Bagian Dua

19.9K 1.4K 11
                                    

“Barang siapa sholat Dhuha dua belas rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana di surga.” 

(HR. Tirmizi dan Ibnu Majah.)

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————

Koreksi Typo nya yah

Boleh dong minta pencet 🌟 ini dulu, hehehe

Okey, makasih yah!

Happy Reading

Bismillah


Usai operasi, Fathur kembali ke ruangannya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi tapi tidak bisa dikatakan pagi karena sebentar lagi memasuki siang, selama enam jam lamanya operasi berlangsung membuat Fathur merasakan tubuhnya lumanyan lelah.

Fathur merenggangkan tubuhnya sebentar sebelum Fathur kembali beranjak dari duduknya, melangkah menuju kamar mandi di ruangannya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Usai membersihkan diri, Fathur kembali dengan keadaan yang lebih segar dengan rambutnya yang basah. Fathur melangkah menuju sudut ruangan, di mana di sana terletak sajadah yang selalu tergelar.

Masih ada waktu untuk melaksanakan shalat dhuha dan Fathur sebisa mungkin tidak akan melewatkan waktu dhuha.

"Allahu Akbar."

Dengan khusyuk Fathur menunaikan shalat dhuha yang mana kelak Allah akan membuatkan istana di surga untuk hamba-Nya yang menjalankan shalat dhuha. Selain itu, shalat dhuha juga begitu banyak keutamaannya.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa salam, bersabda, “Barang siapa sholat Dhuha dua belas rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana di surga.” hadis riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah.

Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, berkata, "Kekasihku Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepadaku dengan tiga perkara. Satu; puasa tiga hari dari setiap bulan, dua; dua rakaat shalat Dhuha, dan tiga; agar aku shalat witir sebelum tidur." hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

Usai shalat dan melangitkan doanya, Fathur mengusap wajahnya. Setelahnya Fathur bersiap pulang. Fathur mengambil snelli dan kunci mobil lalu melangkah keluar dari ruangan.

Dengan kepala tertunduk sambil memainkan kunci mobil Fathur melewati koridor rumah sakit menuju parkiran.

"Pak dokter," sapa perawat yang melihat Fathur di koridor.

Fathur mengangkat wajahnya, ia mengangguk pelan membalas sapaan dari perawat itu.

Di sela langkah kakinya, ponsel Fathur berdering. Fathur berhenti sejenak mengambil ponselnya dari saku celana bahan yang dikenakannya. Fathur tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar benda canggihnya, dengan cepat Fathur menggeser panel hijau ke atas kemudian menempelkan benda itu di dekat telinganya.

"Assalamualaikum, Mama." salamnya.

"Wa'alaikumussalam, Mas Fathur. Mas Fathur lagi sibuk?" tanya sang Mama di seberang sana.

Fathur kembali melangkah, ia sudah dekat dengan parkiran mobilnya. "Enggak, Ma. Ini Mas mau pulang. Ada apa, Ma?"

Fathur mengalihkan pandangannya saat melihat seorang perempuan baru saja berlari dari motornya masuk ke dalam rumah sakit. Fathur menggeleng-geleng melihat perempuan itu berlari sambil menepuk kepalanya berulang kali.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang