Chapter 66

343 19 1
                                    

Aiska tidak ingin kekantin, ia benar-benar tak ingin bertemu dengan Aska sekarang. Mungkin dia perlu waktu, jika Aiska tengah duduk dengan memainkan benda pipih ditangannya berbeda dengan Aska dkk. Mereka semua masih setia dikantin sejak jam masuk tadi.

"Beb gabung sini!" Andre memanggil Cika untuk bergabung bersama mereka. Begitu juga Akel yg tengah memanggil Kila dan Rina. Mereka semua bergabung tanpa adanya Aiska disana, membuat Aska yg tadi diam berdiri dari tempatnya.

"Mau kemana Lo Ka?" Tanya Akel yg menyadari bahwa laki-laki itu sudah ingin berdiri dari tempatnya.
"Nyari Aika." Ujarnya berlalu begitu saja.

"Gue heran, tu anak ada apa dah? Mengbingung saia." Ujar Arkan mendengus kesal.
"Bucin bet njir, jiwa jomblo gue seketika meronta." Fikro ikut menimpali.
"Makanya cari pacar sono!" Andre memberi saran, padahal ia tengah sibuk dengan Cika.

"Lo enak tinggal ngomong, lah gue? Musti cari yg bener-bener mau sama gue!" Cetus Fikro membuat semuanya terkekeh kecil.

Beralih dari kantin, Aska sudah masuk kedalam kelas dan mendapati Aiska tengah menelungkup kan wajahnya diatas meja.
"Tidur ya?" Tanya Aska kepada dirinya sendiri. Dengan perlahan laki-laki itu melangkahkan kaki nya menuju kearah gadis yg tengah marah kepadanya.

"Ngapain?" Suara itu yg pertama menyambut kedatangan Aska, membuat laki-laki itu kaget bukan main. Untung saja dia tidak lata disaat ada yg membuatnya kaget. Dengan cepat Aska mengubah raut wajahnya kembali seperti biasa.

"Gak kantin?" Tanya Aska duduk disebelahnya, lebih tepatnya duduk dikursi Kila. Aiska perlahan mengangkat wajahnya menatap orang yg duduk disebelahnya.
"Jelasin," beo Aiska membuat Aska menyerngit bingung.

Aiska diam menunggu apa yang akan dikatakan oleh laki-laki itu, tapi sepertinya apa yg Aiska katakan tak mampu ditangkap oleh sang-empu. "Je-

"Gini, kemaren itu Mona tiba-tiba manggil aku, minta tolongin buat bantu Naya yg katanya pingsan. Awalnya aku gak percaya, tapi pas liat Mona yg udah nangis minta bantuan ya mau gak mau aku bantuin, terus pas udah sampe ternyata bener si Naya pingsan yaudah aku bantuin. Maaf ya, besok-besok gak lagi." Ujar Aska menutup ceritanya. Aiska menghembuskan nafas gusar setelah mendengar cerita itu,
"Aku gak marah kamu nolongin dia, tapi kenapa kamu gak kasih aku kabar kemarin, aku juga udah telpon tapi kamu gak angkat." Aiska kembali berujar.

Aska menyerngit bingung, lalu beberapa saat kemudian ia baru ingat jika ponsel nya di silent. "Maaf, ponsel aku silent." Aska kembali berujar sembari mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan memperlihatkan nya kepada Aiska. "Lah? Kok mati?" Refleks Aska saat melihat layar hitam diponselnya.

"Maaf yang, ternyata aku juga lupa cas." Aska merasa tak enak sekarang juga malu, baru kali ini ia terlihat aneh hanya karena seorang gadis. Aiska mendengus sebal "Lain kali diliat kabar hape nya, biar gak susah kalo dihubungin." Aiska kembali berujar, Aska nyengir kemudian mengangguk patuh kepada Aiska.

"Dimaafin gak?" Aska kembali bertanya, Aiska diam sejenak kemudian mengangguk sebagai jawaban. "Jangan ulangin lagi, untung kemarin bukan orang jahat yg nemuin aku." Aiska bersuara sembari mengeluarkan jari kelingking nya untuk mengaktifkan janji.

Aura dingin Aska kembali disaat itu juga, dia tak suka jika mengingat hari kemarin. Dimana saat itu Gio orang yg sangat membencinya harus bertemu dengan gadis-nya tanpa adanya ia disana. "Kalo ketemu dia lari aja, jangan dekat-dekat." Beo Aska tapi tak urung ia juga mengaitkan jari kelingking miliknya dengan milik Aiska.

"Kenapa?" Tanya Aiska tak mengerti, Aska hanya menggeleng membalasnya. "Kamu gak lagi sembunyiin sesuatu dari aku kan?" Aiska menatap Aska dengan tatapan intimidasi, tatapan yg mampu membuat orang merasa diintrogasi sayangnya tidak dengan Aska, laki-laki itu malah mengulas senyum tipis menatap wajah Aiska gemas.

Aska RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang