Bagian Tigapuluh Tujuh

13.8K 923 19
                                    

Allah mempunyai begitu banyak cara dalam menunjukkan cinta dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-makhluknya. Terkadang, memang harus menghadirkan luka agar hambanya mengerti bahwa cinta yang Dia berikan lebih besar dari luka dalam hidup sang hamba.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————————




Semakin sore, jalanan kota semakin sesak, suara bising kendaraan saling sahut-menyahut. Antrean panjang kendaraan roda empat di sisi kanan jalan sudah tidak dapat terhindarkan, terjebak dalam kemacetan.

Bila mobil-mobil terlihat tidak bergerak sedikit pun, maka sangat berbeda dengan pengendara sepeda motor, dengan mudah menerobos dan menyalip kendaraan-kendaraan di depan sana.

Fathur melirik Arumi dari kaca spion, ia tersenyum melihat mata Arumi berbinar dengan senyuman terukir indah. Fathur mengelus tangan Arumi yang mengerat di perutnya, Fathur meluruskan pandangan ke depan, sekilas ia melihat ke atas. Langit berwarna jingga tampak begitu memukau.

"Aru, kamu senang?" tanya Fathur, suara terdengar keras agar Arumi dapat mendengarnya.

Arumi mengangguk cepat, lalu menaruh dagunya di bahu Fathur. "Aku senang banget, Mas."

Fathur tersenyum senang, sudah cukup lama mereka menelusuri jalanan tanpa tujuan namun tidak sedikit pun Fathur mendengar keluhan dari bibir Arumi, justru sepanjang perjalanan Fathur melihat kebahagiaan tersirat jelas di wajah istrinya.

Fathur berbelok ke kiri, memelankan laju motor ketika menemukan sebuah Masjid karena sebentar lagi adzan maghrib berkumandang.

"Aru, kita istirahat dulu sambil menunggu adzan, ya." kata Fathur setelah mengerem motor tepat di parkiran.

Arumi mengangguk, lantas melompat turun. Arumi melepas helm, menaruhnya di atas jok motor lalu berkaca pada kaca helm, membenarkan tatanan pashmina.

"Ayo."

Arumi menyambut tangan Fathur, kepalanya menunduk melihat jemarinya yang kini berada di genggam Fathur lalu mengangkat kepalanya menatap Fathur dengan senyuman.

Sesaat kemudian suara Adzan menggaung, Fathur dan Arumi mempercepat langkah mereka lalu keduanya berpisah arah. Arumi berjalan menuju tempat berwudhu perempuan dan Fathur ke tempat pria.

——————————————

Sesudah selesai menunaikan ibadah shalat maghrib , Arumi dan Fathur kembali bertemu di pelataran masjid. Fathur menunggu Arumi yang tengah mengalikan tali sepatu.

Arumi mengangkat kepala, melihat Fathur yang tengah menatapnya. Arumi menyambut uluran tangan dari Fathur, lantas berdiri.

Fathur merangkul bahu Arumi, mereka berjalan pelan menuju parkiran.

"Mas."

Fathur menunduk, melihat Arumi. Senyum kecil terbit di bibir Fathur menatap ekspresi Arumi yang menurut Fathur sangat lucu.

"Iya, kenapa Aru?" tanya Fathur seraya menjawil gemas hidung Arumi.

"Mas!"

Fathur tertawa kecil, lalu mengusap lembut hidung Arumi. "Kenapa, Sayang?" Fathur mengeratkan rangkulan di bahu Arumi.

"Aku laper." cicit Arumi, pipinya memerah malu saat Fathur kembali tertawa. Lantas Arumi melayang kepalan tangan ke lengan Fathur, memberikan satu pukulan ringan.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang