Yuvenile yang berarti remaja. Kehidupan remaja yang penuh kebebasan, ambisi, tantangan, emosi, konflik, energik, dan banyak cerita lainnya. Gadis bernama Alula yang identik dengan poni gemas miliknya dan ia selalu mencolok dalam hidupnya. Sehingga i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Meski kehidupan terkadang membingungkan tapi jangan pernah merasa bersalah karena menyesal. Lebih baik terus melangkah ke depan walaupun perlahan tetapi seperti siput yang terus melaju hingga titik akhir tanpa berbelok ke belakang tuk menyerah."
.
.
.
Empat tahun, genap sudah Alula tinggal di negara orang hanya dengan bundanya tercinta. Siang ini akhirnya ia menyelesaikan ujian akhir kelulusan di Stanford University dengan nilai A. Sama seperti mahasiswa lainnya yang merasakan tegang ataupun khawatir saat ujian berlangsung. Tetapi ingatan sewaktu masa SMA membuatnya lebih semangat dan percaya diri untuk segera menyelesaikan studynya di Amerika.
Sepulangnya dari kampus, Alula ingin berjalan-jalan sebentar di Taman Arizona Cactus Garden yang dekat dengan kampusnya. Haliry mengiyakan namun tidak ingin ikut bersama putri semata wayangnya. Menikmati musim semi sambil berjalan kaki adalah aktivitas yang Alula gemari akhir-akhir ini.
"Haaahhh, akhirnya ................"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia begitu lega. Sebenarnya cukup sulit berbaur dengan mahasiswa lain dari yang bukan satu negara dengannya. Bahkan memperoleh sahabat atau teman dekat pun sangat sulit Alula miliki. Ia hanya mempunyai segelintir teman yang cukup untuk bisa diajak belajar bersama atau mengobrol sesaat.
Alula memandangi tanaman-tanaman kaktus di sekelilingnya. Tetap berdiri kokoh meski sinar matahari yang panas, situasi itu mengingatkannya tentang masa lalunya dulu. Bergulat dengan egonya hingga menyeretnya dengan dua skandal yang bukan Alula pelakunya, hanya saja ia benar-benar tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Hingga pada akhirnya Alula mampu bertahan meski ombak masalah seolah tak mau berhenti menggoyahkan akalnya. Ia sadar, menjadi kaktus di tengah teriknya mentari itu tidaklah mudah. Sama seperti kehidupan yang harus tetap tegar kokoh berdiri memasang badan walau terus terkena duri kehidupan.