[6] Perfect

461 209 108
                                    

Selamat datang kembali di YUVENILE!

Masih semangat kan nunggu chapter selanjutnya?

Yuk langsung scroll ke bawah, eits jangan lupa pencet vote dan tulis komen sebanyak-banyaknya. Karena itu semua gratis !

Selamat membaca, teman-teman!

_________________________________________

_________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Semua orang mungkin ingin menjadi bumi yang menghidupkan dengan berbagai kondisi alam, hanya beberapa waktu mereka ingin menjadi neptunus untuk merasakan kesendirian sebentar dan menjauh sesaat menerima keadaan."

.

.

.

"Setelah ini saya kasih soal tambahan. Untuk poinnya akan lebih banyak dari biasanya yaitu sepuluh poin. Jadi bersiaplah! Bapak kasih waktu lima menit untuk menyelesaikannya. Siapa cepat, silakan maju ke depan." Guru kimia yang dinobatkan sebagai guru paling garang sesekolahan memberikan intruksi kepada semua siswa yang ada di kelas itu.

Semua nampak fokus dan memerhatikan satu soal yang ditulis olehnya. Termasuk Alula, ia sungguh berharap bisa mendapatkan poin itu karena berbeda dari biasanya yang berkisar paling maksimal lima poin. Sayangnya, dugaan Alula melenceng. Tidak seperti soal-soal biasanya yang tidak serumit itu. Otaknya terus ia putar hingga mendapatkan titik akhir.

Hampir saja Alula mendapatkan hasilnya, tetapi didahului Orion yang maju ke depan. Rasa kesal dan sesalnya menyelusup dalam-dalam di pikirannya. Alula berharap jawaban Orion salah. Sehingga tidak ada yang mendapatkan poin itu.

 Sehingga tidak ada yang mendapatkan poin itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waw, sempurna. Orion kamu dapat poin sepuluh," ucap guru kimia yang sangat terkesima melihat cara menajwab Orion yang rapi dan tepat.

Alula terkejut. Sejak kapan murid baru itu aktif mengerjakan soal-soal dari para guru? Dan kenapa ia baru menyadari kalau Orion begitu cerdas? Alula menundukkan kepalanya. Khawatir dan takut kalau ternyata Orion akan menjadi saingan tunggalnya di sekolah ini.

🦋🦋🦋

"Lula, gimana tadi sekolahnya?" Ayah Alula membuka pembicaraan makan malam saat ini. Alula bingung harus menjawab apa. Tetapi sepertinya ia memang harus menjawab.

"Oh, baik kok," jawab Alula yang masih mengaduk makan malamnya.

Ayahnya mengangguk tetapi pandangan matanya intens kepada anak semata wayangnya. Seketika suasana menegang. Pasti karena ada suatu hal yang membuat ayahnya menatapnya begitu intens.

"Tadi Ayah denger-denger di kelas kimia ada kuis dadakan. Terus kamu ngerjainnya cepat dan tepat, 'kan? Ayah yakin pasti semudah biasanya," sambung Akhmar. Nadanya begitu santai dan yakin kalau anaknya akan melakukan dengan baik.

Alula menggeleng. Hilary menatap anaknya dengan bingung, tidak biasanya Alula gagal dalam mengerjakan setiap soal. Tapi ia sadar, bahwa setiap orang mempunyai batasannya. Tidak selamanya terbaik sebab dunia akan selalu berputar dan berubah.

Akhmar yang tidak tahu maksud putrinya itu seketika berpikir mencoba mengerti apa yang dimaksud putrinya. Ia meletakkan kembali sendok dan garpu pada piringnya. Kedua tangannya ia lipat dan letakkan di meja kemudian menatap Alula intens.

"Sejak kapan kamu gagal seperti ini?" interogasi Akhmar.

Gadis berponi yang diajak bicara masih menunduk tidak berani menatap ayahnya. Akhmar yang bersikap tegas dan disiplin terkadang membuat Alula terkekang. Selalu mendorong Alula untuk terus menjadi yang terbaik, terbaik, dan terbaik di antara yang lain. Sebenarnya ia juga senang menjadi yang terbaik, tetapi jika setiap saat ditekan untuk menjadi yang terbaik tentu tidak begitu mudah.

"Kenapa, Yah? Kenapa Lula harus selalu benar dan terbaik waktu ngerjain soal? Sampai kapan Ayah menekan Alula untuk selalu sempurna?" Belum selesai Alula bertanya sudah disela Akhmar dengan nada yang lebih tinggi.

"Kamu itu anak satu-satunya ayah. Sepatutnya dong ayah berharap yang terbaik buat kamu. Dengan memastikan kamu menjadi yang terbaik, Ayah bisa yakin nanti ke depannya kamu akan cemerlang dan sukses." Ucapan Akhmar bukannya membuat Alula tenang justru semakin kesal dan kecewa.

"Ayah, Lula punya batasan. Selalu sempurna itu keren, tapi aku bukan orang keren itu, Yah. Lula ditakdirkan menjadi manusia yang tentu tidak akan pernah sempurna. Bukan ditakdirkan sebagai robot yang pekerjaannya selalu sempurna dan rapi. Sekali lagi, Lula manusia bukan robot, Yah!" Alula bergegas meninggalkan kedua orang tuanya dan omanya. Ia sudah tidak tahan terus ditekan dan ditekan menjadi sempurna.

Akhmar mengepalkan tangan kirinya dan menundukkan kepala, kesal dengan sikap anaknya. Hilary menekan kedua pelipisnya dengan ujung jari telunjuk dan ibu jarinya, kepalanya cukup pening. Sedangkan Farras menatap anak dan menantunya satu per satu.

"Sudahlah, Akhmar! Biarkan dia mencari jalannya dengan caranya sendiri. Menjadi terbaik dari yang lain memang baik, tetapi menjadi lebih baik dari diri sendiri itu jauh lebih baik," nasihat Farras. Kemudian wanita tua yang masih sanggup berjalan itu menghampiri kamar cucunya. Ia ingin menenangkan Alula.

"Lula?" sapa Farras sambil membuka pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lula?" sapa Farras sambil membuka pintu.

"Oma?" jawab Alula.

Farras berjalan mendekat lalu Alula membalikkan badannya dan menyambut kedatangan omanya. Segera ia memeluk erat Farras dan menumpahkan rasa kecewanya terhadap ayahnya. Farras menepuk lembut punggung cucunya dan menyerahkan dirinya sebagai pendengar keluh kesah dari cucu pertamanya.

.

.

.

Terima kasih sudah bersedia membaca sampai kata terakhir di bab ini. Dukungan dan semangat dari kalian adalah segalanya untuk para penulis termasuk aku. Aku ingatkan lagi ya, buat vote dan sangat boleh buat komen.

See you on new chapter ~

YUVENILE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang