Bagian Delapan

13.6K 1K 5
                                    

Keluarga, sejauh apapun kita pergi keluarga adalah rumah ternyaman. Meski dalam keadaan sulit sekalipun keluargalah yang akan selalu ada untuk menemani dan menerima segala kekurangan kita.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————

Happy Reading

Bismillah

Di halaman belakang rumah yang sangat luas ini Fathur berbaring dia atas sofa, menikmati suasana pagi hari dengan secangkir teh jahe hangat buatan Zahra.

Dulu, sewaktu Fathur masih kecil. Halaman belakang rumahnya di penuhi oleh banyaknya permainan anak-anak yang kini di sulap menjadi halaman yang nyaman untuk bersantai.

"Maaas Fathuuuur."

Fathur mengangkat wajahnya dan menurun buku bacaannya saat mendengar suara Ria.

Ria dengan senyum lebarnya melangkah cepat menuju Fathur.

"Ada apa Ria? Kenapa berteriak, hm?" Fathur mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk.

Ria tertawa kecil lalu langsung mendudukkan dirinya di samping Fathur. "Maas Fathuur." panggilnya seraya memeluk lengan Fathur.

Fathur tersenyum, ia sangat hafal tingkah adiknya ini. Kalau Ria sudah bersikap manja kepadanya seperti ini sudah di pastikan Ria ingin mengutarakan keinginannya.

"Mau apa, hm?" Ria menyengir, memainkan jari telunjuknya di lengan Fathur. "Hehehe, Mas Fathur tahu aja deh ... itu loh Mas ... ekhem, hari ini, kan Mas libur kerja. Mas Fathur sibuk terus di rumah sakit sama kantor, Rio dan Kak Zahra juga gitu." Ria menjeda sekian detik, menunggu respon dari Fathur.

Fathur tersenyum, dugaannya memang tidak pernah salah. "Jadi?" tanyanya kemudian. Sengaja berpura-pura seolah ia tidak mengerti.

Ria cemberut, lantas dengan cepat melayangkan cubitan pada lengan kakak laki-lakinya itu. "Iiihh ... Maas Fathuur gitu, ih. Ria sebal!"

Fathur mengaduh mendapatkan cubitan dari Ria, meski sebenarnya tidaklah sakit. Ria dengan kesal memukul bahu Fathur sampai aksinya itu dihentikan oleh Fathur dengan menahan kedua tangan adiknya.

"Maaas." Ria memasang wajah memelas, dengan bibirnya sengaja dimanyunkan. Menatap Fathur penuh harap. Fathur tertawa kecil melihat wajah menggemaskan adiknya ini. "Apa? Mau apa, hm? Mas enggak akan tahu kalau Ria enggak bilang." tanyanya lembut.

Fathur tersenyum saat Ria memalingkan wajah darinya. Fathur mengusap kepala Ria lalu membawa Ria ke dalam pelukan hangatnya.  "Mau jalan-jalan ke mana? Mall? Nonton film? Ke taman atau ke pantai?" tanya Fathur seraya mengelus pipi Ria yang kini tengah merajuk padanya.

Ria mencebik dan mengangguk pelan. "Mau ke Mall aja deh, terus nanti sekalian nonton. Udah lama nggak nonton." jawab Ria dengan wajah cemberut.

Fathur mengangguk pelan, "Tapi kalau masih cemberut seperti ini Mas enggak mau, senyumnya mana, hm? Adik Mas kalau senyum cantik." ujar Fathur.

Ria memukul pelan punggung Fathur, lalu tersenyum paksa. Fathur menggeleng pelan, "Yang ikhlas, jangan di paksa." pintanya.

"Udah iihh, Maaas."

Diam-diam tangan Fathur bergerak menggelitik pinggang Ria membuat sang adik tertawa kegeliaan di pelukannya.

"Maaas Fathuuuur! Geliiii!" pekik Ria berusaha melepaskan diri dari Fathur. Bukannya berhenti, Fathur justru semakin gencar menggelitik Ria.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang