Bagian Tigapuluh Satu

14.2K 965 21
                                    

Play lagunya: cinta (krisdayanti ft Melly gueslaw

Di dunia akan selalu menghadirkan senyuman dan tawa. Untuk mengetahui bagaimana arti kehidupan yang sebenarnya, kita haruslah merasakan kesedihan dan kepahitan. Karena, pada hakikatnya bila hanya ada kebahagiaan kita tidak akan mengerti definisi kehidupan yang sebenarnya.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

——————————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah

Hanya senyuman dan anggukan lemah yang bisa Arumi lakukan tatkala orang-orang datang memberi ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Wulan. Sekuat mungkin Arumi menekan kesedihannya, Arumi harus tegar kendati dirinya saat ini sangatlah lemah.

Beruntungnya Fathur setia berada di samping Arumi, tidak hanya Fathur. Tetapi juga Wira, Uni, serta Lilis dan tentunya keluarga Fathur yang selalu setia berada di dekat Arumi. Mereka sebisa mungkin tidak membuat Arumi larut dalam suasana duka.

Setelah berada cukup lama di luar, Arumi kembali mengurung diri di dalam kamarnya. Arumi menunduk dalam, tangannya mengusap pelan foto sang ibu. Rasanya masih sangat berat bagi Arumi, bahkan Arumi belum siap merasakan kehilangan ini. Tetesan air mata Arumi jatuh di atas wajah ibunya yang tersenyum bahagia dengan Arumi berada di gendongan sang ibu.

"Ibu, Arumi kangen Ibu," Arumi tersenyum getir, dadanya sangat sesak. "Kenapa Ibu pergi cepat banget? Padahal Arumi belum bisa membahagiakan Ibu. Arumi, Arumi belum siap, Bu. Rasanya sakit banget, seharusnya Ibu nggak pergi dengan cara itu."

Arumi mengusap pipinya, seberapa keras Arumi berusaha agar tetap tegar Arumi tetap tidak bisa melakukan itu. Arumi merasa dirinya begitu rapuh. Arumi masih tidak menyangka, rasanya bagaikan mimpi. Dan, jika benar ini hanyalah mimpi Arumi ingin segera bangun dari mimpi buruknya ini. Baru saja Arumi merasakan kebahagiaan di hari pernikahannya, namun mengapa Tuhan memberinya luka yang begitu menyakitkan di saat bersamaan?

"Ibu bilang Ibu enggak akan pergi, Ibu baik-baik aja, kan? Apa di sana dingin, Bu? Pastinya dingin banget, kan? Di sana pasti juga gelap, Ibu sendirian sementara Arumi nggak bisa temani Ibu. Ibu, Arumi yakin Ibu pergi dengan cara yang nggak adil. Arumi merasa kalau sebenarnya belum waktunya Ibu pergi, firasat Arumi bilang kalau ada orang yang sengaja buat Ibu pergi."

Arumi menarik nafasnya dalam, pikirannya kalut. Arumi merasa ada sesuatu yang di sengaja untuk membuat ibunya meninggal. Mungkin saja, tidak ada yang tidak mungkin karena selama ini Arumi dan sang ibu sudah merasakan kepahitan dalam hidup karena keegoisan seseorang.

Jika yang Arumi pikirkan benar, maka sangat tidak adil bagi Ibunya. Arumi harus melakukan sesuatu, Arumi harus mencari penyebab kematian ibunya.

"Ibu, Arumi akan mencari penyebab kematian Ibu. Kali ini Arumi nggak akan diam lagi, Bu. Sudah cukup banyak kesulitan yang kita alami, dan sekarang Arumi nggak akan biarin orang yang udah membuat hidup kita menderita tetap hidup tenang. Dia harus mendapat balasan atas perbuatannya selama ini."

Arumi mencium foto di tangannya, lalu memeluknya erat dengan mata terpejam— seakan dapat merasakan pelukan hangat dari ibunya meskipun itu hanyalah selembar foto.

Setelah beberapa saat larut dalam keheningannya, Arumi membuka matanya. Arumi menarik nafas dalam, lalu menyimpan kembali foto tersebut ke dalam laci nakas.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang