arumi tengah menunggunya pergi.

"Mas pergi, ya. Assalamualaikum, Aru Sayang."

Arumi mengangguk, "Wa'alaikumussalam, Mas." sahut Arumi. Memandang mobil yang dikemudikan oleh Fathur perlahan mulai bergerak mundur, lalu melaju keluar dari halaman rumah.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang