Chapter 8

1K 50 0
                                    

Aiska ia sudah sampai dirumah nya berkat Rega dan teman-temannya dia selamat.

"Makasih kak!" beo Aiska.

"Iya sama-sama." balas Rega dengan senyum manis di wajah nya.

"Kalo gitu kita cabut Ai." sambut Nanda.

"Iya kita pergi dulu. Kalo ada apa-apa calling aje!" canda Rio. Berniat meminta Nomor pada Aiska malah dapat geplakan dari Rega.

"Gausah modus lo buaya!" geplak Rega. Rio cemberut padahal dia ingin sekali meminta nomor Aiska.

Aiska terkekeh kecil melihat kelakuan Rega dan Rio.

"Boleh" balas Aiska tersenyum. Rega tersentak kaget tetapi Rio malah cengengesan tak jelas mendengar ucapan Aiska.

"Aseekk mantep lo yo. Kalahin noh si boss!" timpal Nanda.

"Btw gue juga mau Ai," lanjut Nanda cengengesan.

Aiska terkekeh geli melihat kelakuan tiga orang ini.

"Boleh kok." balasnya dengan senyum diwajahnya.

Nanda dan Rio tersenyum puas. Akhirnya mereka mendapatkan Nomor dari anak baru yg ada dihadapannya.

Nanda, ia malah berfikir ingin menggoda Rega temannya yg hanya diam tak bergaming.

"Lo gak mau ga?" saut Nanda menaik turunkan alisnya. Sesekali terkekeh melihat Rega yg jadi bingung sendiri.

"Gapapa kok. Kalian boleh simpen nomer gue. Makasih ya udah bantuin," respon Aiska menimpali.

"Nih." Rio mengedarkan ponsel nya kepada Aiska sesekali terkekeh kecil.

Aiska menerimanya dengan senang hati. Toh mereka kan yg udah nyelamatin Aiska, lagi pula mereka juga anak sekolah SFI. Jadi gak salah dong:)

Aiska mengetikkan beberapa angka dikeyboard handphone milik Rio. Setelah selesai dia memberikannya kembali kepada sang pemilik yg masih setia dengan senyumnya.

"Udah," saut Aiska. Mengembalikan ponsel Rio.

"Nanda sama Rega kalo mau minta yah sama Rio. Sekali lagi makasih udah anter gue!"lanjut Aiska dengan tersenyum kecil.

"Sama-sama"
"iya"
"Siip"

Kompak tapi berbeda jawaban.

"Yaudah masuk sono. Kita juga mau cabut!" lanjut Nanda.

"Iya. Kalo gitu gue masuk dulu. Kalian hati-hati." ucap Aiska dan memasuki rumah.

Setelah memastikan Aiska sudah masuk kerumah Rega dan teman-temannya mulai menjalankan motor nya menjauhi area kompleks rumah Aiska. Tanpa sadar Rega tersenyum tipis.

***

Tiyo sudah berada dihutan. Ia begitu panik karena tak menemukan Aiska ada disana. Tiyo pasrah, ia sudah mencari Aiska disegala penjuru hutan. Namun hasilnya nihil.

Tiyo benar-benar frustasi. Jika dia tidak menemukan adiknya dia yg akan terkena amukan Liza dan Doni-orangtuanya-

Apalagi jika kejadian dulu terulang lagi. Bukan cuma orang tuanya yg panik bahkan dia dan seluruh anggota keluarga kedua orang tuanya juga akan panik.

Tak lama kemudian Satria dan Dion beserta Fikro, Andre dan Arkan juga sudah berada dihutan ini.

"Yoo!" panggil Dion. Berhasil membuat sang-empu menoleh.

"Gimana?" tanyanya. Tiyo menggeleng frustasi. Dion sadar itu melihat dari wajah yg sepertinya tidak baik-baik saja.

"Mana Aska?" tanya Tiyo dingin.

"D-dia ga i-ikut bang." balas Fikro gelagapan. Ia tau situasi Tiyo tidak dalam mode baik saat ini.

Tiyo mengusap wajahnya kasar.

"Kalian bilang sama dia. Kalo Aish kenapa-napa dia bakal berusan sama gue!" sarkas Tiyo.

Semua hanya meneguk silvanya panik. Apa yg akan terjadi antara Tiyo dan Aska nanti.

"Yo lo tenang dulu. Dia pasti gabakal kenapa-napa." ucap Satria menenangkan.

Tiyo membuang nafas kasar.

"Kalo gitu gue duluan!" ucapnya lalu pergi meninggalkan teman-temannya.

Semua cuma bisa diam tak bergaming. Takut-takut mereka yg akan menjadi sasaran amukan Tiyo saat ini.

Dion menahan tangan Tiyo yg hendak pergi.

"Tenang dulu yo. Gue sama anak-anak bakal bantu lo nyari Aika sampe ketemu!" beo Dion mengusap punggung Tiyo.

Tiyo diam. Saat ini yg terpenting dia harus menemukan adik satu-satunya.

Keadaan kembali normal. Tiyo tidak menunjukkan aura gelap nya lagi. Tapi khawatir? Itu jelas masih terlihat oleh Dion dkk.

Dering handphone Tiyo berbunyi terlihat notifikasi panggilang masuk dan tertera nama "GemoySygTiyo😘"

Alay sih ya>√<. Kakak jomblo mah gini. Adek sendiri dkasih nama aneh'

Raut wajah nya kembali normal dan senyum terpancar dibibirnya. Dengan segera ia mengangkat telpon itu. Karena itu adalah orang yg ia cari disini.

Semua bergidik ngeri melihat wajah Tiyo yg tiba-tiba berubah menjadi normal.

***

Disisi lain diwaktu yg sama. Aiska sudah memasuki rumahnya. Ia sudah tenang karena saat ini dia sudah berada dirumah.

"Non Aika udah pulang toh?" sapa Bi Linda yg kini berada didekat ruang tamu. Aiska mengangguk mengiyakan pertanyaan Bi Linda.

"Loh, den Tiyo belum balik non?" tanya bi linda yg celingukan mencari sosok Tiyo.

Dia sadar, kenapa Bi Linda menanyakan itu. Sekarang kan dia satu sekolah dengan kakak nya, jadi jika dia sudah balik berarti kakaknya juga sudah balik. Apalagi saat ini mereka semua dipulangkaan oleh sekolah.

"Ada kelas kali bi." balas Aiska. Bi Linda hanya mengangguk membenarkan ucapan Aiska ia pun kembali dengan tugas nya yaitu beres-beres.

Aiska yg juga bingung ia harus bilang itu kepada Bi Linda. Karena sejujurnya dia gatau keberadaan kakaknya. Terakhir dikantin setelah itu hilang ditelan bumi.

Aiska menyalakan ponsel miliknya setelah berada dikamar. Ia mencari sesuatu sambil mengetikkan sesuatu di benda pipih miliknya. Kemudia meletakkan nya di telinga berharap itu tersambung.

Beberapa menit ia menunggu baru lah orang yg ia telpon itu mengangkatnya.

"Bang lo dimana?" tanya Aiska to the point setelah telpon itu tersambung.

"Harusnya gue yg nanya lo sekarang dimana!" balas orang itu dengan nada tinggi.

Aiska mnyerngitkan alis, kenapa kakaknya bertanya hal itu. Apa jangan-jangan_

"Gue dirumah woi!" balas Aiska dengan tenang. Terdengar hembusan nafas lega disebarang sana. Ia semakin yakin bahwa kakaknya sudah mengetahui bahwa ia ada dihutan tadi karena ulah Aska orang yg ia kejar.

"Ok gue kesana," balasnya lalu mematikan telpon tersebut secara sepihak.

Membuat Aiska kesal sendiri.

902 Word

Salam Author

Aska RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang