Chapter 43

601 19 10
                                    


Jangan lupa komen setiap paragraf
Happy reading!!

****


Matahari tampak malu-malu menampakkan diri. Sinar yg menyinari jendela ruang dengan nuansa putih itu terlihat masuk disela-sela. Seorang gadis masih tampak tidur tanpa ingin bangun dari tempatnya. Begitu juga dua orang yg setia menjaganya. Kemarin merupakan hari yg tak ingin mereka alami lagi, hari dimana ketakutan terbesar mereka kembali hadir.

Dion, sudah membuka mata akibat matahari mengenai matanya, tidak terlalu terang, tapi mampu membuat Dion terbangun dari tidurnya. Hal yg ditangkap oleh mata elang laki-laki itu adalah adik kesayangannya masih tidur diatas ranjang putih sesuai dengan nuansa ruangan.

Ia berjalan menghampiri jendela yg masih tertutup, kemudian membukanya. Membuat dua orang yg masih terpejam ikut membuka matanya.

Tiyo yg sudah membuka mata ikut duduk dari tempatnya dan berlalu menuju Aiska.

"Udah baikan?" Tanya Tiyo yg sudah berada disebelah Aiska.

"Masih sakit." Ujar Aiska menunjuk kearah tangan nya yg terkena pelatuk kemarin. Tiyo dan Dion mengangguk. "Yaudah-"

Pintu ruangan terbuka, menampilkan seseorang dengan baju khas perawat tengah membawa nampan berisi sarapan pagi Aiska.

"Selamat pagi Mbak, Mas." Ucap suster itu, sembari tersenyum hangat. Hal itu dibalas baik oleh Aiska dan juga Tiyo.

"Mbak Aiska ini sarapannya dimakan, setelah itu obat nya diminum." Tambah suster itu dibalas anggukan oleh Aiska. "Mau dibantu mba?" Tanyanya lagi saat memberikan nampan kepada sang-empu. Aiska menggeleng membuat suster itu mengangguk dan berlalu dari sana.

Nampan tersebut sudah berada diatas paha Aiska yg tertutup selimut khas rs. Namun, ia belum memasukkan sesuap bubur pun yg ada dihadapannya.

"Makan." Titah Tiyo yg masih setia berdiri disebelah Adiknya. Aika yg merasa dirinya lah yg disebut menoleh kearah Tiyo. Tiyo yg belum mendapat respon dari Aika berdecak kesal.
"Kenapa?" Tanya Tiyo lagi.

Aiska lagi-lagi menoleh, namun kali ini matanya berkaca-kaca karena ingin menangis "Gak mau bubur huwaa!!" Tangis Aiska pecah. Jujur, saja ia sangat tidak menyukai makanan yg lembek seperti bubur, apapun jenis buburnya.

Dion yg melihat itu, segera menghampiri adik kecilnya sembari mendekap erat adik kesayangannya. "Kali ini aja ya princess nya Abang gak boleh sakit lagi." Ujar Dion penuh kasih sayang. Ia merasakan baju nya basah karena air mata Aiska sepertinya adiknya ini sudah menangis.

Aiska masih terisak didekapannya. Kemudian perlahan keluar dari dekapan Dion sembari mengusap air mata yg membasahi pipinya.

"Makan ya." Ujar Tiyo yg sudah mengambil alih nampan tadi dari Aiska. Aiska mengangguk, kemudian memakan bubur itu dengan terpaksa. Ia juga tidak ingin berlama-lama dirumah sakit ini.

###

Hari ini, merupakan hari ulang tahun SFI. Terlihat banyak sekali orang-orang berlalu-lalang mencari tempat ternyaman untuk mereka duduk atau semacamnya, terutama mereka yg berasal dari sekolah tetangga.

Aska, Akel, Fikro, Arkan, dan Andre masih berada dikelas mereka, begitu juga Rina, Cika, dan Kila. Satria, yg merupakan kakak kelas juga anggota tim basket yg mewakili SFI kali ini juga terlihat disana. Mereka masih menunggu kabar dari Tiyo dan Dion.

"Bg Dion udah ngasih kabar belum?" Tanya Cika yg duduk dikursi tepat didepan meja guru.

"Lo aja yg temannya Aika gak dikasih tau. Apa kabar kita yg cuma numpang kenal doang." Balas Fikro kesal. Entah mengapa hari ini bocah itu sensitif terhadap semuanya. Dikira PMS kan gak mungkin🤣

Aska RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang