Cinta memang semembutakan itu sampai terkadang manusia rela menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan cinta. Dan tidak mempedulikan apa yang dilakukan benar atau tidak.
-Asma Cinta, Fathur-
NrAida
—————————————
Koreksi Typo
Happy Reading
Bismillah
Maudya meletakkan sendok di atas piring dengan kasar hingga menimbulkan bunyi nyaring. Maudya tidak bisa hanya berdiam diri memerhatikan suaminya yang sejak beberapa hari lalu lebih banyak diam.
"Aku udah nggak tahan! Kamu kenapa sih Rudi?!"
"Jangan mencari masalah di pagi hari Maudya."
"Apa? Jadi aku yang selalu cari masalah iya?!" Maudya tersenyum sinis, lantas berdiri dari kursinya. Rudi menghela nafas, di pagi seperti ini istrinya itu sudah kembali berulah. Tidak bisakah sehari saja mereka hidup dengan tenang tanpa adanya pertengkaran.
"Maudya bukan begitu ... Maudya selesaikan sarapan kamu!" seru Rudi dengan nada sedikit tinggi kala Maudya beranjak pergi dari meja makan.
Rudi memijat kepalanya yang berdenyut, kemudian melihat ke arah putrinya yang juga tengah menatapnya dengan raut wajah datar.
"Maura." panggil Rudi ketika sang putri pun beranjak pergi meninggalkan meja makan.
"Aku capek setiap hari dengar Mama dan Papa berantem. Apa kalian enggak bisa sehari aja akur? Papa seharusnya enggak gini sama Mama!" Setelahnya mengatakan itu, Maura melangkah cepat—pergi dari ruang makan.
Maura muak setiap kali melihat orangtuanya bertengkar di hadapannya. "Sialan!" desisnya kesal seraya mengusap sudut matanya.
Rudi menatap nanar piring makannya begitu mendengar suara pecahan di atas sana, seketika nafsu makanya menghilang karena perdebatan yang terjadi. Apa yang harus Rudi lakukan? Maudya—sikap istrinya itu tidak pernah berubah, selalu mengedepankan egonya.
Di dalam kamarnya, Maudya membanting guci dari atas meja. Maudya muak berpura-pura tidak mengetahui bahwa suaminya itu sudah bertemu dengan Wulan.
"Wulan, Wulan! Selalu aja wanita sialan itu!"
Mengapa suaminya harus kembali di pertemukan dengan wanita itu? Mengapa Tuhan tidak pernah membiarkannya bahagia. Mengapa Wulan selalu selalu berputar dalam poros hidupnya. Dulu dirinya sangat bahagia bersama Rudi sebelum wanita itu datang merebut semuanya.
Maudya kembali mengambil benda apa pun di dekatnya, lalu melemparnya ke cermin sampai cermin meja riasnya hancur.
"AKU BENCI KAMU WULAN!!" teriak Maudya lantang, menguapkan kekesalannya.
"MAUDYA!"
Maudya berbalik, ia menatap tajam suaminya di ambang pintu sana. Kemudian dengan langkah cepat Maudya menghampiri Rudi dan langsung melayangkan pukulan ke dada Rudi.
"Kenapa?! Kenapa kamu bohong sama aku Rudi?! Kamu udah ketemu sama Wulan, kan? JAWAB AKU RUDI!"
Rudi menangkap tangan Maudya, lalu mengcengkramnya kuat agar Maudya tidak bisa memukulnya lagi. Nafas Maudya memburu, ia mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Rudi. Maudya ingin meluapkan semuanya.
"Lepaskan tangan aku Rudi! Aku enggak akan memaafkan kamu! Kenapa kamu bohong, jawab aku Rudi! Kenapa kamu harus ketemu lagi sama wanita itu?! Dia udah meninggalkan kamu dengan sahabatnya itu, Rudi! Kenapa kamu masih belum sadar Rudi, dia ninggalin kamu! Kamu bodoh Rudi, kamu bodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLIS
SpiritualSpiritual-romance Sequel: ILHAM UNTUK MELLY Muhammad Fathur Al-Kausar-seorang dokter muda sekaligus juga bekerja di perusahaan keluarga. Fathur-sosoknya ini di kenal sangat rendah hati, sopan, dewasa namun pendiam. Banyak yang mengagumi Fathur kare...