Bagian Enambelas

12.6K 993 28
                                    

Yang terlihat baik belum tentu baik dan yang terlihat buruk belum tentu buruk.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

————————————

Sudah berulang kali Arumi menarik nafas dalam, sekali lagi Arumi menatap amplop cokelat pemberian Fathur sore tadi. Kemudian Arumi menunduk dalam.

Arumi mengeluarkan isi amplopnya, memejamkan matanya untuk beberapa saat. Setelahnya Arumi menatap lembaran kertas yang berada di tangannya.

Nama Lengkap: Muhammad Fathur Al-Kausar
Nama Panggilan: Fathur
Tempat & Tanggal Lahir: Jakarta/15 November
Tinggi Badan & Berat Badan: 183/75
Pekerjaan: Dokter
Status: Single

Muhammad Fathur Al-Kausar

Tanpa sadar sudut bibir Arumi berkedut, tarikan garis halus di bibirnya, melengkung ke atas membentuk senyuman saat ia membaca nama lengkap Fathur.

Jemari Arumi meraba kertas—membaca biodata Fathur. Ternyata Fathur berusia duapuluh tujuh tahun, artinya usia mereka terpaut tidak terlalu jauh namun tidak dekat juga. Fathur anak pertama dari empat bersaudara, berbeda Arumi yang merupakan anak tunggal.

Arumi menggigit bibir dalamnya setelah membaca keseluruhan isi Cv Ta'aruf yang diajaukan Fathur. Arumi bimbing, Fathur—pria itu begitu sempurna. Berasal dari latar belakang keluarga yang baik-baik, berpendidikan, dan juga bukan berasal dari kalangan biasa. Sementara dirinya? Rasanya tidak sebanding.

Air wajah Arumi berubah sendu, ia sama sekali tidak akan pantas bila disandingkan dengan Fathur. Dan ... mungkin tidak dengan siapapun itu.

"Arumi."

Arumi mendongak, ia melihat ke arah pintu. "Lilis?" Lilis tersenyum, lalu melangkah masuk ke dalam kamar Arumi setelah berdiri lama di ambang pintu memerhatikan sahabatnya itu.

"Apa itu?" Lilis bertanya sembari duduk di samping Arumi.

Arumi menunduk, "Ini, Cv Ta'aruf." jawab Arumi dengan ragu.

Lilis melebarkan matanya, lalu tersenyum. Ia lantas mengambil kertas yang berada di tangan sahabatnya lalu membacanya dengan teliti.

"Fathur?!"

Arumi meringis pelan mendengar suara Lilis yang setengah berteriak. Lilis membekap mulutnya dan melihat sekitarnya, berharap suaranya tidak sampai terdengar oleh Wulan.

"Hehehe, maaf Rum. Kaget tahu pas baca namanya." Lilis kembali memberikan Cv Ta'aruf itu kepada Arumi. "Ini beneran Fathur yang itu? Dokter Fathur itu? Ah iya bener ternyata." tanya Lilis penasaran.

Arumi menghela nafasnya pelan, lalu mengangguk. "Iya, aku nggak nyangka." balas Arumi pelan.

"Aku juga, tapi kok bisa? Kalian dekat ya? Sejak kapan? Kok aku nggak tahu Rum?"

Sudah Arumi duga sebelum kalau Lilis akan memberondongnya dengan pertanyaan yang tidak ada habisnya. Tapi, Arumi pun tidak mungkin menyembunyikan ini dari Lilis. Sudah begitu banyak yang Arumi tutupi dari Lilis.

"Aku nggak dekat kok sama pak dokter, aku juga enggak tahu Lis. Aku bingung, aku harus gimana, Lilis?" Arumi menatap Lilis, berharap Lilis bisa memberikan nasihat bijaknya.

Lilis tersenyum, "Apa yang kamu bingungin, hm? Mungkin ini jalan dari Allah, Rum. Coba deh kamu minta petunjuk dari Allah dulu." ucap Lilis seraya meraih bahu Arumi. Lilis mengusap pelan bahu sahabatnya itu, lalu kembali berucap. "Semua keputusan ada di kamu. Soal ini aku cuma bisa kasih masukan kalau kamu butuhkan, Rum. Mungkin dulu Allah hadirkan luka dan kecewa di hidup kamu, tapi saat Allah hadirkan luka Allah pasti akan memberikan penawar luka dan kecewanya.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang