Bagian Duapuluh Dua

12.3K 1K 25
                                    

Jadilah seperti air untuk memadamkan api. Dan jadilah seperti embun yang menyejukkan.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

————————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah



Setelah mengetuk pintu, dengan senyuman yang terpatri di wajahnya Fathur melangkah masuk ke dalam kamar Zahra. Semua orang yang tengah berada di kamar Zahra kompak menoleh, melihat kehadiran Fathur.

"Assalamualaikum," Fathur mengucap salam sembari menutup kembali pintu kamar adiknya.

"Wa'alaikumussalam, Mas Fathur."

Zahra tersenyum saat Fathur sudah berdiri di depannya. "Mas Fathur jangan lihat Zahra gitu dong. Zahra malu tahu!" Fathur tertawa pelan, ia melirik penata rias Zahra yang tengah membenahi kerudung bagian belakang adiknya.

"Masya Allah, adik Mas cantik sekali." puji Fathur tulus.

Zahra tersenyum mendapatkan pujian dari kakaknya, lalu memukul pelan dada Fathur dengan wajah cemberut. "Ih, Mas Fathur! Zahra jadi makin malu tahu nggak kalau di puji gini."

Zahra memejamkan matanya saat Fathur mencium keningnya dan mengusap kepalanya. Setelahnya, Fathur menatap Zahra. Lihatlah, hari ini Fathur akan melepas adiknya kepada pria lain.

Fathur tidak menyangka waktu berlalu begitu cepat—serasa seperti baru saja kemarin Fathur dan Zahra tumbuh bersama. Dan sekarang, hanya menunggu menit adiknya akan menjadi seorang istri.

"Zahra sebentar lagi sudah menjadi istri," ucap Fathur yang di balas anggukan oleh Zahra.

"Zahra,"

"Iya, Mas?"

"Seorang istri adalah pakaian suaminya, begitu pun dengan suami. Saling melindungi, saling memberi kehangatan dan menyempurnakan satu sama lain. Seorang istri juga harus menutupi aib dan menjaga kehormatan suami. Hormat dan patuh kepada suami, jadilah seperti air untuk memadamkan api. Dan jadilah seperti embun yang menyejukkan."

Zahra mengangguk mendengarkan apa yang disampaikan Fathur membuat mata Zahra memanas. Zahra mendongak melihat langit-langit kamarnya. Fathur meraih kedua tangan adiknya yang terhiaskan henna putih, tampak begitu cantik.

"Kalau ada masalah selesai masalahnya jangan lari karena membina rumah tangga tidak selalu ada tawa, tapi juga akan ada tangis." lanjut Fathur.

Zahra mengangguk, lalu menatap Fathur dengan air mata yang mengalir di pipinya. "Mas Fathur ... Zahra, Zahra—" Zahra menarik nafasnya dalam, "Zahra akan selalu mengingat ini, terima kasih Mas Fathur. Ih, kenapa Zahra jadi nangis gini." Zahra tertawa kecil saat Fathur mengusap air matanya.

Zahra sadar, tugas seorang istri tidaklah mudah. Ada begitu banyak tanggung jawab yang harus diemban seorang istri. Maka dari itu sampai saat ini Zahra pun masih terus memperdalam ilmunya.

Fathur meminta penata rias agar kembali memperbaiki make-up sang adik. Setelahnya, Fathur keluar dari kamar Zahra karena pihak mempelai pria sudah sampai dan sebentar lagi akad akan segera berlangsung.

Fathur menuruni undakan tangga, lalu melangkah mendekati meja akad, Fathur duduk di barisan kursi yang tidak jauh dari meja akad. Sementara itu Mama dan Papanya tengah menyambut kedatangan calon menantu mereka.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang