"Aru ...." Fathur menggeleng dengan senyuman terukir di wajah melihat Arumi yang berlarian di depannya.
Arumi berbalik, lalu melambaikan tangannya ke arah Fathur, ia tersenyum lebar di balik cadarnya. "Mas cepat ke sini." seru Arumi, memanggil Fathur agar berjalan lebih cepat menghampirinya.
Fathur mempercepat langkah kakinya seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku coat yang di pakainya. Pandangan Fathur tidak lepas dari Arumi yang tengah menatap ke atas langit, melihat balon-balon yang sedang mengudara.
"Mas, balon udaranya tinggi banget!" ujar Arumi ketika Fathur sudah berada di dekatnya. "Di atas anginnya pasti kenceng banget, kan?" Arumi menoleh melihat Fathur yang ternyata Fathur pun sedang menatap dirinya.
Sebelah tangan Fathur di keluarkan dari saku coat, kemudian merangkul bahu Arumi. "Kalau nanti kamu kedinginan, kamu bisa peluk Mas, Aru." kata Fathur setengah berbisik di telinga Arumi, jemarinya mengusap bahu Arumi.
"Ish ... bilang aja kalau Mas emang mau peluk aku." ucap Arumi, menatap Fathur dengan mata menyipit.
Fathur tertawa kecil, kepalanya mengangguk-angguk membenarkan. "Iya, Mas memang mau peluk kamu. Di atas udaranya lebih dingin, Sayang." balas Fathur, seraya membawa Arumi berjalan di sampingnya menuju balon udara yang akan mereka naiki.
Arumi hanya mengangguk, ia sudah tidak sabar untuk menaiki balon udara. Arumi dan Fathur melakukan perjalanan ke Cappadocia di malam hari dengan pesawat selama satu jam.
Cappadocia berada di dataran tinggi yang terjal di utara Pegunungan Taurus. Dan karena geologis Cappodocia juga disebut sebagai cerobong peri, selain itu juga mendapat julukan sebagai The Land Of Beautiful Horses, yang berartikan Negeri Kuda Cantik.
Cappadocia juga terkenal dengan hamparan batuan vulkanik lunak yang terbentuk oleh erosi dari gunung berapi selama jutaan tahun. Batuan itu menjadi beragam bentuk yang unik seperti menara, kerucut, lembah, dan gua.
Beberapa batuannya bahkan memiliki tinggi hingga empat puluh lima meter. Sebagai kota kuno, Cappadocia melewati beragam masa mulai dari masa Romawi, era Bizantium hingga masuknya peradaban Islam. Alhasil, banyak bangunan bersejarah seperti kastil, gereja, dan masjid di tempat ini.
Fathur membantu Arumi masuk ke dalam balon udara, lalu disusul dirinya. Fathur menggenggam tangan Arumi, membawa istrinya berdiri di dekat pembatas agar nantinya Arumi bisa lebih leluasa melihat panorama matahari terbit ketika di udara nanti.
Setelah beberapa saat berada di dalam balon udara, Arumi merasakan pergerakan dari balon udara yang bersiap untuk terbang. Arumi menunduk melihat ke bawah lalu ia kembali memandang lurus ke depan.
Arumi tersenyum saat balon udara yang dinaikinya sudah berada di atas ketinggian, bersama dengan balon-balon udara yang lainnya. Matanya terpejam kala hembusan angin melalui wajahnya.
"Dingin?" tanya Fathur berbisik seraya menumpukan dagunya di bahu Arumi.
Kepala Arumi mengangguk, "Iya, lebih dingin, tadi di bawah nggak sedingin ini, Mas." ucapnya pelan. Fathur menoleh, melirik Arumi lalu satu kecupan ia berikan di pipi istrinya.
"Udara jadi semakin dingin karena enggak lama lagi akan memasuki musim dingin, Sayang." ujar Fathur memberitahu Arumi.
Arumi menoleh, menatap Fathur yang juga sedang menatap dirinya. "Wah, mau musim salju ya, Mas?" Mata Arumi berbinar, namun beberapa saat kemudian binar itu tergantikan oleh sorot sendu. "Berarti kita udah nggak di sini lagi, aku enggak bisa lihat salju." gumam Arumi sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLIS
SpiritualSpiritual-romance Sequel: ILHAM UNTUK MELLY Muhammad Fathur Al-Kausar-seorang dokter muda sekaligus juga bekerja di perusahaan keluarga. Fathur-sosoknya ini di kenal sangat rendah hati, sopan, dewasa namun pendiam. Banyak yang mengagumi Fathur kare...