Bagian Duapuluh Tiga

12.6K 966 16
                                    

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).

(QS. Az-Zariyat Ayat 49)

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

—————————————


Berulang kali Arumi menepuk keningnya, lalu menarik nafas dalam-dalam. Arumi benar-benar malu mengingat apa yang terjadi pagi tadi dan rasanya ingin menghilang.

"Udah deh Rum, ngeri ih aku tuh lihat kamu gini. Merinding tahu!" gerutu Lilis kesal.

Mata Arumi memicing tajam ke arah sahabatnya yang sama sekali tidak membantunya.

"Aku malu banget Lilis!"

Lilis geleng-geleng kepala melihat tatapan memohon sahabatnya. Lilis juga bingung harus bagaimana sekarang, ia benar-benar tidak bisa membantu Arumi.

Sedangkan Arumi mendesah meratapi nasibnya, pagi tadi Arumi sudah seperti pencuri yang diam-diam hendak kabur namun sayangnya Arumi tertangkap basah.

"Ya nanti kalau kamu ketemu sama Mas dokter lari aja." usul Lilis yang mendapat helaan nafas berat dari Arumi.

Arumi melihat ke kiri dan kanan, lalu perlahan membuka sebuah pintu ruangan. Arumi menggigit bibir dalamnya gugup, sepagi ini setelah dari bangsal sang ibu Arumi mendatangi ruang dokter—Arumi tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya saat ini. Jantung berdegup kencang.

Arumi melangkah pelan, matanya menatap nanar amplop di tangannya. Kemudian, dengan langkah cepat serta menahan nafasnya Arumi menaruh amplop tersebut di atas meja. Setelahnya, Arumi langsung berbalik hendak keluar dari ruangan sebelum sang penghuni ruangan datang.

Tetapi, belum sempat Arumi meraih handle—pintunya tiba-tiba saja terbuka. Arumi mengerjapkan matanya disertai ringisan pelan.

"Aru? Kamu sedang apa di ruangan saya?"

Fathur menatap Arumi, lantas bergerak mendekat. Fathur melihat sekitar ruangannya dan setelahnya kembali menatap Arumi.

"Aru?"

Arumi diam bagaikan patung, jantungnya memompa darahnya begitu cepat—kaki Arumi lemas.

"Aru apa yang kamu lakukan di sini?"

Arumi meremas tangannya, "Itu ... eumm, bukannya Pak dokter sendiri yang minta saya mem—"

"Balasan Cv Ta'arufnya?"

Arumi kembali mengerjap melihat Fathur melangkah cepat melalui dirinya. Fathur mengambil amplop di atas mejanya dan kembali ke menghampiri Arumi seraya tangannya membuka amplop tersebut.

"Saya tahu kamu pasti akan menerima saya, Aru." ucap Fathur.

Arumi berdesir melihat Fathur tersenyum dan menatapnya dengan tulus, Arumi baru menyadari itu.

Lilis menaruh teh dingin di depan Arumi. Lilis tersenyum, setidaknya Arumi tidak menyangkal ataupun membohongi diri sendiri atas  perasaan yang Arumi rasakan kepada Fathur.

Lilis menyadari tingkah sahabatnya yang berbeda setelah pulang dari acara akad adik Fathur. Lilis hanya berharap yang terbaik untuk Arumi.

"Rumi."

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang