Bagian Sembilanbelas

11K 939 22
                                    

Double up nih

Mari mari 🔥

Terkadang, memang harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

Karena ketika kita sudah memperjuangkan apa yang kita inginkan, maka ketika kita ingin melepaskan begitu saja. Kita akan kembali berpikir bagaimana perjuangan yang di lakukan untuk memperoleh apa yang kita inginkan.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

————————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah


Dua pekan setelah Arumi memberi jawaban kepada Fathur, kini mereka seperti dua orang asing—seolah tidak saling mengenal satu sama lain. Padahal, sebelumnya mereka pernah berbicara.

Setiap kali Arumi bertemu dengan Fathur di rumah sakit, Arumi selalu menunduk lalu pergi menghindar. Sebenarnya, ada sedikit perasaan yang sulit Arumi jelaskan saat melihat Fathur pun mengabaikannya.

Arumi tidak tahu, setiap Fathur memeriksa sang ibu pria itu tidak lagi menyapanya ataupun menoleh melihatnya. Fathur yang lebih dulu mengabaikan Arumi, maka Arumi pun melakukan hal yang sama.

Lilis dan Wulan hanya dapat geleng-geleng kepala melihat Arumi duduk melamun dengan topangan tangan didagu.

"Bingung deh Bu sama Rumi, aku nggak ngerti apa yang dipikirin sama Rumi." kata Lilis seraya merangkai bunga pesanan pelanggan.

Wulan tersenyum, ia kembali melirik putrinya. "Ibu juga heran kenapa setiap nak dokter datang mereka saling diam-diaman? Sebelumnya yang Ibu tahu mereka nggak sediam itu. Lilis tahu Arumi kenapa sama nak dokter?"

Lilis mengangguk, lalu menggeleng membuat Wulan bingung. "Kamu geleng sama ngangguk sebenarnya tahu nggak, Lis? Jangan bikin Ibu bingung."

Wulan mengambil bunga yang telah di rangkai Lilis, kemudian menyusunnya ke keranjang.

"Kalau soal mereka diam-diaman Lilis nggak tahu, Bu. Tapi Lilis tahunya kalau Mas Fathur ngasih Cv Ta'aruf ke Arumi, Bu. Arumi nolak, mungkin karena itu kalinya, Bu?"

Mendengar itu Wulan terkejut. "Yang benar? Kok Ibu nggak tahu?"

"Rumi belum kasih tahu Ibu, yah?"

Wulan menggeleng-geleng, pantas saja setiap Wulan perhatikan Arumi seperti sedang memikirkan sesuatu. Dan sampai sekarang ini Arumi belum memberitahukan apa yang dipikirkan putranya itu.

"Aku kira Rumi udah ngasih tahu Ibu, ternyata belum, ya? Ibu aku samperin Rumi dulu takutnya nanti dia kesambet lagi."

Wulan tersenyum, lalu mengangguk. "Iya sana  samperin, nanti ini pesanan yang harus di antar siang ini kamu bilang sama Arumi. Biar dia yang antar, ya." kata Wulan.

Lilis mengangguk, lantas segera menghampiri Arumi. Begitu sampai di hadapan Arumi, Lilis melambai-lambaikan tangannya di depan wajah sahabatnya itu. Lilis mencebik saat Arumi bahkan tidak berkedip.

Apa yang sedang Arumi pikirkan sampai melamun seperti ini? Huft, lebih baik sahabatnya ini mengomel sepanjang hari daripada terdiam seperti patung seperti ini.

"Arumi?" panggil Lilis. Namun, Arumi tidak memberikan respon apa pun. Lilis jadi gemas sendiri, ia mengambil batang bunga di atas meja lalu menepuk-nepuk pipi Arumi menggunakan batang tersebut.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang