Bagian Sembilan

13.2K 1K 6
                                    

Mungkin luka itu akan kembali tertimpa luka baru, di saat masa lalu yang belum terselesaikan harus kembali di selesaikan. Sebab, masa lalu itu masih terikat kuat.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah

Usai menonton film, Fathur beserta ketiga adiknya pergi ke salah satu restoran yang biasa mereka kunjungi.
Di restoran Zahra dan Ria memesan banyak makanan, mulai pembuka hingga penutup.

Fathur dan Rio hanya bisa memandang kedua perempuan mereka itu dengan tatapan geli. Bagaimana tidak, Zahra dan Ria sangat antusias memakan pesanan mereka.

"Enaaak,"

"Bangeeet."

Fathur menggeleng pelan seraya menyuapkan makanan ke mulutnya. Baik Fathur maupun Rio, mereka makan dalam diam.

Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Fathur, ia menatap pada Zahra yang mana sang empunya ponsel.

"Siapa?" Fathur bertanya karena Zahra tidak kunjung mengangkat panggilan masuk di ponselnya.

Zahra menggeleng pelan, "Enggak penting, Mas." jawabnya, kemudian mengaktifkan mode getar pada ponselnya.

Fathur mengangguk, ia kembali melanjutkan makannya yang tertunda. Namun, Fathur menangkap sesuatu yang berbeda dari Zahra saat ponsel adiknya bergetar dan Zahra melihat kesekelilingnya.

"Zahra, ada apa?" Fathur meletakkan sendok dan garpu setelah selesai makan. Fathur meminum airnya lalu mengambil tisu, mengelap bibirnya.

Zahra tersenyum, ia menggeleng cepat menatap Fathur yang duduk di hadapannya. "Enggak ada apa-apa kok, Mas. Umm, itu tadi Zahra ngerasa lihat teman." balas Zahra.

Namun, Fathur tentu tidak begitu saja mempercayai apa yang adiknya katakan. Zahra mungkin terlihat menatap dan menggeleng kepadanya, tetapi sorot mata adiknya tidak tertuju padanya. Fathur menyadari tingkah adiknya ... seperti menutupi sesuatu darinya.

"Teman?"

"Iyah, Mas."

Fathur tersenyum, adiknya itu sangat tidak pandai berbohong. Fathur mengiyakan saja apa yang adiknya katakan. Mudah untuk Fathur mengetahui apa yang berusaha Zahra tutupi darinya tapi Fathur tidak akan melakukan itu karena Zahra sudah cukup dewasa.

"Sini Mas bukakan." Ria memberikan botol mineral yang sulit ia buka tutupnya.

Fathur membuka tutup botol mineral Ria, setelah terbuka ia kembali memberinya kepada Ria. "Makasih, Mas Fathur." ucap Ria.

"Sama-sama Ria."

"Mas Fathur, Zahra, Zahra mau ke toilet bentar, yah." ujar Zahra seraya beranjak bangun dari duduknya.

"Mau Ria temani?"

"Enggak usah, Mas. Ria belum selesai makan. Zahra enggak lama kok."

"Ya sudah,"

Setelahnya, Zahra langsung berjalan cepat menuju toilet. Dari tempatnya, Fathur mengawasi Zahra sampai punggung adiknya tidak terlihat lagi di pandangannya.

Fathur melirik Ria yang baru saja menghabiskan minumnya. Fathur yang sudah selesai makan, ia memilih menatap Ria yang masih menyantap makanannya dengan lahap.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang