[11] Ini Hidupku!

375 180 79
                                    

Halo, sebelum membaca vote dulu, ya!

Jangan lupa selagi membaca kirim komentar sebanyak-banyaknya

Oke, selamat membaca ...
_________________________________________

 _________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sebuah benda akan mengalami tekanan jika terjadi sebuah gaya dengan adanya luas permukaan. Seperti gue saat ini, karena banyak gaya yang harus gue lakukan dengan adanya luas (tempat), makanya dapat dikatakan gue sedang tertekan."

.

.

.

Di sebuah ruangan sepi pengunjung dengan berhiaskan rak-rak buku sangat terasa suasana tenang namun tegang. Sangat terdengar jelas suara gemericik hujan di luar sana. Perlahan, rambut lurus milik Alula menari mengikuti arah gerak angin.

Susana pikirannya seperti suasana alam saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Susana pikirannya seperti suasana alam saat ini. Gelap, dingin dan sunyi. Matanya terus menatap di mana jajaran kata dan rumus yang terpajang rapi di dalam buku yang sedang ia letakkan di meja.

"Bagaimana bisa aku diterima di jurusan Chemical Engineering, Stanford University kalau materi kimianya aja enggak mau buat gue paham. Come on!" gumam Alula, tangannya masih membalik lembar demi lembar buku kimianya. Bukannya lebih giat belajar, malah gadis itu menyalahkan materi kimia yang seolah-olah tidak mau dimengerti olehnya.

"Kalau sikap lo kayak gitu, secara tidak langsung lo membohongi buku itu!" sindir seorang pria yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Alula yang sedang terduduk.

"Kalau sikap lo kayak gitu, secara tidak langsung lo membohongi buku itu!" sindir seorang pria yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Alula yang sedang terduduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alula menatapnya jengah, "Maksud lo apaan?" Sebenarnya tidak berminat juga Alula merespon ucapan pria itu. Tapi, lebih baik ia merespon dari pada pria itu semakin menyebalkan, pikirnya.

"Liat aja itu!" ucap Orion sambil menunjuk ke arah buku kimia yang sedang Alula pegang.

"Iya, maksudnya apaan sih?" emosi Alula. Napasnya sudah memburu, sepertinya emosi yang sedari tadi ia tahan kini mulai mencuat seolah ingin menerkam sang musuh.

"Ketika lo memaksa untuk membaca buku itu, tapi pikiran lo sedang tidak fokus pada bukunya, itu sama saja lo membohongi buku itu," potongnya.

"Seolah-olah saat ini lo sedang membacanya, namun ternyata lo justru melamun tidak jelas. Padahal buku itu yang sudah bersedia menampilkan setiap materi, memberikan ilmu untuk si pembaca, menampilkan deretan huruf dan angka, tapi apa?"

 Padahal buku itu yang sudah bersedia menampilkan setiap materi, memberikan ilmu untuk si pembaca, menampilkan deretan huruf dan angka, tapi apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orion melanjutkan ucapannya, "Tapi lo bersikap lemah dengan membohongi apa yang sebenarnya lo inginkan. Memaksa dan pemenekan!" Orion menekankan ucapannya pada tiga kata terakhirnya.

Alula menutup buku kimianya. Menarik napas dalam-dalam untuk mengatur emosinya. Ia berdiri menghadap pria itu.

"Kalau lo enggak punya hubungan sama gue, lebih baik lo enggak usah ikut campur!" sembur Alula lalu mendorong pelan bahu kiri Orion.

"Ck!" Orion berdecak tidak percaya dengan sikap gadis itu kepadanya.

"Gue cuma mau ingetin-" Belum selesai Orion menjawab, Alula sudah memotongnya.

"Udah deh! Udah! Pergi lo kalo enggak ada urusan sama gue!" sarkas gadis berponi yang mulai emosi.

Orion masih berdiri. Ia merasa lebih baik mengingatkannya dari pada sudah terlanjur dan tidak bisa dirubah lagi. Percobaannya kali ini berhasil, karena Alula mau sedikit bersabar mendengarnya.

"Gue cuma mau ingetin, jangan sampai lo kalah suatu hari nanti hanya karena ego dan ambisimu. Gue tahu kok, lo pasti paham kalau manusia itu memang tidak akan pernah sempurna atau selalu bagus. Jadi seheboh apa pun lo ingin menjadi sempurna, jika Sang Pencipta tidak menakdirkan semua manusia sempurna, maka yang ada cuma lelah dan tidak puas." Lanjut Orion panjang lebar.

"Udah?"

Orion tidak menyangka jika respon gadis itu begitu tak acuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orion tidak menyangka jika respon gadis itu begitu tak acuh.

"Udah sana pergi! Udah gue denger tadi," hardik Alula sambil melipat kedua lengannya di depan dada.

Sebelum Orion benar-benar meninggalkan Alula, gadis itu kembali berucap, "Dan satu lagi. Lo harus inget juga, ini hidup gue, pilihan gue, jadi lo enggak usah sok perhatian dan berlagak menjadi orang yang paling benar."

.

.

.

Terima kasih sudah bersedia membaca sampai kata terakhir di bab ini. Dukungan dan semangat dari kalian adalah segalanya untuk para penulis termasuk aku. Aku ingatkan lagi ya, buat vote dan sangat boleh buat komen.

See you on new chapter ~

YUVENILE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang