Misi Dimulai

631 72 89
                                    

Arjuna berjalan dengan mengendap-endap. Setelah memberikan alasan yang cukup meyakinkan pada Runa. Juna bisa menjalankan rencana untuk mengikuti Bumi setelah pulang sekolah.

Rencana tak sengaja ini dibuat setelah Arjuna mendengar percakapan Bumi dengan seseorang melalui telepon. Pemuda dengan gips di tangan kanannya itu terlihat begitu marah. Dia juga menyebut nama 'El'. Nama yang cukup asing ditelinga Juna. Karena begitu penasaran, Juna memutuskan untuk mengikuti Bumi. Siapa tau saja dia bisa memberi bantuan. Jika saja nanti dibutuhkan.

Bumi terlihat bergerak menjauh. Dia mengambil motor diparkiran. Saat Bumi sudah berhasil menyalakan motor sport miliknya. Juna malah sibuk menepuk jidat. Pemuda tampan itu baru sadar bahwa dirinya tidak membawa kendaraan.

"Astagfirullah. Kenapa lo bisa lupa sih, Jun." Arjuna menggerutu. Dia masih berdiri di tempat parkir. Di saat genting seperti ini, otaknya terasa membeku.

Suara klakson motor terdengar memekakkan telinga. Kelopak mata Juna mengerjap perlahan. Senyum sumir tercipta. Setidaknya sekarang dia memiliki harapan. Tak mau menunggu lama Juna dengan segera membalikkan tubuhnya.

Cewek tepung.

Juna refleks memanggil Alma dengan sebutan aneh itu di dalam hati. Juna tidak mengenal Alma. Pertemuan pertama mereka diakibatkan insiden tepung. Jadi, tidak salahkan jika Juna mengingat Alma dengan sebuta si 'cewek tepung'.

Kak Arjuna? Ngapain dia di sini? Terus ngapain dia masih berdiri di situ aja.

Setelah tau siswa yang berdiri menghalangi jalan adalah Arjuna, Alma jadi menghentikan motor matic miliknya. Gadis itu langsung menunduk. Cukup sekali saja dia dan Juna saling menatap. Tapi kalau mereka sama-sama saling diam begini. Mau sampai kapan?

Juna mengembuskan nafas. Tak biasa bersosialisasi membuatnya dilingkupi kebingungan. Bagaimana sekarang? Apa yang harus dia lakukan? Jika dia tetap diam. Maka Bumi akan semakin jauh. Tidak. Juna tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini.

Gue harus berani. Kalo kesempatan ini gua buang. Gua gak yakin bakalan ada kesempatan kedua.

"Gini, gua mau minta tolong. Bisa nggak, lo anterin gue?"

Alma mengerjapkan mata. Mencoba mencerna maksud dari Juna. Nada bicara Juna terdengar sangat kaku.

"Gimana?" Juna kembali bertanya. Dia memang tidak menatap Alma. Akan tetapi, karena si gadis tepung tak kunjung memberi jawaban. Juna jadi tidak sabaran. Apalagi dia tengah dikejar waktu.

"Ah- i-iya kak. Boleh." Alma menyetujui. Gadis itu turun dari motor. Berdiri di samping motor. Menunggu Juna untuk bertindak sebagai orang yang akan membawa motornya.

"Ehm, gini. Se umur hidup. Gue gak pernah bawa kendaraan apapun sendiri. Selain sepeda. Apa lo mau boncengin gue?"

Juna mengepalkan kedua tangannya. Sungguh. Ini sangat memalukan. Baru kali ini Juna berbicara dengan gadis selain Runa dan Nala. Belum lagi, sekali bicara dan berinteraksi. Juna langsung membuat dirinya malu. Setelah ini, Juna harap dia tidak akan pernah lagi bertemu Alma.

Alma tidak memberikan jawaban. Gadis berjilbab itu kembali menaiki motor. "Kak Juna, bisa naik sekarang." Alma memberi perintah.

Juna segera mendekat. Setelah menaiki motor. Dia melepas tasnya lalu menaruh tas itu di antara Alma dan dirinya. Juna juga berusaha tidak berpegangan dengan Alma. Juna tau batasan, apalagi Alma adalah seorang muslimah. Seandainya ini tidak urgent. Juna tidak akan mau melakukan ini.

"Oh, iya, kak. Pake helmnya dulu. Tapi, maaf, helmnya warna pink." Alma menyodorkan helm pink itu pada Juna. Awalnya dia tidak berniat memberikan itu. akan tetapi, demi keselamatan Juna. Alma memberanikan diri. Semoga saja, Juna tidak marah dan mengadukan hal ini pada Aruna. Jika itu terjadi, maka Alma tidak akan bisa menghadapi Alan.

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang