Bagian Tigabelas

13.3K 1K 10
                                    

Permintaan yang berbeda, namun kedua perbedaan itu akan membawa mereka menuju persamaan.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah

Malam semakin larut, Fathur mengusap lehernya yang terasa pegal akibat terlalu duduk berkutat dengan laptop di depannya. Tumpukan kertas memenuhi sudut mejanya. Dan lagi, Fathur sudah menghabiskan dua cangkir kopi.

Fathur merenggangkan otot-otot kakunya, ia menaruh map merah yang baru saja selesai dibaca. Bersandar pada kursi putar dengan mata terpejam.

Beberapa saat kemudian setelah membiarkan sunyi mengisi, Fathur kembali membuka matanya. Kembali menatap pada map merah di atas meja. Tanpa disadari, ia tersenyum. Tersenyum sembari menggeleng-geleng pelan.

"Kanaya Arumi Putri." gumamnya, lantas melihat jam di atas meja sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.

Tidak ada yang bisa menebak apa yang sekarang Fathur pikirkan, karena sosoknya terlalu sulit untuk di mengerti pola pikirnya. Berbanding lurus dengan sang Papa. Memang, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

Fathur beranjak dari kursinya. Melangkah keluar dari ruangan kerja. Di sela langkah kakinya yang menuntutnya turun ke bawah, sosok Arumi memenuhi pikiran. Tentang siapa Arumi, dari mana asalnya, seperti apa sebenarnya perempuan itu dan ... sangat banyak yang ingin Fathur ketahui tentang Arumi.

Bahkan, informasi yang Fathur peroleh tidak cukup banyak untuk mengetahui siapa Arumi ... Arumi, sosoknya membuat Fathur ingin mencari tahu dan mengenalnya lebih jauh dan dalam.

Entahlah, semua itu diluar kendali Fathur.

Fathur menggulung lengan kaos panjang yang dikenakannya hingga batas siku. Menghidupkan keran lalu membasuh kedua tangannya—berwudhu.

Diakhir waktu sepertiga malam ini, Fathur akan meminta petunjuk pada Sang Khalik. Mencurahkan beban pikiran yang selama ini menganggu kepala dan hatinya.

"Allahu Akbar...." Fathur mengucap takbir.

Kesunyian malam ini—seperti malam-malam biasanya Fathur menunaikan shalat sunnah tahajud di dalam Mushala rumahnya seorang diri.

"Sami'allaahu liman hamidah."

Di tempat lain, di sebuah kamar Arumi juga sedang tahajud dengan khusyuk. Keduanya—ditempat yang berbeda sama-sama melaksanakan shalat sunnah tahajud di waktu yang sama.

"Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh," Fathur memalingkan wajahnya ke kanan, menatap pundaknya. Setelahnya Fathur mengangkat tangannya, bersiap untuk berdoa.

Begitupun yang saat ini Arumi lakukan, ia menadahkannya tangannya—berdoa kepada Sang Kuasa. Mengadukan segala kegundahan yang hinggap dihatinya.

Keduanya saling memunajatkan doa dan mengungkapkan keluh kesahnya kepada Allah—Sang Maha Pendengar. Tidak ada satu katapun yang tidak pernah Allah dengarkan karena sesungguhnya hanya Dia-lah yang Maha Mengetahui dan Mendengar yang terucap maupun tidak terucap juga yang belum terbesit di benak hamba-Nya.

Fathur dan Arumi, kedua hamba yang tidak pernah bosan untuk merayu Pencipta-Nya. Tidak pernah bosan meminta dan memohon kepada-Nya.

Malam ini Fathur meminta petunjuk, sedangkan Arumi meminta agar semua baik-baik saja, berjalan sebagaimana mestinya. Permintaan yang berbeda, namun kedua perbedaan itu akan membawa mereka menuju persamaan. Hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang terbaik untuk keduanya.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang