[14] Matter

374 177 79
                                    

Hai semua, apa kabar?

Semoga baik-baik saja ya, yok mulai presensi dengan sending love dulu di komentar sini 🤎❤🧡❤💛💙💜

Ada yang mau disampaikan ke Alula?

Ada yang mau disampaikan ke ayahnya Alula?

Atau ada yang mau disampaikan ke Orion?

Skuy, selamat membaca! Pokoknya jangan lupa terus vote dan komen sebanyak-banyaknya, OKE! 💯

_________________________________________

_________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masalah itu seperti embun di pagi hari. Akan cepat pergi jika solusi segera membuatnya menguap di udara. Hilang."

.

.

.

Sebuah keluarga kecil sedang bersiap menuju tempat yang akan mereka kunjungi setelah pukul tujuh malam. Neil nampak merapikan bajunya lalu merapikan anak rambut yang sedikit berantakan. Tanpa Neil sadari, seseorang justru mengacak-acak rambutnya yang hampir saja rapi.

"ABANGGGGGGGGG!" Neil berteriak. Tidak terima rambutnya menjadi bahan keisengan dari kakaknya.

Lantas Neil berlari mengejar Orion dengan sekuat tenaganya. Ia menarik lengan Orion dengan kuat lalu menjatuhkan tubuh Orion di karpet kamarnya. Telapak kaki Orion ia gelitiki supaya Orion terus tertawa tidak bisa terkendali.

"Ahahahaha! Aduh, Neil aku enggak bisa berhenti nih. Udah dong! Ahahahaha!" pinta Orion. Tentu saja tidak digubris adiknya. Neil semakin menambah kecepatan gelitikannya hingga membuat Orion menangis karena terlalu lama tertawa.

"Abisnya, Kak Rion usil sih!"

"Ahahaha! Iya, iya, maafin kakak tadi ya. Udah, sekarang berhenti, oke?" Orion memohon lagi. Untungnya, kali ini Neil mau diajak kompromi.

Orion mendudukkan dirinya dan bersandar pada kaki kasur milik Neil. Mengambil napas sejenak. Kesederhanaan ini mampu membuatnya terus merasakan kenyamanan dengan keluarganya.

Tepat pukul 19.30 WIB keluarga kecil itu sudah tiba di restoran favorit mereka. Sudah lima belas tahun mereka menjadikan restoran itu sebagai tempat berkumpul keluarga. Pasalnya pelayanannya yang sangat bagus apalagi menu makanan yang selalu konsisten cita rasanya.

"Selamat makan!" seru Danica kepada suami dan kedua anaknya.

"Selamat makan Papa, Mama, Kak Rion!" balas Neil antusias. Kedua tangannya cukup gesit memegang sumpit lalu mengambil mie yang tersaji di mangkoknya.

 Kedua tangannya cukup gesit memegang sumpit lalu mengambil mie yang tersaji di mangkoknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
YUVENILE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang