Bagian Tigapuluh

15.2K 1K 27
                                    

Puter lagunya : Kamu dan kenangan

Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan."

Al-Sajdah ayat 11

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

——————————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah

Sebelah tangan Maudya memijat kepalanya, sadari tadi ia terus memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Maudya mengepalkan tangannya, lalu mengusap kasar wajahnya.

"Kenapa sih Wulan harus koma?! Kenapa nggak langsung mati aja!"

Maudya mendapat kabar dari orang kepercayaannya yang mengatakan bahwa sekarang Wulan dalam keadaan koma pasca operasi. Dan saat ini kondisi Wulan masih kritis.

Maudya mengusap lehernya gelisah, bagaimana jika Rudi memberitahukan semua orang bahwa dirinyalah yang membuat Wulan celaka? Maudya menggeleng-geleng kepala cepat, tidak akan. Rudi tidak akan melakukan itu.

"Nggak, Maudya tenang. Rudi nggak mungkin bilang sama mereka kalau kamu yang udah bikin Wulan seperti sekarang. Iya, itu benar. Rudi cinta sama kamu Maudya, dia nggak akan tega kalau kamu di salahkan!" gumam Maudya seraya berjalan ke arah jendela, melihat pekatnya malam.

Maudya menggigit bibirnya fruatrasi, seandainya pria yang menikahi putri Wulan itu bukan dari kalangan yang berpengaruh maka rencananya untuk membuat hidup Wulan dan anaknya sengsara tidak akan ada kendala.

Dulu, ia berhasil menggagalkan pernikahan Arumi dengan mengancam keluarga calon suami Arumi. Hal itu sangat mudah Maudya lakukan karena mereka berasal dari keluarga biasa.

Semua kesulitan yang Wulan dan Arumi rasakan itu berasal dari perbuatan Maudya. Maudya tidak akan pernah senang melihat Wulan hidup bahagia atas apa yang telah wanita itu perbuat padanya.

Karena tidak ada yang boleh merebut kebahagiaan seorang Maudya. Wulan, bagi Maudya Wulan adalah benalu yang semestinya disingkirkan.

Maudya menjentikkan jarinya, sekarang Maudya tahu apa yang harus ia lakukan. Maudya mengambil ponselnya di atas nakas, lalu berjalan keluar dari kamarnya.

Maudya berjalan dengan langkah cepat, di sela langkahnya Maudya berlari. Malam ini Maudya sudah bertekad untuk membuat Wulan tiada di tangannya sendiri.

——————————————


Arumi duduk di tepi ranjang, Arumi merasa gelisah. Perasaannya benar-benar tidak tenang, pikirannya selalu tertuju pada ibunya.

Arumi mengusap wajahnya, sudah pukul dua dini hari dan Arumi masih belum bisa memejamkan matanya meski tubuhnya sangat lelah.

Di ambang pintu kamar, Fathur berdiri dengan segelas air di tangannya. Setelah cukup lama memerhatikan Arumi, barulah Fathur masuk ke dalam kamar Arumi. Iya, sekarang Fathur berada di rumah Arumi. Sebelumnya Fathur berusaha keras membujuk Arumi pulang, ketika Arumi mengatakan ingin pulang kerumahnya sendiri tentunya Fathur langsung menyetujui itu.

Fathur menaruh gelas di atas nakas, lalu bergerak mendekati Arumi. Fathur menyentuh bahu Arumi, saat Arumi menatapnya Fathur tersenyum.

"Aru, kamu istirahat dulu. Besok kita ke rumah sakit lagi." katanya pelan seraya tangannya bergerak mengelus kepala Arumi yang masih tertutupi khimar.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang