Kebersamaan

479 65 128
                                    

"Wah, ada apa, nih, rame-rame?"

Alan tiba. Pria berusia empat puluh tahun itu tersenyum simpul. Dia menatap Bumi dan Aulian yang dia rangkul secara acak. Mendengar suara Alan, bukan hanya Lian dan Bumi yang merasa kaget. Runa, Gavin, El dan Ferdi juga ikut merasa kaget. Mereka serempak menatap Alan.

Kerumunan yang merasa mendapat tontonan gratis pun ikut bubar. Mereka serempak merasa takut, karena Abi dari Silent Princess sudah datang.

Tak ada jawaban.

Alan memilih melepas rangkulannya. Dia berjalan mendekati Aruna. Membuat Aruna langsung berdiri seraya memeluk Alan.

Sekarang, Alan terang – terangan menatap ke lima cowok tampan itu. Di mana tiga di antaranya adalah orang-orang yang sudah Alan kenal.

"Begini pak. Kami tidak bermaksud mengganggu Runa. Kami hanya ingin memberi minyak kayu putih." Lian berinisiatif memberitahu kejadian yang sebenarnya. Padahal, tadinya Lian sudah berniat untuk pergi. Namun, rangkulan Alan membuat pergerakkannya terhenti.

"Cuma itu?"

"Bukan cuma itu pak. Saya ingin berkenalan dengan putri bapak." El dengan percaya dirinya melangkah maju mendekati Alan. Pemuda bermanik cokelat kopi itu tersenyum manis.

"Kamu? Ingin berkenalan dengan putri saya?" Alan terlihat menatap El. Tatapannya masih sama, Alan tetap santuy walau dalam hati bergemuruh.

"Iya, saya Samuel Arta Palasara. XI IPA 3. Anak tunggal dari Erlanda Palasara dan Sandra Lilia Shayansyah. Ketua dari geng motor Cakra Garuda."

Melihat El dengan bangganya memperkenalkan diri. Ferdi pun tak tinggal diam. Dia juga harus berani memperkenalkan diri pada calon mertua.

"Karena sepupu saya sudah memperkenalkan diri. Saya juga izin memperkenalkan diri, saya Ferdi Rajendra. Putra ke dua dari pasangan Agra Rajendra dan Valeri Anastasya. Saya wakil ketua geng motor Cakra Garuda."

Menepis rasa kaget setelah mendengar nama orang tua El dan Ferdi. Alan kembali menguasai diri. Pria ber kacamata itu menatap Bumi, Gavin, dan Lian. "Kalian mau ikut memperkenalkan diri?"

Ketiga pemuda tampan itu menggeleng. Ketiganya sama sama merasa tidak perlu membeberkan jati diri mereka sampai dengan nama orang tua. Karena, semua itu adalah sebuah rahasia yang harus dijaga sampai saatnya tiba.

"Baik. Saya sudah tau nama kalian berlima. Bisa kalian pergi?!" Alan memberi perintah. Setelah mengetahui fakta tentang orang tua El dan Ferdi. Alan merasa ingin mengusir ke lima pemuda tampan itu dengan segera.

"Harus banget pergi om? Saya gak boleh ngobrol sebentar sama Runa?" Alan langsung menatap El. Bukan hanya Alan, Bumi, Gavin, Lian dan Ferdi juga serempak menatap El. Aruna? Gadis itu semakin menunduk. Rasa-rasanya dia ingin menutupi wajahnya. Sungguh. Ini adalah hal yang memalukan.

"Ehehe. Maaf om, sepupu saya suka gak peka. Kita bisa pergi sekarang, kok." Ferdi berusaha menahan malu. Dia terkekeh, akan tetapi tatapan kesalnya terus saja tertuju pada El. 

El merasa tak nyaman dengan rangkulan Ferdi. Pemuda itu terang – terangan menatap Ferdi dengan tajam. Selain itu dia juga berusaha menahan pergerakan Ferdi yang menyeret tubuhnya guna menjauh dari Alan dan Aruna.

Karena tak kunjung bisa melepaskan diri. El dengan berani mulai berteriak. Teriakan yang langsung membuat Aruna menutup wajah menggunakan kedua tangannya.

"Arunaaa I Love You. Kita pasti ketemu lagi. Kalo gak sekarang, besok pun jadi, kok."

Kira-kira seperti itu lah teriakan yang El keluarkan. Para gadis yang mendengar El begitu berani mengatakan itu di depan umum merasa gemas dengan tingkah El. Mereka menatap El dengan tatapan mendamba.

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang